Part 12

62.8K 3.1K 330
                                    

"Tolong ke ruangan sekarang." Suara serak dan berat keluar dari interkom yang ada disamping Keira.

"Baik!" Keira buru-buru berdiri dan sedikit berlari kecil. Setelah beberapa kali berdeham, Keira mendekati pintu yang tiba-tiba terbuka. Dia berpikir bahwa ini jelas bukan pintu otomatis dan ada yang mengendalikannya. CEO butuh lebih banyak privasi, sehingga mustahil untuk mengubah pintu menjadi pintu otomatis.

Keira menengok panik. Jika ada yang mengendalikan, itu artinya ada cctv yang memperhatikan lorong. Berarti saat Keira bersumpah-serapah beberapa waktu lalu, ada seseorang yang memperhatikan?

"Apa yang kamu lakukan disana? Cepat kemari!" Dia bergegas menatap wajah Veron yang mengernyit sebal.

"Oh- Maafkan saya." Keira meneguk kasar lalu berjalan hingga meninggalkan jarak beberapa langkah dari meja kerja Veron.

"Tidak mungkin kan?"

Keringat grogi menetesi pelipis Keira. Apa seseorang yang mengendalikan pintu itu mengadukan Keira saat Keira memberi dua jari tengah?

"Buatkan aku kopi." Sesaat tadi Veron hampir saja mengedipkan mata. Dia benar-benar tidak sanggup lagi untuk tidak menggoda pemilik wajah merona didepannya.

"Kau bukan binatang, jadi tahan sebentar lagi!"

Keira mengerjap.

"Kopi?"

"Bukan ingin memarahi, tapi dia ingin Kopi?"

"Apa? Tidak bisa? Kau bahkan tidak bisa membuat kopi ?? Sebenarnya apa yang bisa kamu lakukan ?! Kamu tidak bisa membuat hal-hal kecil seperti itu, apalagi melakukan hal lain? Jika kamu tidak becus dalam segala hal, kamu tidak perlu repot mencoba dan mulai bekerja disi-"

"Akan saya buatkan dalam 2 menit!" Keira tersenyum manis sekali pada wajah jutek Veron yang mengomel.

"...."

"...."

"Kalau begitu sedang apa kau masih disini?! CEPAT KERJAKAN!" Teriakan kemarahan menggema ke seluruh sudut.

"IYA!" Keira lari terbirit-birit menuju dapur kantor.

"Hahh.." Dia segera mengambil gelas dan memilih beberapa biji kopi dari dalam kotak kaca.

Di hari yang sangat menyebalkan ini, Keira akan mencoba bubuk kopi asli yang segar namun pahit seperti wajah Veron. Dia tidak tahu kopi jenis apa yang pria itu suka.

Tanpa Keira sadar, dia sudah mulai merasa nyaman dan tidak lagi marah walau masih sedikit canggung. Sepertinya benar, bahwa Veron malam itu hanya mabuk.

"Jika Veron menyukaiku, dia tidak akan bersikap sekasar ini, kan?" Sikap Veron masih sama persis seperti dulu. Suka marah dan tidak bisa sabar.

"Malaikat Keira sudah memutuskan untuk memaafkan si pendosa Veron."

Mereka adalah teman masa kecil, dan cukup dekat sehingga Keira tidak terlalu merasa trauma oleh sentuhan Veron. Mereka sudah pernah mandi bersama walau itupun masih ditemani Britney. Lalu, mereka pun pernah berciuman meski ciumannya tidak sepanas kemarin malam. Keira berpikir tidak ada yang salah dengan memaafkan Veron karena melakukan kesalahan. Dia khilaf dan Keira mengerti.

"Aku sih juga akan khilaf jika melihat gadis secantik diriku." Keira lalu tertawa dari batinan hati yang makin lama makin nyeleneh.

"Tapi aku harus lebih profesional.." Keira terkekeh kesal mengingat dia sedikit enggan memanggil Veron bersama embel-embel Mr.

Hingga menunggu biji kopi selesai digiling, Keira menyalakan mesin cetak untuk mencetak dokumen yang telah selesai dia buat. Dia membiarkan mesinnya bekerja, lalu kembali menyeduh ampas kopi. Keira menambahkan beberapa biskuit coklat yang tersedia ke piring kecil, lalu meletakkannya diatas nampan. Tepat di samping cangkir berisi kopi panas yang mengepul.

PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang