H

3.3K 465 62
                                    

Yoo Joonghyuk menatap tanpa daya pada Kim Dokja yang sedang tertidur nyenyak di pangkuannya. 'Si bodoh ini...doyan nempel tapi tidak menyadari kebodohan nya... Tahu gak, kalau hal itu sangat membuat frustrasi?'

Setelah sejenak mengamati wajah Kim Dokja dari samping, dia memutuskan bahwa itu tidaklah cukup, jadi dia membelai rambutnya dengan lembut.

Dia membelai pipinya,  demi melihat apakah itu benar-benar selembut kelihatannya.

Ibu jarinya mengusap bibir Kim Dokja, bibir yang suka menyemburkan omong kosong sekaligus membuat Yoo Joonghyuk mulai berpikir tentang omong kosong juga.

Dia merasakan kehangatan tiba-tiba menjalar ke pipinya dan ke tempat berbahaya di bawah
( ͡° ͜ʖ ͡°), jadi dia dengan cepat menarik tangannya lalu mengalihkan pandangannya.

Dia tiba-tiba menyadari di mana mereka kini berada, dan dia melihat sekeliling untuk memeriksa apakah ada seseorang yang melihat mereka.

Untungnya, karena mereka adalah penonton paling belakang, tak ada orang yang bisa melihat mereka tanpa menoleh ke belakang.selain, seorang bajingan tertentu yang secara kebetulan bertemu mata dengannya, menatapnya dengan mata menghakimi. Yoo Joonghyuk mengerutkan kening dalam-dalam.

SP adalah orang pertama yang memutuskan kontak mata. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Kim Dokja yang ada pada pangkuan Yoo Joonghyuk, mengangkat alis dan kemudian menatapnya lagi, hanya untuk menertawakannya.

Kerutan di dahi Yoo Joonghyuk semakin dalam. Dia membaliknya, tapi tawanya semakin besar.

SP mengucapkan sesuatu yang terdengar mencurigakan seperti, 'cari kamar, idiot.'

'bangsat.' Jawab Yoo Joonghyuk.

"ngaku saja."

Yoo Joonghyuk menutup telinga dengan tangannya.

SP tertawa sekali lagi, dan akhirnya mengalihkan kembali pandangannya ke atas panggung.

Yoo Joonghyuk menatap Kim Dokja lagi. Sejujurnya, mungkin dia memang pantas untuk diejek. Mengapa dia membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan serta penderitaannya, ketika dia hanya bisa mengakui atau melanjutkan?

Yoo Joonghyuk mengangkat kepalanya, menatap kosong ke arah langit. Memikirkan berapa lama lagi dia bisa menyimpan perasaan ini untuk dirinya sendiri.

"Dokja."

"..."

"Kim Dokja."

"Eh?"

"Bangun. Sudah waktunya untuk api unggun."

"Mmmmm..."

"..."

'Ctak!' 

"Aduh!"

Kim Dokja segera bangun lalu menyentuh dahinya yang memerah, gegara si brengsek tertentu. Dia membuka matanya, menatap wajah Yoo Joonghyuk yang menjulang di atasnya. Dia cemberut. "Joonghyuk-ah, untuk apa itu?"

"Minggir. Aku tidak bisa merasakan kakiku."

Dia menyeringai. "Terima kasih, Joonghyuk-ah. Aku tidak akan pernah melupakan pengorbananmu selama hidupku."

Yoo Joonghyuk menahan keinginan untuk meludahi wajahnya lalu mendorong kepalanya menjauh.

Kim Dokja menertawakan sikap kasarnya, lalu duduk dan melihat sekelilingnya.

Beberapa orang telah berdiri, sementara yang lain masih duduk di tanah seolah enggan beranjak dari tempat duduknya.

Jung Heewon dan Han Sooyoung masih mendengkur dengan tenang, dan Kim Dokja tidak bisa melewatkan kesempatan ini untuk menendang kaki Han Sooyoung.

High School Apocalypse By sovereign_of_chaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang