B

2.7K 540 45
                                    

Kim Dokja menyipitkan matanya akibat silau matahari. Ia tidak pernah menyukai upacara, apalagi diadakan pada jam 3 sore di tengah lapangan. Sinar matahari menerangi kepala dan tubuhnya hingga peluh berkeringat. Seragam yang dia kenakan juga tidak membantu sama sekali.

Seragam yang paling dia benci adalah seragam pramuka. Kaku, tidak nyaman, dan terlalu banyak ornamen.

Saat upacara pembukaan selesai, Kim Dokja harus melawan keinginan untuk segera bertelanjang. dia berjalan menuju tenda grup pria, saat tiba-tiba Han Sooyoung mendekatinya.

"Hei, Kim Dokja."

"Apa yang kau inginkan?"

"Bantu aku membangun tenda para wanita."

Kim Dokja menatap Han Sooyoung dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu belum selesai juga? Kita kan hanya diberi waktu dua jam! Lagipula, apa kamu serius menanyakan itu padaku?"

"Tak ada satu pun dari kita yang punya pengalaman kemping,tau? maaf, kurasa aku bertanya pada orang yang salah." Han Sooyoung berkata kesal, lalu menginjak kaki Kim Dokja sembari melihat sekeliling.

Beberapa detik kemudian, wajahnya kembali cerah.

"Hyunsung-ssi!" Han Sooyoung berlari menuju Lee Hyunsung.

Sesaat kemudian, Han Sooyoung memanggil semua gadis dari kelas mereka. "Ayo, cewe- cewe ! Hyunsung-ssi akan membantu kita!"

"Benarkah ?! Terima kasih banyak, Hyunsung-ssi!"

"Oh, syukurlah." Yoo Sangah menghela nafas lega. "Terima kasih banyak atas bantuannya, Hyunsung-ssi. Kita mengalami masalah saat mendirikan tenda."

Gadis-gadis itu berjalan menuju tenda mereka sambil menyeret Lee Hyunsung.

Kim Dokja mencapai tendanya dan mengangkat penutup tenda. Tiba-tiba jeritan melengking memasuki telinganya, beberapa jenis kain hinggap di wajahnya, menutupi matanya.

"Kau bisa mengetuk dulu ga sih ??"

Kim Dokja menanggalkan kain dari wajahnya dan mengerutkan kening. "Kenapa kamu berteriak seperti gadis? Dan jangan minta aku untuk mengetuk."

Dia memasuki tenda, melepas seragamnya, menggantinya dengan kemeja dan celana olahraga, sembari mengabaikan ocehan Han Myungoh mengenai 'setidaknya beri aku peringatan sebelum masuk'.

"Hei, apa kau tahu dimana Yoo Joonghyuk ?" Kim Dokja bertanya, menyela omongannya.

Han Myungoh mengangkat bahunya. "Entahlah, aku berada di dalam tenda sejak upacara selesai."

"Kudengar dia sedang menyiapkan makan malam." Teman sekelasnya yang lain menjawab.

"Terima kasih." Kim Dokja dengan cepat meninggalkan tenda, mengamati sekitarnya. Dia berbelok ke kiri dan mengelilingi tenda, lalu hampir saja menabrak meja setelah belokan kedua. Itu dia, Yoo Joonghyuk memakai celemek, memotong sayuran dan sesekali mengaduk sesuatu di dalam wajan. Tentu saja, tugas memasak dilimpahkan ke pundak Yoo Joonghyuk karena tidak ada yang bisa memasak selain dia.

"Kemarilah dan bantu aku." Yoo Joonghyuk berkata saat menyadari kehadiran Kim Dokja.

Kim Dokja mendecakkan lidahnya, kemudian berbicara dengan suara geli, "Kalau kamu ingin dibantu seharusnya kamu memintanya dengan lembut."

Tapi Kim Dokja tetap mendekati dan membantunya. Panitia memang menyediakan sarapan untuk mereka. Namun untuk makan siang dan makan malam, mereka harus memasak sendiri karena para panitia hanya menyediakan sembako.

"Kenapa tidak memasak mi instan saja, Joonghyuk-ah? Itu Jauh lebih mudah."

"Itu menjijikkan."

"Kamu menghina sarapanku setiap hari, Hah?"

High School Apocalypse By sovereign_of_chaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang