Pertemuan

65 5 0
                                    

"Gea" lelaki itu memanggil namaku sembari menggambar skestsa wajahku

"Ada apa?" ucapku dengan tenang

"Apakah ada seseorang yang kamu suka?"

"Tentu saja ada"

"Apakah orang itu aku?"

******

Aku Gea. Usiaku delapan belas tahun. Aku memiliki satu kakak laki-laki. Aku mahasiwi baru jurusan seni lukis. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku. Aku berambut hitam panjang, sedikit mengembang. Mataku berwarna coklat. Aku suka menonton film, membaca buku, dan melukis.

Hari ini merupakan hari yang penting. Fakultas seni mengadakan acara dalam rangka menyambut mahasiswa baru. Sebenarnya aku sedikit membenci keramaian. Aku yakin acara tersebut akan sangat ramai. Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatku malas untuk datang. Namun, mau tidak mau aku harus tetap datang karena ini merupakan acara wajib bagi mahasiswa baru.

Seperti biasa, sarapan pagiku sangat tidak berkesan. Kedua orangtuaku sudah berangkat kerja sejak pukul 6 pagi tadi. Aku sudah terbiasa di tinggal sarapan sendiri seperti ini. Kedua orangtuaku memang sibuk tetapi aku memakluminya karena mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhanku. Jadi aku hanya harus menjalankan peranku sebagai anak yang berbakti. Sudah seharusnya seperti itu kan?

Aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Acara dimulai pada sore hari sekitar jam empat hingga jam sebelas malam. Tiba-tiba saja aku memiliki firasat buruk. Entahlah, aku merasa suatu kejadian yang besar akan menimpaku.

Aku berjalan menuju lapangan tempat dimana kami semua akan berkumpul. Dan benar saja, aku bertabrakan dengan seorang lelaki.

"Hei!" ucapku dengan kesal karena terjatuh

"Ada masalah?" tanya lelaki itu sambil cengengesan

"Hah? Kamu menabrakku tau!" aku meninggikan suara

Seketika lelaki itu mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menyambutnya dengan perasaan sedikit kesal. Tangan lelaki itu cukup besar dan kuat.

"Masalah selesai. Kalo begitu aku pergi dulu" ucap lelaki itu sambil pergi membelakangiku tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku tidak tau dia siapa. Ku akui wajahnya memang tampan. Tapi percuma saja memiliki wajah tampan jika sikapnya seperti itu.

Tubuhnya tinggi. Kira-kira sekitar 180 cm. Dia juga sangat harum. Bau parfumenya sangat segar. Rambutnya berwarna hitam dan sedikit berantakan. Mungkin karna ia sedang terburu-buru. Mata lelaki itu berwarna hitam, mata yang indah. Kukira firasat buruk itu berhenti sampai di sini. Namun ternyata, kejadian yang lebih mengejutkan telah menantiku.

Acara dimulai. Lampu hias mewarnai lapangan tersebut. Pemandangan yang sangat cantik.

Kemudian sambutan dari kakak tingkat jurusan seni lukis. Ia berdiri di panggung dan memberikan ucapan selamat untuk mahasiswa baru. Dia lelaki yang keren dengan senyum yang manis. Rambut gondrongnya terikat rapih. Aku lupa namanya siapa. Disusul dengan permainan musik oleh kakak tingkat jurusan seni musik. Acara ini sangat menakjubkan. Di luar ekspektasiku.

Sejauh ini tidak ada masalah yang menimpaku. Aku berkenalan dengan banyak orang. Membicarakan banyak hal tentang jurusan kami. Dan aku tak menyangka akan bertemu dengan Zara.

Zara adalah teman dekatku di SMP. Gadis manis dengan rambut coklat panjang yang terurai. Bulu matanya lentik. Memiliki lesung pipi. Seperti itulah Zara.

Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Bukannya semakin sepi, acara tersebut menjadi semakin ramai. Aku menjauh dari kerumunan. Mencari tempat yang tenang. Namun sialnya, aku bertemu dengan segerombolan lelaki. Dan diantara mereka ada lelaki yang menabrakku sore tadi. Ia berjalan ke arahku dengan tubuh yang sempoyongan. Seperti orang mabuk.

"Ah!" ucap lelaki itu dengan wajah kaget dan menghampiriku.

"Lihatlah! Perempuan ini sangat cantik" ucapnya sambil menunjuk ke arahku.

Aku hanya menatap bingung ke arahnya. Sepertinya selain tidak punya sopan santun, lelaki ini juga tidak waras. Lihatlah ia kacau sekali. Kacing atas kemejanya terbuka. Rambutnya berantakan. Penampilannya sangat urak-urakan.

"Aku ingin sekali menggambar wajahmu" ucapnya sambil memegang rambutku

Dari kejauhan ada seorang lelaki berteriak "Hei! Siapapun tolong hentikan Gil sebelum dia melakukan hal bodoh!"

Dan benar saja. Lelaki bernama Gil itu tiba-tiba menciumku. Aku membatu. Jantungku berdetak kencang. Aku mencoba tenang dan mencerna situasi ini.

Kemudian lelaki bernama Gil itu terdiam sejenak setelah menciumku. Lalu ia muntah di dekatku.

Seketika aku langsung tersadar bahwa lelaki ini sedang mabuk. Pantas saja baunya sangat berbeda dengan sore tadi. Dan lebih parahnya lagi, ia malah tertawa cengengesan.

Saat itu pula kesabaranku sudah habis, aku langsung menendangnya hingga dia terjatuh.

"Dasar sinting"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eight!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang