tiga

26 2 2
                                    

 Seperti biasa , Lay pulang sekolah dijemput oleh supir pribadinya. Kali ini ia sedang menunggui Pak Mamang (nama supir pribadi Lay ) di depan sekolah.

Ia duduk sambil mendengarkan lagu lagu yang ia putar di spotify.

Sendiri.
Yah....Lay memang selalu sendiri. Ia tak memiliki seorang teman. Ia tak suka keramaian dan gaduh. Sebenarnya ia agak berat hati ketika tau dirinya dipindahkan di kelas 11 IPS 9. Kelas yang terkenal dengan muridnya yang tak pernah bisa diam dan selalu ribut. Mungkin agak sulit beradaptasi dengan mereka.

 
Saat sedang melamun,tiba-tiba  Lay melihat seseorang menghampirinya. Tampaknya Lay familiar dengan orang itu.

Ya.. dia adalah Ronald. Hampir setiap hari Ronald menawarkan boncengan untuk Lay. Padahal Ronald tau kalau Lay dijemput oleh supirnya. Dan pasti berujung pada penolakan.

Lay menarik napas berat. Malas sekali bertemu dengannya.

“ Lay pulang bareng gue yuk “ ajak Ronald.

Lay hanya memalingkan wajahnya. Pura-pura tak dengar.

“ Daripada nungguin supir lo , mending pulang sama gue sekarang “ ucapnya lagi.

Lagi-lagi Lay hanya diam tak melirik Ronald sedikitpun.

Banyak anak yang memperhatikan Lay dan Ronald. Dalam hati mereka mengumpati Lay habis-habisan. Bisa-bisanya Lay menolak Ronald. Padahal banyak hati yang Ronald patahkan demi dirinya.

“ Lay! “ panggil Ronald dengan kencang.

Lay menoleh . Ia menatap Ronald dengan tatapan tak suka. Namun ia tetap diam seribu bahasa.

“ Kapan sih elo bisa nerima gue di kehidupan lo?!”

“ Ngga akan pernah “ sahut Lay

“ Kurang apa gue hah?! Gue capek ngejar-ngejar lo , tapi ngga pernah lo respon sedikitpun! Harusnya lo bisa hargai dong perjuangan gue!” Ronald melepas helm yang ia kenakan dan ia beranjak dari motornya mendekati Lay.

Lay yang masa bodo dengan Ronald tak memikir serius omongan Ronald.

“ Siapa yang suruh lo suka gue ? Ngga ada kan? Gue juga ngga nyuruh lo buat setiap hari ngajak makan atau ngasih tumpangan. Gue mampu beli makan sendiri. Gue mampu pulang sendiri. Dan gue ngga pernah minta buat elo perjuangin ” sahut Lay sambil memainkan ponselnya.

Ronald meraih dagu Lay dengan kasar.

“ Bagaimanapun caranya , lo harus jadi milik gue. Ngerti lo?!”

Lay berusaha melepaskan tangan Ronald,, namun tak bisa karena tenaganya tak sebanding dengan tenaga Ronald.

“ Ngapain lo maksa-maksa sih! Kalo udah ditolak tuh harusnya sadar diri. Pergi. Bukan maksa”

Tangan Ronald masih memegang kencang dagu Lay hingga dia mendongak kearah Ronald.

Bruk...

Ronald melemparkan ponsel yang Lay pegang. Alhasil ponsel itu rusak dan pecah.

“ Dengerin apa kata gue bodoh! “ Ronald berkata dengan suara lirih yang menyeramkan. Lay tak bisa berkutik.

“ Lo harus terima gue jadi pacar lo. Atau....” Ronald memutus kalimatnya.

Air mata Lay hampir tumpah. Kejadian ini mengingatkannya pada papa yang selalu kasar terhadap mama. Ia takut.

Tes...

Air mata Lay lolos dari pertahanan. Ia menangis. Ia tak mau terus-terusan berada disini. Lay harus kabur.

Duggg....

LaylalfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang