||oneshoot||
•••Hari minggu memang sudah disematkan menjadi hari malas sedunia. Mendapat waktu beristirahat sehari, kadang memang lebih enak bila dimanfaatkan dengan bermalas-malasan.
Namun berbeda dengan Fiki. Beberapa minggu terakhir dia memang mulai membiasakan diri untuk bangun pagi. Berolah raga, lalu menyapa dunia. Katanya, dengan ini dia bisa menjalani hari dengan lebih positif lagi.
Langkah Fiki terhenti di ruang tengah. Waktu masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Biasanya ruang tengah masih gelap, penghuninya masih setia dengan selimut mereka masing-masing. Apalagi hari ini hujan. Sepertinya mereka semua lupa dunia. Hanya saja fokus Fiki teralih pada sosok yang meringkuk di sofa.
Jangan-jangan....
"Aji, ngapain tidur di sini?"
Fiki manarik lengan Fajri. Membuat anak itu langsung merespon dan membuka matanya walau berat.
"Apaan sih, Fik. Gue ngantuk!"
"Lo ngapain tidur di sini? Diusir Ricky?"
Fajri menggeleng. Lalu kembali menutup matanya. "Gue tuh mau basket, tapi ternyata hujan. Jadi gue mager naik lagi. Mending lanjut tidur di sini."
Biasanya Fajri memang bangun paling pagi. Lalu mengawali hari dengan berolahraga. Entah bermain basket atau berlari di sekitar kompleks. Untung tidak pernah mencoba lari dari kenyataan. Karena kenyataan itu dihadapi, bukan dihindari. Hanya saja kali ini, hujan membuat Fajri lebih memilih untuk bergelut dengan kemalasan.
"Udah terlanjur bangun ya jangan tidur lagi. Bangun ayo, bantu gue beres-beres dorm. Hari minggu itu diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Ayo Aji, bangun. Gue laporin Umi nih anaknya males!"
Fajri seketika membuka mata. Bukan, bukan masalah Umi. Dia yakin Fiki tidak punya nyali menelepon ibunya. Tapi apa katanya tadi? Beres-beres dorm? Hari minggu? Sungguh bungsu Un1ty ini tidak berperi keharimingguan.
"Nah, bangun, kan? Ayo! Cuci muka dulu."
Fajri menggeleng, lalu bangkit. "Nggak! Jangan memerintah Abang seperti itu, ya!"
"Gaya lu Abang. Beda setahun doang. Kelakuan juga masih lebih bocah elu!"
"Eh, ngomong yang sopan ya Fiki!"
Fiki baru akan maju untuk kembali menyeret Fajri ke kamar mandi. Lumayan mendapat satu mangsa untuk dia ajak bersih-bersih di hari minggu. Namun suara pintu terbuka membuat keduanya sama-sama menoleh.
"Woy berisik! Kecilin dikit volume suara kalian. Ini belum waktunya latihan vocal!" ucap Fenly. Berjalan keluar dari kamar lalu langsung menuju kamar mandi.
Senyum Fiki menggembang, lalu sebelah tangannya menahan agar Fajri tidak kabur. "Ada mangsa yang mau bunuh diri."
"Udah lo udah nemu Fenly, gue nggak ikut ya. Minggu lalu kan udah gue yang kerjain."
"Oh no! Itu namanya lo perhitungan. Nanti gue kasi imbalan deh," ucap Fiki.
Sejenak Fajri terdiam. Menatap Fiki dengan tatapan tidak percaya. Ini pasti akal-akalan Fiki saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah UN1TY
Cerita Pendek|oneshoot| Kabayang nggak sih, kalau satu rumah isi delapan orang dan itu cowok semua? Kebayang kan gimana riwehnya? Apalagi yang memegang kodrat sebagai Abang tertua, sabarnya berasa diuji. Nah, intip Rumah UN1TY yuk. Mereka yang diharuskan hidup b...