Part 7

71.8K 3.3K 550
                                    

Veron memejam.

Telah berapa lama waktu terlewat ketika dia tidak merasakan hal seperti ini? Kapan terakhir kali dia tertawa, bahkan tersenyum dalam diam dengan debaran keras hanya karena satu orang perempuan?

Apakah nyata, menahan rasa cinta pada seseorang selama hampir dua dekade walau tidak pernah mendengar satupun kabar darinya?

Veron tidak tahu dan tidak pernah ingin tahu apakah perasaan ini adalah obsesi atas Keira, atau memang murni sebuah cinta.

Dia benar-benar bahagia hingga dia merasa bahwa jantungnya dapat meledak kapanpun. Tubuhnya panas akan gairah memiliki Keira. Aroma lembut masih tertinggal pada seluruh area kulit yang balik bersentuhan dari tubuh indah Keira. Tangannya bergetar seolah masih bisa merasakan tekstur dari kehalusan kulit malaikat. Bibirnya mendecap sangat manis oleh ketertinggalan saliva milik gadisnya.

"Ah.. haruskah aku mandi?" Dia lanjut terkekeh.

Dia pikir dia tidak perlu mandi, tidak sampai dia mendapatkan Keira dan bebas menikmati tubuhnya.

Veron bangkit dari posisi duduk, melewati tubuh seorang pria yang masih setia berdiri disana.

Dia berhenti tepat didepan kaca. Memiringkan sedikit kepala saat menatap penampilannya yang cukup berantakan. Bibirnya terlihat memerah-- lumayan bengkak. Lalu ada sebuah benjolan serta bercak basah pada tubuh bagian tengah.

Segera setelah dia menyeringai pada hasil perbuatan Keira, Veron hampir keluar dari toilet jika seseorang tidak lebih dulu berbicara.

"Amy akhirnya juga terbuang? Sayang sekali.." Suara air keran mengalir deras dari belakang.

Hanya beberapa detik kemudian, Veron kembali berjalan santai tanpa memberi respon.

Dia sama sekali tidak mengenal siapa yang berbicara. Mengejar Keira adalah hal paling penting daripada meladeni orang asing

"Pfft- masih selalu angkuh." Gumam pria tidak diketahui.

Veron menajam ketika menangkap sosok putih yang melangkah kecil diujung lorong.

Keiranya.

-

Keira melangkah begitu cepat. Tangannya bergetar, kelopak mata tidak dapat lagi untuk menahan air.

Hanya fokus pada satu tujuan, dia berjalan tanpa memikirkan apapun selain ingin segera pulang.

"Y- yasmine.." Saat telah sampai pada meja, dia meraih tas kecilnya. Menengok tak tentu arah untuk mencari sosok Yasmine yang sukar ditemukan.

"Ughh.." Gadis itu kembali menangis. Mengomel dalam hati tentang bagaimana cahaya redup ini tidak sekalipun mau berpihak padanya.

___

To : Yashaiton

Aku pulang duluan.
Hati hati dan langsung pulang kalau kamu liat chat ini.

___

Keira bertumpu pada meja sejenak. Tubuhnya menggigil, kepalanya pusing. Dia masih sangat lemas tentu saja. Tapi jika dia tidak terus berjalan, besar kemungkinan untuk bertemu lagi dengan orang itu.

Kemudian, dia mengambil ponsel dari dalam tas, mendial sebuah nomor. Keira berjalan terhuyung menuju pintu keluar sambil menunggu untuk diangkat.

"Ha- halo pak. Aku akan keluar sebentar lagi.. tolong cepat siapkan mobil!" Suara was-was Keira.

"Veron breng- MMMM!" Sebelum dia bisa mengumpat, Keira lebih dulu merasakan sesuatu yang lembut di bibirnya. Wajah tampan datang sangat dekat, dengan hawa panas menawan yang memikat.

PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang