03. DSoMB

188 50 10
                                    

Hee sudah terbiasa dengan kesibukan Baekhyun. Namun jika Bibi Kim ikut pergi, maka ia benar-benar sendiri. Hee mendesah bosan. Tungkainya ia seret ke pintu depan demi mengambil udara segar. Suhu rendah sisa musim dingin sudah tidak terasa. Hari yang sempurna jika saja ada bunga bermekaran seperti musim semi yang suaminya selalu janjikan.

Tidak banyak yang bisa dinikmati di sini. Pantai Yulpo yang digadang-gadang paling indah dikunjungi saat musim semi pun terasa semu. Sebab Baekhyun membawanya ke sana ketika cahaya telah disesap pekatnya petang. Ini sama sekali bukan musim semi yang Hee nanti.

Raut penat yang terpatri sontak pudar ketika mendapati gulungan koran terselip di pagar. Rupanya Bibi Kim masih mengirim surat kabar untuknya. Namun senyuman itu kembali pudar beriringan bibirnya yang mengeja isi artikelnya.

"Polisi mulai menemukan mayat-mayat lainnya?"

Tertulis di sana bahwa mayat yang dipendam di tanah berumur lebih lama dari pada yang disembunyikan di sumur. Baris selanjutnya menyebutkan, kuat dugaan pelaku adalah orang yang sama mengingat semua mayat memiliki luka serupa. Dua titik gigitan di bagian tubuh serta darah yang mengering habis.

"Tunggu, kenapa ini mirip sekali dengan mimpiku?" pekiknya refleks.

Atau, mungkin selama ini dia tidak sedang bermimpi?

Detik selanjutnya, tubuh Hee berjengit kaget. Seorang lelaki bertubuh padat dengan kulit kecokelatan mendadak muncul di hadapannya.

"Maaf, jika kehadiranku mengejutkanmu," ucapnya menyesal. "Sepertinya kau tidak mendengarku menekan bel berkali-kali karena sibuk dengan koranmu."

"Kau siapa?" todong Hee merasa tidak nyaman. Kini sedikit menyesal karena tidak menuruti Baekhyun untuk terus berada di dalam rumah. Pasalnya, ia sendirian dan kini tiba-tiba orang asing datang.

"Aku Jongin. Tukang kayu yang Baekhyun minta untuk membuat perabotan baru," jelasnya.

Mendengarnya, Hee sedikit lega. Menyimpulkan lelaki ini tidak patut dicurigai. Teringat tempo hari suaminya memang memintanya untuk memilih model ukiran yang disukainya.

"Boleh tahu di mana gudang belakang? Baekhyun berpesan untuk menyimpannya di sana," ujar Jongin memecah keheningan. Tahu lusinan usuk kayu yang Jongin pikul tidak bisa dibilang ringan, Hee segera menuntunnya ke tempat yang dimaksud. Karena situasi kembali sunyi, Jongin membangun lagi percakapan sembari berjalan mengekorinya. "Sepertinya Baekhyun membuat ini untuk menyimpan barang yang berharga."

Kening Hee mengernyit heran. Lantas ia mengoreksi yang membuat Jongin setengah mati menyesal karena sudah bertanya.

"Tidak. Suamiku bilang itu tempat tidurku yang baru." Hee tersenyum malu setelahnya. "Dia bilang itu adalah kejutan. Jadi aku tidak akan mengawasimu ketika menyusunnya di dalam gudang. Baekhyun bilang, dia sendiri yang akan menunjukkannya nanti."

Jongin menelan ludahnya kasar. Mendadak kedua lututnya lemas. Keinginan untuk segera enyah dari sini memenuhi isi kepalanya. Bagaimana bisa Hee berkata begitu ringan ketika usuk-usuk kayu yang dibawanya untuk merakit sebuah peti seukuran tubuh manusia?

 Bagaimana bisa Hee berkata begitu ringan ketika usuk-usuk kayu yang dibawanya untuk merakit sebuah peti seukuran tubuh manusia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐃𝐚𝐫𝐤 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐧 𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐝 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang