Revan bad husband

411 40 1
                                    

Tia terkesiap ketika mendengar langkah kaki, dengan cepat ia berteriak sebelum orang itu menjauh.

"Tolong, siapapun tolong aku! aku ke kunci di dalam!" teriakan Tia terhenti ketika seseorang mencoba membuka pintu toilet nya.

Pintu terbuka, orang itu langsung menarik Tia keluar dan memeluk erat. Tia syok, siapa pria yang memeluknya ini. Tidak, ini bukan Revan, Tia tau betul bagaimana suaminya itu. Tia bisa merasakan rasa yang berbeda ketika di peluk Revan, Tia hafal wangi tubuh Revan, Tia tau postur tubuh Revan.

"Maaf, bisa lepas? kita di toilet, saya takut ada yang melihat dan mengira yang tidak-tidak" ucap Tia mencoba melepas pelukan orang itu.

Setelah sepersekian detik, akhirnya orang itu melepaskan Tia dari pelukannya.

"Makasih udah nolong, saya permisi" ucap Tia, lalu berlari keluar toilet, Tia rasa ada yang tidak beres sekarang, dan Tia rasa dalangnya adalah Sindy.

Pria tersebut menoleh keluar, ia mengacungkan jempol pada Sindy setelah berhasil mengambil gambar dirinya dan Tia yang tengah berpelukan tadi.

Tua sampai di rumahnya dan langsung mengganti pakaiannya yang basah. dia memandangi dirinya di pantulan cermin, iya sangat penasaran dengan lelaki yang memeluknya tadi.

Dia sangat takut sekarang, entah kenapa ada rasa mengganjal di hatinya tentang hubungannya dengan Revan.

Tia pun mencoba untuk menelepon Revan, Tia berharap semoga apa yang terjadi di kampus tadi tidak sampai di telinga Revan.

"Kamu sekarang di mana?" ucap Tia ketika telepon nya sudah terhubung dengan Revan.

"Di kantor masih ada urusan, ada apa menelpon saya?" ucap Revan di seberang sana.

"Nggak papa kok cuma nelpon aja" ucap Tia, lalu terdengar helaan nafas dari seberang sana.

"Kalau begitu saya tutup dulu saya masih ada urusan" ucap Revan dan sambungan telepon pun terputus secara sepihak.

Tia menghela nafas slalu saja seperti ini, Revan seperti tidak mempunyai waktu untuk nya untuk sekedar memberi kabar.

Tia menatap jam yang ada di dinding, masih pukul 3 sore, Tia memutuskan untuk menidurkan tubuhnya sebentar, rasanya sangat lelah sekarang.

****

Revan menghela nafas ada rasa tidak nyaman ketika membohongi Tia. Tidak ada pilihan lain selain berbohong kepada Tia, iya takut akan terjadi sesuatu yang buruk, jika ia harus jujur pada Tia.

Revan menoleh ke depan, Citra, gadis itu baru saja terlelap setelah bertengkar hebat dengan nya.

Citra adalah masa lalu Revan ia pergi begitu saja tanpa kabar setelah memutuskan untuk tidak mau bertunangan dengannya.

Dan sekarang ia kembali lagi, menggoreskan kembali luka sedangkan luka lama saja belum pandai obati sendiri.

Awalnya Revan sudah berniat untuk menutupi lukanya dengan hadirnya Tia, ia ingin berusaha mencintai Tia dengan sungguh-sungguh.

Besok pagi Revan memutuskan untuk pulang ke rumah, iya harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Tia, Citra, dan juga mamanya.

Revan berjalan menuju kamarnya yang ada di hotel yang sudah ia pesan sebelumnya. Tentu saja berbeda kamar dengan Citra walaupun badjingan ia masih tahu batasan.

Baru saja ingin mengistirahatkan diri notifikasi dari ponselnya mengalihkan atensinya.

Revan berdecak kesal ada saja yang mengganggu waktu tidurnya.

Ting

08xxx send a picture

Nafas Revan tercekat, ada nomor asing yang mengirimkan sebuah gambar yang membuat amarahnya naik seketika. Nafas Revan naik-turun menandakan bahwa ia sedang emosi sekarang.

Dengan segera Revan menelepon salah satu bodyguard nya dan menugaskan ia untuk mencari kebenaran dari foto yang ia dapat.

Revan tidak ingin gegabah, namun hatinya sangat gelisah sekarang.

Ada perasaan tidak rela ketika seseorang memeluk Tia istrinya di luar sana tanpa sepengetahuannya. Dan terlebih lagi di sana keadaan Tia basah kuyup.

Pagi ini tanpa berpikir panjang lagi Revan segera mengemasi barangnya lalu segera pulang ke rumahnya.

Revan mengendarai mobil dengan ugal-ugalan perasaan tidak tenang menghantuinya sekarang.

Revan sampai di rumahnya berlari tergopoh-gopoh untuk sampai ke kamar.

Revan menatap sekeliling kamar ia tidak menemukan Tia disana.

Setelah menanyakan keberadaan Tia kepada salah satu art nya, Revan segera melajukan mobilnya ke kampus Tia.

Baru saja ingin mencari Tia kedalam kelasnya, Revan menemukan Tia sedang berbincang hangat dengan salah seorang pria di depannya.

Dan tanpa babibu lagi Revan langsung menghantam wajah pria tersebut.

"Revan!" pekik Tia

Seketika suasana mencekam, Tia sudah menangis tersedu-sedu, dirinya dikerumuni oleh warga kampus, di depannya seorang temannya terkapar, setelah dihabisi oleh Revan. Dia tidak mengerti apa yang menjadi sebab amarah Revan sehingga ia tega menghabisi pria yang baru saja berbincang dengannya.  Pria itu selalu saja begitu, tidak pernah
mencari tahu kebenaran, selalu menomorsatukan amarahnya daripada menanyakan kebenaran yang sebenarnya.

"Ikut saya"

SEMESTA DAN KEJUTANNYA  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang