Bagian 2 «Hilang

10 3 0
                                    

Saat sudah berada di rumah sakit, para perawat turun dari ambulan dengan cepat dan menarik brankar yang disana terdapat Nayara tengah terbaring lemas. Felita ikut membantu para perawat yang mendorong brankar memasuki Unit Gawat Darurat. Setelah sampai Felita dilarang masuk kedalam. Dokter jaga mulai memeriksa kondisi Nayara didalam sana. Felita cemas menunggu kabar di luar ruangan, dan berharap jika kondisi Nayara tidak terlalu mengkhawatirkan. 

" Nay jangan nyerah.." gumam Felita, air matanya tak terbendung. Nayara adalah sahabat yang dia sangat sayangi. dia sudah menganggap Nayara sebagai keluarganya sendiri.

Dokter keluar dari ruangan, Felita refleks menanyakan keadaan Nayara. Dokter hanya mengatakan bahwa keadaan Nayara tidak terlalu parah, hanya saja kekurangan nutrisi pada tubuhnya, dan kondisinya dalam keadaan lelah sehingga harus diinfus agar mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Felita bersyukur, lalu berterimakasih pada dokter jaga itu. Sudah ia duga Nayara memang orang yang nekat.

Dia masuk kedalam ruangan darurat itu, lalu duduk disamping Nayara.Dia memandang Nayara kasihan, kebahagiaan Nayara telah direnggut dengan cepatnya. Bahkan ia tidak pernah menduga akan terjadi hal itu. Felita memegang tangan Nayara yang lemas, menggenggamnya, seakan memberikan semangat pada Nayara.

Hari sudah beranjak sore, ruangan Nayara dipindah keruangan VIP. Nayara yang lama tertidur, akhirnya membuka matanya. Dia melihat Felita sedang menyiapkan makanan. Felita menoleh kearah Nayara, lalu tersenyum tipis.

" Nay makan yuk, lo gak laper Nay?" dan Nayara hanya menggeleng.

" Nay gue mohon, demi sahabat lo yang cantik ini" Felita siap mendulang Nayara, tetapi Nayara tidak membuka mulutnya bahkan menepis pelan tangan Felita. Felita menghembuskan nafas dengan berat.

" Nay, Galen gak pernah berharap lo akan kayak gini" Nayara melihat dengan air mata yang ia bendung sebentar kearah Felita. Felita lama-lama pun kesal dengan sikap Nayara.

" Terserah lo deh Nay" 

" Galen..gak berharap gue kayak gini kan?, tapi kenapa dia ninggalin gue Lit" akhirnya Nayara membuka suaranya. Nayara menangis sesenggukan. Felita yang tadinya kesal pun tidak bisa meneruskan kekesalannya pada Nayara. 

" Nay udah takdirnya, lo harus ikhlas" ucap Felita menegarkan hati sahabatnya itu. 

"Lo bisa ikhlas, kalok lo jadi gue?" ucap Nayara sedikit emosi. Pikirannya rancu. 

" Gampang ngomong ikhlas, sabar dan apapun itu, tapi yang ngerasain gue LIt" pekik Nayara. Dunia Nayara hancur, dan dirinya pun kehilang arah. Cerita yang ia bangun bersama Galen  sekarang runtuh tak tersisa. Dunia yang tadinya cerah dan membahagiakan sekarang menjadi gelap tak ada cahaya sedikit pun. Kejadian yang tak pernah dia bayangkan terjadi. Galen meninggalkannya.

Felita diam, dia tak ingin mengatakan apapun yang membuat sahabatnya itu semakin tertekan. dia membiarkan semua kesedihan dan amarah Nayara keluar. Felita melihat kesedihan mendalam di diri Nayara. Perasaannya pun tak akan kuat jika dirinya berada dalam keadaan seperti Nayara. Saat ini Nayara membutuhkan seseorang untuk menguatkannya dan itu adalah dirinya.

----------------------------

Jam sudah menunjukkan 9.30. Felita tidur di sofa ruangan Nayara. Dia sudah dua hari ini menemani Nayara dan itupun dengan izin suaminya. Nayara bangun dari kasur rumah sakitnya dengan pelan agar Felita tidak terbangun, Infus ditangannya ia lepas lalu berjalan mengendap-endap. Dia menuju rooftop rumah sakit, melihat kanan kiri takut ada yang memergokinya. Tubuhnya masih lemas namun dia tetap berusaha untuk menaiki tangga itu. 

Sesampainya diatas rooftop tubuhnya menggigil kedinginan dan dia lupa membawa sandalnya, udara malam menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Rambut pendeknya diterpa oleh dinginnya angin malam. Tangan Nayara reflek memeluk dirinya sendiri. Dia berjalan menghampiri pinggiran atap gedung.

Nayara melihat kebawah, gedung rumah sakit ini tinggi. Lalu dia duduk dipinggiran gedung itu.
Kejadian yang membuat Galen pergi terus berada dipikirannya, mobil hitam yang merenggut nyawa kekasihnya itu terus saja terputar, membuat pikirannya kacau.

Senyuman terakhir dari Galen yang dia lihat membuat air matanya menetes, sesak mengerumuni dada. Suara tangis tidak terdengar tersembunyi oleh kencangnya suara angin. Nayara berteriak kesal terhadap takdirnya. Kenapa seenaknya merenggut orang yang sangat disayanginya. Tak sanggup rasanya hidup tanpa seseorang yang dia cintai.

Nayara hendak melaksanakan niatnya, dia berdiri lalu melihat kebawah gedung, Nayara memejamkan matanya air mata terus mengalir tidak berhenti. Semua kacau, hidupnya, kebahagiaanya, cerita yang ia susun bersama hancur sangat-sangat hancur. Kaki Nayara hendak melangkah, namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang, sehingga badan Nayara jatuh bersama orang itu. 

************************************
Happy Reading Everyone

Salam

ClearaShy_

The Rise Moon and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang