Revan meraba meja kecil di sebelahnya. Sedari tadi, deringan ponselnya terus mengganggu tidur mereka. Sebelum mengangkat telepon, Revan sempat menatap Tia yang masih nyenyak dengan tidurnya. Dengan hati-hati Revan menjauhkan dirinya dari Tia agar gadis itu tak terbangun oleh pergerakan yang ia buat.
Revan sedikit terkejut melihat siapa penelepon ditengah malam ini.
'Citra'"Halo"
"....."
"Besok!"
"......"
"Sebentar lagi saya sampai disana."
Revan mematikan telepon sepihak dan langsung berlari meraih jaket dan kunci mobilnya menuju sebuah cafe yang tak jauh dari rumahnya.
Revan memarkirkan mobilnya di luar parkiran cafe, ia sama sekali tak berniat mengunjungi cafenya tapi menjemput seseorang yang sedang berada di cafe tersebut.
Matanya mengekori sekitar, mencari objek yang menjadi tujuannya. Dengan cepat Revan berlari kearah objek tersebut. Memeluk erat menyalurkan rindu yang teramat antara keduanya.
"I miss you so bad" ucap nya memeluk erat tubuh tegap didepannya tanpa memikirkan sekeliling.
Revan melepas pelukan mereka, menatap dalam mata Citra. Tak ada debaran lagi saat menatap mata indah itu, yang ada hanya rasa sesak.
"Kenapa kembali?" tanya Revan tanpa menatap Citra lalu berjalan menuju mobilnya dan di ekori oleh Citra dibelakang.
"Kenapa kembali? aku kembali buat kamu, harusnya kamu gak perlu menanyakan hal itu" Citra terus menatap Revan yang akan menjalankan kendaraan nya. Citra tau Revan membawanya kemana, ke rumah citra. Ada sedikit rasa kecewa, kenapa Revan tak membawanya ke rumah Revan.
"Kamu pergi, artinya kamu gak bisa kembali"
"Aku rau kamu kecewa Revan, tapi aku pantas mendapatkan kesempatan kedua dari kamu"
"Kesempatan kedua memang ada, tapi bukan untuk kamu. Saya sudah memberimu banyak kesempatan Citra, tapi kamu tidak pernah mengambilnya dengan baik"
Keduanya terdiam, bergelut dengan pikiran masing-masing.
Revan mengantarkan Citra kerumahnya dengan selamat, dan kembali melajukan mobilnya untuk kembali kerumahnya. Jam masih menunjukkan pukul 03.00, masih ada beberapa jam lagi untuk ia tidur.
Sesampainya di kamar, Revan menatap Tia yang masih nyenyak dengan tidurnya. Wajah cantik itu nampak polos ketika tidur. Revan mengelus lembut pipi Tia.
"Saya takut kamu akan kembali tersakiti"
"Saya tau, saya adalah sumber luka mu, tapi saya tidak ikhlas jika kamu bahagia bukan karena saya, saya yang membuat mu luka, maka saya yang harus mengobatinya"
Revan mengecup sekilas kening Tia lalu menyusul Tia menuju alam mimpinya.
***
Tia membantu Revan mengemasi barang-barang nya. Pagi ini setelah sarapan, Revan mendapat telepon yang Tia tidak tau dari siapa, mungkin saja rekan kerjanya. Yang Tia tau, setelah telepon terputus, Revan meminta Tia untuk menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa keluar kota untuk beberapa hari ke depan.
"Kenapa mendadak gini?" Tanya Tia di selang ia memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.
"Saya gak tau Tia, kamu lihat sendiri kan tadi ada yang menghubungi saya" ucap Revan. Tia hanya mengangguk sekilas, meski hatinya tak ikhlas, tapi Tia tetap harus percaya, ia harus berhusnuzon pada suaminya.
Setelah mengantarkan Revan sampai gerbang rumah, Tia kembali kedalam kamarnya bersiap-siap untuk ke kampusnya.
Entah kenapa, sejak memasuki gerbang kampus, perasaan Tia menjadi tidak baik-baik saja, ada yang mengganjal di hatinya.
Selama mata kuliah Tia di mulai, semua terlihat baik-baik saja, yang ia khawatirkan semoga saja tidak benar-benar terjadi.
Tia memasukkan ponselnya kedalam tas, tujuannya kali ini adalah mencuci tangan ke kamar mandi, tangannya sangat lengket akibat tumpahan jus yang terlalu penuh tadi.
"Kok kayak ada yang ngikutin aku ya?" gumam Tia memandang sekitar toilet yang sepi, hanya dirinya disana
"Datia puja" panggilan itu membuat Tia sedikit terkejut, ia menoleh ke arah pintu toilet dimana sumber suara itu berasal
"Sindy? apa yang kamu lakukan disini? bukankah harusnya di kantor Revan sekarang?" ucap Tia bingung
"Gue disini buat nyari lo, nyonya muda" ucap Sindy disertai seringaian yang membuat wajahnya nampak sangat menyebalkan.
"Mau apa kamu?" ucap Tia mulai was-was ketika Sindy mulai mendekatinya
"Mau lo menderita!" pekik Sindy lalu menyiram tubuh Tia
Tia yang tak siap pun tak bisa menghindar yang berakhir membuatnya basah kuyup.
"Apa yang kamu lakukan Sindy? saya rasa, saya tidak pernah membuat masalah dengan kamu" ucap Tia tidak terima
"Justru itu yang menjadi masalah bagi saya, nyonya Datia"
Tak sampai situ, Sindy menyeret Tia dan mendorongnya ke salah satu bilik kamar mandi dan menguncinya di dalam.
"Sindy buka pintunya! Sindy saya mohon, tolong Sindy"
Tia mendengar suara menjauh. Tia merogoh tas nya dan mulai menelepon Revan, hanya dia yang bisa di hubungi sekarang.
tut tut
"Gak aktif" lirih Tia, air matanya sudah membasahi pipinya sekarang, Tia takut kegelapan, ia takut tidak ada yang menemukannya disini dan berakhir terkunci semalaman.
Mau update kapan?
follow dulu yaig: salsa.nblah
batas revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN KEJUTANNYA (SUDAH TERBIT)
De TodoDatia puja, gadis yang menjalani hidupnya dengan duka. orang tua yang meninggal, sempat mengalami depresi ringan hingga meninggalkan trauma sampai harus menikah paksa dengan pria yang faktanya adalah dalang dari tewasnya kedua orang tua Tia. Setiap...