1. Afternoon in Saturday

125 4 0
                                    

Suasan kota Purwokerto sabtu sore ini, hujan. Di iringi suara petir yang kadang kala menyambar.

Orang-orang yang tadi berlalu lalang di jalan, berlarian mencari tempat berteduh. Ada juga yang nekat menerobos hujan.

Pandanganku teralihkan ke seseorang berjaket biru dongker.

Kring..

Dia memasuki kafe yang sama denganku. Dia celingukan seperti mencari seseorang.

Pandangannya berhenti di tempatku duduk. Lalu dia berjan ke arah pandangnya.

"Udah lama nunggu?" Tanyanya, ah bukan. Dia bukan bertanya padaku, dia bertanya pada wanita itu. Wanita yang memang selalu dia temui setiap sabtu sore.

Wanita itu menggeleng pelan sambil tersenyum ke pria itu. "Enggak, baru benerapa menit" pria itu duduk di sebelah wanita tersebut.

Mereka berbincang-bincang banyak hal, terlihat jelas jika mereka itu sangat dekat.

Aku mengalihkan pandangan ke jalan, yang di guyur jujan. Sesekali aku melirik pasangan tadi. Ah, mereka masih berbincang-bincang sambil sesekali tertawa bersama.

Sepertinya mereka sangat menikmati dunianya. Aku menghabiskan jus alpukatku lalu beranjak ke kasir.

Koridor kampus masih sepi, karena hari memang masih pagi. Aku memasuki kelas, lalu aku membuka buku dan mulai belajar, karena nanti akan ada kuis.

Aku duduk di tengah-tengah tanpa teman yang bisa ku ajak mengobrol. Kata orang aku terlalu pendiam dan selalu menyendiri.

Aku sadar kalau diriku ini memang tak pandai bergaul. Sebenarnya pernah ada yang mau berteman denganku.

Tetapi, perlahan dia mulai menjauhiku. Dia bilang aku terlalu tertutup, dan tak bisa di ajak bercanda.

Huft... jika memikirkan itu aku merasa sedih.

Tak lama dosenku datang, setelah memberi salam dia langsung membagikan soal kuis.

Aku mengerjakan soal itu dengan mudah. Ah, materi ini, aku mempelajarinya semalam.

Saat soal yang belum ku kerjakan tinggal seperempat. Tiba-tiba perutku terasa sakit.

Aku memegang perutku kuat. Aduh, kenapa di saat-saat seperti ini maagku kambuh. Salahku memang tadi pagi aku tidak sarapan.

Seharusnya aku makan teratur agar maagku tidak kambuh. Aku masih berusaha mengerjakan soal ini sampai selesai. Sambil menahan sakit tentunya.

Setelah soal-soal itu selesai aku segera maju untuk mengumpulkan jawaban kuisku.

"Kamu tidak apa-apa Dinda?, wajahmu pucat sekali" Tanya pak Gio dosenku. "Saya tidak apa-apa pak" ujarku sopan.

"Yang benar saja? Wajah kamu pucat Dinda. Cepat kamu pergi ke klinik kampus" perintah pak Gio, sepertinya tak bisa di bantah.

Akhirnya aku mengangguk, lalu beranjak keluar kelas. Saat aku berjalan ke arah klinik kampus. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrakku menggunakan sepeda.

Perutku yang makin terasa perih, di tambah badanku yang sakit karena berbenturan dengan aspal. Pandanganku menggelap, sampai akhirnya aku benar-benar tidak sadarkan diri.

Aku mengerjapkan mataku, dimana aku sekarang? Aku bangkit dari tidurku. "Aw, sssttt.." kepalaku masih terasa pusing.

"Lo udah sadar? Sori ya gue yang tadi nabrak lo pake sepeda" ujar seseorang yang baru saja datang.

"Aku ada dimana?" Tanyaku sambil memegang kepalaku yang masih pusing.

A StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang