Chapter II

31 6 0
                                    

Saat ini Jae sedang melihat Asahi yang termenung larut dalam gulatan pikirannya.

"DOOOR!"

Asahi pun langsung tersentak akibat kejahilan dari Jae yang mengagetkannya.

"Lagi mikirin apa sih? Mikirin Aku nih pasti."

Tanya Jae sambil melihat dalam-dalam mata Asahi yang ada di depannnya. Meminta konfirmasi bahwa orang terlucu yang ada di depannya ini memang sedang memikirkannya. Walaupun sebenernya dari dalam lubuk hati Jae, Ia tahu bahwa Asahi sedang memikirkan Yedam. Walaupun begitu, Ia tetap tersenyum setiap bersama Asahi. Karena Jae yakin, senyumnya suatu saat akan menggantikan sosok Yedam yang selama ini ada di otak Asahi.

Asahi yang sudah terkaget-kagetpun akhirnya bersuara,

"Astaga! Lo ini ya. Ih sumpah, seneng banget jahilin gue. Terus, siapa juga yang mikirin Loe? Gue ini lagi mikirin tugasnya Pak Yayan. Tugasnya banyak banget. Mana gue belum nyicil sama sekali lagi." Sahut Asahi menjelaskan.

"Hah? Tugas apa? Memang Mang Yayan ngasih tugas ya?" Kata Jae sambil melihat Mang Yayan yang sedang meletakkan batagor di meja mereka.

"Hah? Tugas apa a'? Tugas untuk beli batagor di sini?" Mang Yayan yang tidak tahu menahu apa yang sedang di bicarakan Jae pun hanya menjawab polos sembari menaikkan alisnya.

"Duh, Jae. Maaf mang. Memang suka ngaco ini bocah. Makasih ya mang batagornya." Sahut Asahi sambil mendekatkan batagornya ke hadapan Jae dan dirinya.

Jae pun yang mendengarnya hanya tertawa lepas. Menjahili Asahi dengan lelucon seperti ini memang sudah menjadi hobinya. Asa hanya menatap kesal ke arah Jae. Terlihat kesal namun tak bisa menahan tawanya juga.

"Maksud Gue itu tugasnya Pak Yayan dosen matkul kajian kita. Ih, loe mah gitu." Tutur Asa.

"Iya, iya. Gue paham kok. Hahahaha. " Jae mengambil garpu sendok dan menyekanya dengan tisu. "uum, gue sih sudah hampir selesai. Mau gue bantuin?" tawar Jae sembari menyodorkan sendok garpu ke Asa.

"Ih, mauuuu! Memang Loe itu bestie Gue banget deh!" Sahut Asa dengan gelak tawanya. "Thanks ya Jae."
"Selo. Apasih yang engga buat Loe?!" gumam Jae yang setengah menyendokkan batagor ke mulutnya.

Selama 2 bulan terkahir ini, Jae tak henti-henti selalu berada di samping Asa. Sampai ada rumor di antara circlenya kalau Jae sudah menjadi 911 friend-nya Asa. Setiap Asa menghubungi Jae, dengan sigap Ia akan selalu hadir. Entah hanya sekedar minta tolong buat barengan waktu berangkat kuliahlah, minta tolong ditemenin makanlah, sampai pernah suatu saat Asa menelepon Jae karena ada kucing garong nyelonong masuk ke kamar Asa. Ketika itu, Asa sudah berusaha ingin mengeluarkan si kucing, tapi si kucing malah hanya berdiam diri di bawah kolong tempat tidur kost-nya dan tidak mau keluar. Masak kucing takut kucing, sih. Ejek Jae kala itu.

Semakin hari semakin berjalannya waktu, akhirnya Jae pun tersadar bahwa Ia suka berteman dan dekat dengan Asa bukan hanya karena ingin jadi teman saja, namun Jae ingin status lebih dari pada hanya sekedar teman. Witing tresno jalar soko kulino. Sangat klise. Namun begitulah yang Jae rasakan.

Sembari bercerita tentang tuganya Pak Yayan, akhirnya makanan mereka pun habis. Tak lama, Jae mengganti topik pembicaraannya, berniat untuk mengajak Asa mengerjakan tugas Pak Yayan di salah satu cafe workspace tak jauh dari kostan Asa.

"Sa. Habis ini ngerjain tugasnya di eleven eleven cafe saja, gimana?"

"Oke deh bos. Habis ini mampir dulu ke kostan gue ya. Gue mau ambil barang-barang dulu." sahut Asa sambil mengangguk tanda setuju.

"Lo udahan makannya?" Tanya jae

"Udah, sih. Yuk kalau mau cabut sekarang. Ini duet gue." Asa mengulurkan selembar uang 100 ribuan dari dompetnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Perfect Orange [JAESAHI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang