"Milia! Lo rese banget sih. Balikin polpen kelinci gue." Teriakan melengking itu berasal dari Binta Gabriella Tabrizya. Sahabat dari orok Milia."Pelit banget sih, pinjem bentaran gue nggak bawa polpen Binta"
Milia tanpa menghiraukan Binta tetap melanjutkan menyalin pr nya sesil, murid pintar dikelasnya.
"Apaan lo pakek alibi pinjem, besok pulang juga udah habis tintanya."Binta masih menggerutu tak jelas dan tak dihiraukan Milia.
Cewek tersebut masih berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugasnya sebelum guru sialannya datang.
"Milia buku gue, udah bel nih" Sesil langsung menarik buku tulis miliknya tanpa menunggu respon dari Milia.
"Eh njir Gue belum selesei" Umpat Milia.
"Hah syukurin lo,emang enak?" Milia mendelik kearah Binta yang telah meledeknya. Jadi temen kok sialan banget!
"Pagi Anak - Anak"
"Pagi Bu" Sorak seisi kelas kala Bu Retno selaku wali kelas mereka memasuki kelas.
"Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, karena kelas kita akan ditempati oleh anak baru. Vanio masuk dulu."
Setelah intrupsi dari Bu Retno, seorang cowok memasuki kelas.
"OMG pujaan hati q ngapain kesini?"
"Eh ini jelmaan dewa - dewa yang ganteng itu kan??"
"Eh mas kenalin, saya bidadari baru jatuh dari kayangan kemaren"
Begitulah kiranya sorak sorai dari cewek centil dikelas sebelum dilerai oleh Bu Retno.
"Vanio silahkan kenalkan diri kamu kepada teman teman mu"
Vanio tersenyum singkat kepada Bu Retno sebelum mengenalkan diri.
"Nama gue Revanio Lucas Stephanillo,biasa dipanggil vanio."
"Sudah Vanio?" Vanio mengangguk untuk menanggapi.
"Baiklah. Ada pertanyaan?"
Para cewek dikelas langsung ricuh berebut untuk bertanya.
"Ok stop saya anggap tidak ada pertanyaan, dan kamu Vanio kamu bisa duduk disamping kursi kosong dibelakang sana."
Milia yang merasa tempat duduknyalah yang dimaksud oleh Bu Retno langsung melayangkan protesnya.
"Nggak. Bu Retno, Milia nggak mau ya kalau disuruh duduk sama anak baru itu. Ini singgasana Milia loh Bu." Protes Milia.
"Milia! Tempat duduk yang tersisa hanya itu dan mau nggak mau Vanio harus duduk di situ dong" Balas Bu Retno.
"Tapi Bu--"
"Nurut atau keluar dari kelas Milia?" Ancaman dari Bu Retno berhasil membuat Milia bungkam.
"Silahkan Vanio" Vanio mengangguk dan berjalan menuju bangku kosong tepat disamping Milia.
"Minggir" Milia berdecak lalu dengan terpaksa berdiri dan memberi jalan untuk Vanio duduk dibangku sampingnya.
"Nggak usah banyak bacot kalo lo duduk sini" ujar Milia dengan nada ketus sebelum mengambil ponsel untuk bermain game di jam pelajaran.
Sedangkan Vanio hanya diam tak peduli. Tujuannya sekolah hanya untuk belajar tidak lebih, begitu pikirnya.
🍀🍀🍀
Vanio menatap cewek disampingnya yang tengah tertidur itu. Wajah cantik Milia menarik perhatian Vanio sejak tadi pelajaran. Sikap Milia yang acuh tak acuh kepadanya membuatnya tertarik, pasalnya selama ini cewek cewek selalu heboh melihat dirinya tapi tidak dengan Milia yang malah biasa saja.
Sekarang jam istirahat dan kelas Vanio tengah sepi karna yang lain tengah istirahat di luar kelas. Ke kantin bisa jadi.
Milia melenguh pelan sebelum membuka matanya, mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk keretinanya.
"Ngapain lo ngeliatin gue???" Tanya Milia.
"Cantik" Ucapan Vanio menimbulkan kerutan didahi Milia.
"Udah banyak kali yang bilang gue cantik" Milia memperbaiki duduknya menjadi tegak lemudian menyibak rambut hitam panjangnya kebelang.
"Jadi pacar gue" Milia terbelalak, shock dianya. Kenal ajha belum udah mau jadi pacar. Nggak romantis lagi nembaknya. Huh!
"Nggak mau lah" Jawab Milia tegas.
"Gue nggak lagi nanya"
"Terus apa?"
"Gue cuma bilang sekarang lo jadi pacar gue, gue jadi pacar lo, dan nggak ada bantahan."
"Nggak, nggak ada! Itu namanya pemaksaan njir. Gue nggak mau" Milia sewot sendiri jadinya. Ia sudah kepalang kesal. Seorang Savira Hemilia Athivata dipaksa jadi pacarnya gitu ajha. Hello.....! Milia orangnya pilih-pilih kali.
Vanio tak menyahut. Ia hanya menatapdengan tenang wajah cantik Milia yang tengah kesal.
"Njir gue risih setan." Milia hendak mendorong wajah Vanio sebelum seseorang menangkap tangannya dan menarik tengkuknya mendekat hingga sebuah benda kenyal menyentuh permukaan bibirnya. Vanio mengecup bibirnya!.
Milia masih belum paham. Ia masih shock ketika lidah Vanio menjilat sudut bibir Milia sebelum menjauhkan bibirnya.
"Gue bilang nggak ada bentahan, berarti nggak ada bantahan Milia sayang..." Vanio kembali mengecup bibirnya sekilas dan tersenyum manis kepadanya, membuat dirinya tak bisa mengelak untuk mengangguk patuh.
"Bagus" Vanio mengacak pelan rambut panjang Milia seraya menyenderkan punggungnya dikursi.
Sedangkan Milia segera menutup wajahnya dengan kedua tangan demi menyembunyikan pipinya yang memerah. Untuk pertama kalinya seorang Milia merona. Dan itu karena cowok tampan bernama Revanio Lucas Stephanillo yang sekarang resmi menjadi pacarnya.
"Anjir! Gue kalah sama pesonanya" Umpat Milia dalam hati.
🍀🍀🍀
TBC......😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
ABSURD
General Fiction"fuc**k lo anjir....!" Savira Hemilia Athivata. "Mulut lo pedes banget, perlu gue cium biar jadi manis???" Revanio Lucas Stephanillo.