Warning!
Konten Dewasa!▪
Tak pernah sekalipun terbesit dalam pikiranku, saat dimana jiwaku dijual oleh ayah kandungku. Aku pikir dia menyayangiku, namun sebaliknya dia bahkan tega menjual jiwaku demi harta yang sifatnya sementara.
Ayah? Pantaskah dia menyandang panggilan Ayah?
Segalanya sudah terjadi, akhir pahit ini harus ku tanggung sendiri.
III
Savero, Lucifer's Son"Nona, Nyonya sedang pergi ke Butiknya, dia bilang kalau nanti akan pulang terlambat." Ibrida-Asisten di kediaman Alannda terburu-buru mengikuti langkah Mira yang sama sekali tidak mendengarkannya
Ibrida berhenti mengikuti setelah dia melihat Mira menuju ke kamarnya dengan terburu-buru.
Sembari berjalan di tangga, Mira berusaha melepaskan cincin hitam itu. Semakin dia berusaha melepaskannya, cincin itu terasa semakin mengikatnya dengan kuat. Mira nyaris menangis karena kecemasannya. Sesampainya didepan pintu kamar, Mira menekan kenop pintu dan membukanya perlahan.
"Selamat datang kekasihku! Apa harimu menyenangkan?" Lelaki berpakaian serba hitam itu menyeringai kearahnya
Mira mematung di tempatnya berdiri saat ini, dia bahkan tak mengenal siapa laki-laki depannya. Tatapan mata yang seakan-akan menghipnotisnya sekaligus sorot kelam yang ditujukan kepadanya sangatlah kuat.
"Bibi! Bibi Ibrida!" Tangan Mira mengepal kuat walaupun gemetaran menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, berharap Asistennya datang untuk menolongnya
Mira semakin ketakutan saat warna mata laki-laki di depannya berubah menjadi merah darah dan semakin mendekatinya. Bahkan untuk bergerak seinci pun ia kesulitan, seakan-akan ada seseorang yang menahannya dengan kuat.
Lengannya ditarik dengan paksa untuk masuk ke kamarnya. Mira berusaha memberontak dan ingin melarikan diri secepatnya. Pintu kamar itupun menutup dengan sendirinya.
"Dengan mudah kau menyetujuinya, Zemira? Ku pikir aku harus menggunakan kekerasan." Savero menyeringai sembari mengangkat tangan kiri Mira dimana cincin pemberiannya bertengger di jari manisnya
"Sangat indah, bukan? Cincin perjanjian kita ini sudah saling terhubung. Lihatlah." Savero menunjukan cincin di jari manis tangan kirinya
"Semakin kau ingin melepaskannya, cincin itu akan semakin menyakitimu. Jadi, jangan pernah membantahku, Zemira."
Savero menjauhi Mira dan memunggunginya. Begitu dia terlepas dari tatapan Savero, dirinya beranjak pergi dan memutar-mutar kenop pintu.
"Apa yang sedang kau lakukan, Putri tunggal Alannda?" Savero terkekeh melihat ketakutan Mira
"Lepaskan aku dan biarkan aku pergi! Dan kau, siapa kau? Pergilah! Bibi! Tolong Mira, Bi!" Tangan Mira menggedor pintu dengan kerasnya
"Percuma, Zemira. Percuma. Kau sudah dijual kepadaku. Lebih tepatnya jiwamu sudah berada ditanganku."
"A...apa maksudmu?" Mira berbalik menatap punggung laki-laki didepannya
"Tidak ada. Biarkan waktu yang memberitahumu, karena jika aku yang mengatakannya itu akan membuatmu terpuruk," ucap Savero
"Jadi, sebelum aku ambil jiwamu lebih baik kita bersenang-senang dahulu, Zemira." Lelaki itu berbalik dan melepas kemeja hitamnya, menunjukkan tubuh atletis yang diidamkan banyak orang
Bahkan Mira sendiri sempat terhipnotis dengan keindahan rupa dihadapannya, sebelum dia memalingkan pandangannya.
Savero mendekati Mira dengan perlahan menyentuh pipinya dan berhenti di dagunya. Menariknya dengan lembut dan membuatnya menatap mata merah yang menghipnotisnya. Mira tak menyadari apa yang dia lakukan, jujur saja dia terpesona pada rupa Savero yang menurutnya sempurna.
Kini dua pasang mata saling menatap, tak ada paksaan didalam sorot mereka. Jantung Mira berdegup kencang, pipinya memanas ketika benda kenyal mendarat di bibirnya.
Tangannya perlahan membelai wajah cantik itu, menyisipkan anak rambut ke belakang telinganya. Tatapan mereka tak lepas sedikitpun sampai Savero memberikan sebuah kissmark di lehernya yang membuat gadis itu sedikit terlonjak.
"Setelah ini, aku memilikimu sepenuhnya, Zemira," bisik Savero di telinga kirinya
"Kau akan bertanya-tanya siapa aku nanti, bukan? Aku Savero, Lucifer's Son," lanjutnya
Lelaki itu meninggalkan Mira begitu saja, bahkan Mira tak menyadari kepergiannya sampai sebuah bulu hitam panjang menerpa wajahnya. Dia masih shock atas apa yang terjadi barusan.
"Savero, Lucifer's Son," Mira mengulangi tiga kata terakhir lelaki itu
"Apa itu tadi? Apa yang kau lakukan, Mira! Baiklah, lupakan, Mira! Lupakan! Kau harus mandi dan jernihkan pikiranmu!" Mira beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.
▪
Savero sendiri pergi atas panggilan seorang pengikutnya- C'Ryo Dimitri yang menjadi mata-mata rahasia dibawah naungan Savero Lucifer
Savero berdecak, mengapa harus sekarang? Bahkan dia belum bermain dengan Mira.
Lelaki itu mengepakkan sayap hitamnya, pergi secepat kilat dan mendarat di antara pepohonan, tepatnya di hutan kota.
"Tuan, mohon maaf telah mengganggu Anda." C'Ryo menunduk sesaat
"Apa informasi yang kau bawa sangat penting? Terlalu mendadak." Savero bersandar santai disalah satu batang pohon
"Ya, Tuan. Saya mendengar sendiri informasi tentang pernikahan Tuan." Savero yang mendengar kata 'pernikahan' beranjak dari tempat bersandarnya
"Katakan."
"Beberapa saat yang lalu, Raja mengadakan pertemuan dengan keluarga utama Dimitri. Yang mulia berkata, 'Aku akan menikahkan Sulung Lucifer dengan Putrimu, Laurentz Bynne Dimitri.' mereka memutuskan akan menikahkan Tuan saat Tuan kembali ke dunia bawah," jelas C'Ryo
"Bagaimana bisa mereka memutuskan itu saat aku tak ada di sana?! Laurentz, ya?" Savero tersenyum miring, "Kau bisa kembali sekarang, C'Ryo. Dan beritahu aku saat situasinya mulai genting nanti, terus awasi mereka."
"Baiklah, Tuan." Dengan sekejap C'Ryo pergi dari tempat itu meninggalkan Tuannya seorang diri
Savero menatap langit yang berubah warna menjadi jingga, "Dasar! Mereka selalu berbuat seenaknya."
"Bermain dengan Zemira mungkin akan menghiburku." Savero kembali tersenyum
"Zemira oh Mira, aku datang lagi malam ini." Savero bersenandung kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
Life With The Fallen Angel
RomanceZemira Zola Alannda, anak tunggal keluarga Alannda terpaksa mengandung janin yang tak diketahui siapa Ayahnya. Semester akhir yang seharusnya dia nikmati di High School kini berubah 180°. Dia harus menutupi perutnya yang semakin membuncit. Menghinda...