dua empat; kalo lagi pacaran emang dunia cuma milik kita doang.

1.1K 200 46
                                    

Akhir-akhir ini setelah gue resmi pacaran sama Chanyeol—eak mau pamer gue, udah ga lagi manggil dia Om meskipun dia jauh banget lebih tua dibanding gue—gue hobi banget ngintilin doi kemana-mana. Kalo dia lagi kerja di rumah, gue hobi nyempil di ketiaknya. Emang beda ye kalo orang banyak duit, tuh. Parfumnya mahal banget, sampe jutaan, udah gitu wanginya bisa tahan lama banget meskipun udah dicuci bajunya masih wangi, ga kaya parfum gue sama anak-anak jelata itu. Beli parfum harga 50ribuan tapi wangi tahan cuma sejam doang, kalo mau yang tahan lama cuma beli minyak urang-aring sama minyak kemiri. Emang sejauh itu kasta kita, udah kaya langit sama bumi.

"Yaaang," Panggil gue sambil gelendotan kaya munyuk ke badan Chanyeol.

"Hmm." Sahut dia sambil mengetik di laptopnya yang harganya udah seharga ginjal gue.

"Hayuk pacaran hayuk!" Gue memeluk badan Chanyeol dari depan dan gue duduk di pangkuannya.

EAK.

"Kan, udah ?" Jawab dia sambil ngeliatin gue.

"Ih, mau jalan gitu maksutnya." Gue berdecak ke Chanyeol. "Biar romantis gitu, yang. Mau update gitu di sosmed"

"Ya kalo mau posting tinggal posting aja, disini kan bisa juga."

"Ga mau, maunya dimana gitu, apa mall kek, apa resto, kek. Hayuk, lagi males banget di rumah."

Chanyeol manyun. "Ga ada duit. Duit abis kamu porotin buat beli makan mulu."

"Mana ada! Kan minta cuma dikit!"

"Minta dikit dari mana! Sekali makan bisa jutaan, hebatnya bisa habis pula, kaya ga pernah makan setahun."

"Hehe." Gue cuma cengengesan, lalu ngusel ke Chanyeol. "Hayuk pacaran, yuk."

Chanyeol menyeringai. "Cium dulu tapi, disini." Chanyeol menunjuk bibirnya.

"Yaudah iya, tapi janji ya jalan!" Kata gue.

"Siap!" Chanyeol memejamkan mata lalu menunjuk memoncongkan bibirnya ke arah bibir gue.

Gue mendekat perlahan dan mencium Chanyeol.

Chanyeol melumat bibir gue perlahan, lalu meletakkan kedua tangannya ke kaki gue, membantu gue untuk pindah dan duduk di pangkuannya tanpa melepas ciuman kita.

Mata gue terpejam dan menikmati ciuman Chanyeol. Tangan Chanyeol yang tadinya berada di kaki gue, sekarang perlahan naik.

Gue bergumam dalam hati, "Nikmat mana yang kau sia-siakan wahai teman-teman susahku ?"

Bibir Chanyeol berpindah dari bibir gue, menuju dagu. Sedang larut dimabuk kepayang, tiba-tiba gue mendorong bahu Chanyeol dengan keras.

"Apasih, lagi enak juga—"

"Jangan pegang disitu nanti gue—"

Pssst...

Tuh kan.

Chanyeol diem, melongo, lalu menggerakkan hidungnya, mengendus-ngendus.

"Kamu kentut ?"

Gue cengengesan aja.

Ga lama dari situ, gue dibanting sama Chanyeol hingga terpental di sisi kiri kursi.

"Anying!" Umpat gue.

"Bau banget ampunan! Padahal gue kasih makan enak, kenapa pas keluar anginnya begini, sih ?!" Marah Chanyeol sembari beranjak dari sofa dan melangkah menuju kamar.

"Ya gimana dong kalo anginnya bersenggolan sama tai, jadi bau!" Pekik gue ke Chanyeol.

Degeer!!

Jodoh yang Tertukar • PCY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang