Tia mengeratkan pegangannya pada safety belt. Tia sedikit meringis melihat Revan yang membawa mobil dengan kecepatan yang Tia sendiri tak bisa mendeskripsikan. Jantungnya berdetak dengan cepat, lelehan hangat terus membasahi wajah cantiknya. Ia tak berani menghentikan Revan karena itu justru akan membuatnya semakin marah.
Mobil berhenti, Revan keluar dan menutup pintu mobil dengan sangat keras membuat insan di sekitar terkejut. Tia di tarik paksa oleh Revan, beberapa pasang mata meringis melihat Revan yang cukup keras pada Tia, tapi pada sisi lain mereka tak bisa menghentikan apa yang di lakukan oleh tuan mereka.
Tubuh Tia terhempas di atas kasur, ia memegangi pergelangannya yang memerah karena genggaman Revan tadi.
"Apa yang sudah kamu lakukan selama saya tidak disini Tia?!" Tanya Revan memejamkan mata
"Ak-aku gak ngapa-ngapain"ucap tia menggeleng kecil dengan sesenggukan yang mengiri setiap kata yang ia ucapkan.
"Siapa laki-laki tadi!?" pekik Revan membuat Tia kaget, untuk kesekian kalinya Tia dibentak oleh suaminya sendiri
"Dia-dia kakak tingkat, tadi dia nyerahin formulir yang dititipin dosen" terang Tia mencoba membuat amarah Revan mereda, namun hentakan yang ia dapatkan.
Revan melemparkan ponselnya pada Tia, Tia segera mengambil ponsel itu dan mengamati video yang sedang di tayangkan. Toa menggigit ujung jarinya, dari mana Revan mendapatkan video itu.
"Aku di jebak, percaya aku Revan!" ucap Tia meletakkan kembali ponsel Revan.
"Di jebak bagaimana Tia? disana jelas kamu tidak memberontak saat di peluk!" ucap Revan lalu membuang barang-barang yang ada di dekatnya, melampiaskan amarahnya.
"Aku di kunci Sindy di sana, pria itu yang menyelamatkan ku" ucap Tia memberi pembelaan untuk dirinya.
"Jangan membawa siapapun dalam masalah ini Tia! apalagi kamu membawa Sindy yang tidak ada sangkut pautnya disini!" ucap Revan tidak terima ketika Tia menyalahkan Sindy, sekretaris nya.
"Aku gak bohong, kamu harus percaya, aku istri kamu Revan!"
"Kamu tega! aku tau kamu gak punya rasa apa-apa sama aku, tapi seenggaknya kamu kasih kepercayaan sama aku, jahat! kamu jahat!" ucap Tia tersedu-sedu.
Revan memalingkan wajahnya, rasanya tidak sanggup melihat ketidak berdayaan gadis itu.
Revan mendekat, berjongkok didepan Tia dan membawa gadis itu kedalam dekapannya yang langsung dibalas oleh Tia.
"Aku gak pernah ada niatan duain kamu, meski pernikahan ini terpaksa, tapi ini pernikahan suci, dan meskipun kamu sudah lebih dulu mengotorinya" ucap Tia diakhiri kalimat yang mampu ia ucapkan dalam hatinya.
Revan mengecup singkat ubun-ubun Tia yang masih dibaluti hijab. Meski begitu, ia masih tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Tia, apalagi ketika gadis itu membawa nama Sindy didalam kalimatnya.
"Sekarang kamu istirahat, aku yang akan mencari bukti bahwa Sindy tidak ada sangkut pautnya kedalam masalah ini!" ucap Revan setelah menggendong Tia ke atas kasur mereka. Mengambil selimut dan menutupi tubuh Tia hingga dada, setelah mengecup singkat Revan langsung keluar dari kamarnya.
Tia kembali menangis, menangis dalam diam. Rasanya sangat sesak, ketika dalam waktu beriringan Revan memberinya kesenangan dan kesedihan. Diterbangkan lalu dipaksa untuk jatuh se jatuhnya.
Tia masih tidak bisa percaya, Revan keluar bukan mencari bukti bahwa dia tidak salah, tapi mencari bukti bahwa Sindy yang tidak bersalah, sedangkan ia adalah dalangnya.
Meski begitu, tetap saja Tia tidak bisa membenci Revan. Tia sadar, ia mulai menjatuhkan hatinya pada pria yang menjelma menjadi suaminya itu.
"Benci ku gak bisa secepat aku jatuh hati sama kamu Revan, hidup ku sudah ku serahkan untukmu, aku harap, setelah masalah ini kamu bisa menjadi suami impian ku" lirih Tia lalu memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN KEJUTANNYA (SUDAH TERBIT)
AcakDatia puja, gadis yang menjalani hidupnya dengan duka. orang tua yang meninggal, sempat mengalami depresi ringan hingga meninggalkan trauma sampai harus menikah paksa dengan pria yang faktanya adalah dalang dari tewasnya kedua orang tua Tia. Setiap...