04. DSoMB

186 51 23
                                    

Hee sedang membersihkan bagian belakang rumah ketika menemukan kejanggalan. Jejak berlumpur di atas keramik menarik atensinya. Lebih-lebih ketika ia menemukannya bermuara pada sepasang boot milik Baekhyun yang diselimuti tanah liat.

"Kemana ia semalam?"

Hee tidak yakin ini adalah kali pertama Baekhyun pergi di belakangnya. Selama ini Bibi Kim yang mengurus rumah, jadi Hee tidak terlalu memerhatikan sekitar. Ucapan Jongin kembali terngiang, mendesaknya untuk lebih mencari tahu tentang suaminya. Membawanya berspekulasi bahwa berkutat di laboratorium sepanjang malam hanyalah alasan Baekhyun untuk menutupi sesuatu.

"Rumor ini santer terdengar. Penemuan mayat secara beruntun terjadi tepat setelah kepindahan kalian kemari. Penduduk pikir, ini ada hubungannya dengan Baekhyun."

Hee memutuskan untuk tetap terjaga malam ini. Sialnya, jarum pada jam dinding seolah stagnan. Tiga jam sudah berlalu sejak Baekhyun berpamitan ke laboratorium. Tidak ada yang berubah, kecuali kedua kelopak matanya yang semakin lengket.

"Seharusnya aku tidak percaya pada Jongin," kesalnya mengintip pintu laboratorium masih tertutup rapat. Sempat terlelap di atas sofa beberapa saat, Hee tersentak kaget. Menemukan tubuhnya tiba-tiba sudah terbaring di atas tanah yang basah sisa hujan tadi sore. Mengeluh jijik mendapati genangan air merembes masuk pakaiannya. Memandang sekitar penuh gamang. Ini terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi.

Belum genap rasa bingungnya, dari balik semak tempatnya berada ia melihat Baekhyun memanggul seseorang di bahunya sembari berjalan ke arah sumur. Hee berlari menghampiri untuk memastikan. Jika ini mimpi, mengapa raut Baekhyun begitu nyata terkejut menanggapi eksistensi Hee tengah berdiri menghadangnya.

"Hee kenapa kau―?"

"Ja-jadi selama ini kau pelakunya?"

Baekhyun segera menguasai keadaan. Kepanikannya melunak. Berkata dengan tenang ia menjelaskan. "Benar aku yang membuang mayat-mayat itu selama ini. Tetapi bukan aku yang membunuh mereka semua, Sayang."

Baekhyun mengangkat satu tangannya, menatap Hee hati-hati mengisyaratkannya untuk tetap menjaga jarak. Kilatan merah pada kedua iris istrinya seolah menghidupkan alarm siaga. Seharusnya ia tidak terbangun setelah melepas dahaga. Baekhyun tahu ia dalam bahaya.

"Aku melakukan ini untuk melindungimu, Istriku," dalihnya

"Melindungiku?"

"Jika kau tidak percaya, usapkan tangan pada bibir dan gigimu. Itu akan menjelaskan semuanya."

Hee skeptis, namun tangannya tergerak menurut.

Keterkejutannya berlipat ganda mendapati linangan darah segar membasahi bibir berikut deret giginya. Lalu mengusal takjub taringnya yang memanjang. Anehnya, alih-alih gelegak mual, justru rasa dahaga perlahan membakar kerongkongannya. Lidahnya menyesap serakah sisa cairan kental beraroma anyir itu. Iblis dalam dirinya kembali terbangun menghirup bau besi berkarat khas darah itu menguar kuat dari mayat Jongin yang dibawa Baekhyun. Lantas merampasnya kasar sebelum menancapkan lagi taringnya di sana. Sadar bahwa tubuh itu telah kering, kini pupil matanya bergerak agresif mengintai Baekhyun. Air mukanya menjelma bengis.

"Jangan. Aku su-suamimu...," gagapnya ngilu. Baekhyun tidak mengalkulasi Hee akan bangun secepat ini. Seharusnya setelah dahaganya terpenuhi, ia kembali tertidur.

Baekhyun selalu mengintai melalui kamera tersembunyi yang ia letakkan di laboratorium. Jika Hee terbangun, Baekhyun akan mengikutinya untuk membereskan apa yang Hee perbuat. Lalu di pagi harinya, Hee akan melupakan semuanya. Hee tidak akan pernah sadar ketika baju tidurnya digantikan karena Baekhyun memiliki beberapa potong model serupa.

Baekhyun pasrah. Rela ajalnya datang jika Hee yang memangsa. Berpikir mati di tangan perempuan yang dikasihi terdengar menyenangkan dari pada harus hidup sendiri. Lagi pula bila ada yang harus disalahkan, tentu saja itu dirinya karena tidak rela menduda. Baekhyun yang serakah tidak ingin kehilangan wanita yang dicintainya.

Sejatinya, operasi transplantasi Hee yang dipimpinnya gagal menghubungkan arteri dan hati dari pendonor. Ketika tanda vitalnya kian melemah, Baekhyun secara sembunyi menginjeksi virus VTH-16 langsung ke pembuluh darahnya. Memasukkan senyawa hasil proyek yang ditangguhkan dari penelitian Departemen Pengembangan Obat-obatan. Sebuah virus yang mematikan sel-sel hidup di dalam tubuh manusia dan memacu agresivitas saat mencium aroma darah dan cahaya.

Karena itulah Hee diasingkannya ke Boseong, sebab jika kau bertanya pada rumah sakit tempat ia dirawat sepanjang hidupnya, jelas status Hee sudah mati.

Bibi Kim muncul di sana, tepat sebelum Hee berhasil menggigit Baekhyun. Menghantam belakang lehernya keras dengan batu yang ia ambil disertai mantra berbisik dari bibirnya. Membuat tubuh Hee ambruk tersungkur ke tanah tidak sadarkan diri.

Tanpa raut cemas, panik bahkan ketakutan terpeta di wajahnya, Bibi Kim menatap lurus Baekhyun yang masih gemetar usai nyaris meregang nyawa.

"Sudah aku katakan kau membutuhkanku, Tuan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐃𝐚𝐫𝐤 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐧 𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐝 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang