- 2 -

3 1 0
                                    

7 tahun kemudian.


"Ayo Revan sedikit lagi kau pasti bisa, sedikit lagi". Teriak gadis kecil dari bawah pohon

"Hm".

Meow~ meow~

Saat pagi hari, Sera dan Revan sedang bermain di halaman belakang kediaman keluarga Dirgantara, sampai terdengar suara seekor kucing menggangu mereka.

"Ayolah kiki, kemari". Kata anak laki-laki itu yang hendak membawa kucing itu turun diatas pohon.

Meow~ meow~

Kucing itupun menghampiri Revan perlahan,

"Ah dapat, akhirnya". Revan pun membawa kucing bernama kiki itu dalam gendongannya turun dari atas pohon yang tidak terlalu tinggi.

"Kiki, kenapa kau bisa diatas sana?" kata gadis kecil itu sambil menangis.

Kiki adalah kucing peliharaan kesayangan Sera, Sera selalu membawa kiki saat pergi bermain ke rumah Revan yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.

"sudahlah dia baik-baik saja, jangan menangis". Ucap Revan sambil mengembalikan kiki pada gadis kecil itu dan menenangkannya.

"Tetap saja aku mengkhawatirkannya tau".

"Kau ini, kau lebih mengkhawatirkan kucing itu dari pada aku? Bagaimana kalau aku jatuh dari atas pohon itu? Kucing itu akan baik saja walaupun jatuh, tapi aku bisa saja terluka".

"Apakah sekarang kau sedang iri pada Kiki?. Baiklah, aku juga mengkhawatirkanmu Revan".

"Baiklah, yang penting sekarang kiki sudah selamat". Ucap Revan sambil mengelus lembut rambut gadis kecil itu.

"Sera! Revan! Ayo masuk istirahat dulu, kita makan siang bersama".

"Baik bu". Teriak Revan dari halaman belakang.

***


Sudah 2 hari ini Sera berada dirumah Revan. Sera menginap dirumah Revan karena kedua orang tua Sera sedang dalam perjalanan bisnis keluar kota selama seminggu.

Malam ini adalah malam yang indah di kota Bogor. Ya, keluarga Revan mengajak Sera ke villa mereka di kota Bogor, karena kebetulan Ayah Revan ada urusan bisnis.

"Sera, kapan kau akan masuk udara mulai dingin diluar".

"Sebentar lagi aku akan masuk. Kemarilah, bukankah kau lihat langit malam ini sangat indah?".

"Indah? Tidak, biasa saja".

"Ah kau ini, kemarilah dulu, duduk disampingku". Kata gadis kecil itu sambil menepuk-nepuk tempat disampingnya.

"baiklah". Revan pun menghampiri Sera.

Disinilah mereka sekarang, Revan dan Sera sedang duduk menikmati malam yang indah di pelataran balkon kamar Revan yang berada di lantai lantai 2 villa ini. Mereka menikmati langit sambil berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Kadang mereka juga berbicara tentang masa depan, dan memikirkan akan jadi seperti apa mereka jika sudah besar nanti.

Sesekali tanpa sadar Revan tersenyum melihat bagaimana cara Sera bercerita tentang keluh kesahnya, menurut Revan gadis kecil dihadapannya itu sangat menggemaskan, belum lagi saat angin menerpa rambut hitamnya, ia terlihat sangat cantik.

"Revan? Sera? Kalian mengapa belum tidur? Sudah malam, ayo masuk udara diluar akan semakin dingin, nanti kalian sakit". Ucap Ibu Revan saat menemukan dua anak itu masih duduk di balkon dan belum tidur.

"Baik bu", "Baik Bunda" teriak mereka bersamaan menanggapi perkataan ibu Revan.

Ya, Sera memang memanggil Ibu Revan dengan sebutan Bunda karena ibu Revan sudah seperti Ibu kedua baginya.

***

"Revan". Panggil gadis kecil itu dari kasur atas

"hm"

"apakah kau sudah tidur?".

"sudah, Tapi suaramu menggangguku".

"oh ayolah, aku sangat bosan".

"ini sudah malam, apa kau tidak mengantuk? Apa yang ingin kau lakukan?".

"aku tak tau" rengek gadis itu sambil menuruni tangga menuju kasur dibawahnya, lalu gadis kecil itupun duduk di kasur Revan.

"Revan ayo bangun, jangan biarkan aku bangun sendiri". Bisik gadis itu pada Revan yang setengah tidur. Revan yang merasa gemas pun akhirnya bangun dari tidurnya dan duduk disamping gadis kecil itu.

"apa yang kau mau? Mau ku ambilkan makanan?".

"No no, ayo kita turun ke bawah, lalu bawa beberapa cemilan".

"ya ampun kau ini menyusahkanku saja, baiklah ayo". Revan pun bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Sera, lalu mereka pun mengendap-endap menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan seperti permintaan Sera.

***

"segarnya udara disini". Teriak Sera sambil berlari-lari riang dikebun strawberry milik keluarga Revan, yang terletak tidak jauh dari villa.

"Hey tunggu aku".

"haha ayo tangkap aku".

"Awas kau ya kalau aku berhasil menangkapmu".

Begitulah kedua anak itu bersenang-senang sekarang, berlarian-larian dan tertawa bersama.

Setelah lelah berlarian di kebun strawberry, Revan dan Sera kembali ke villa. Mereka sekarang sedang duduk di sebuah ayunan yang berada di halaman depan, sambil meminum jus yang diberikan Bibi.

"Hei Sera, menurutmu apakah kita akan tetap seperti ini saat dewasa nanti?".

"Maksudmu? Seperti yang bagaimana?".

"Akankah kita tetap bersama saat dewasa nanti?".

"Tentu saja kita akan tetap bersama".

"Baiklah, berjanjilah padaku bahwa kita tetap akan bersama okay?"

"Tentu saja, kau ini kenapa? Apakah ada hal yang mengganggumu?. Akhir-akhir ini kau jadi lebih serius". Jawab Sera dengan diiringi tawa cerianya.

"Tidak, aku baik-baik saja. Kau ini, aku memang selalu seperti ini, ini namanya bukan serius, tapi menandakan bahwa aku ini pintar tau". Jawab Revan dengan nada meledeknya pada sera, yang akhirnya membuat gadis kecil itu cemberut, dan malah membuat Revan semakin gemas padanya.

"haha baiklah kalau begitu, aku senang kau tertawa.

"kau ini, mengapa kau sangat menggemaskan?".

"aku memang cantik dan menggemaskan, bagaimana bisa dirimu baru menyadari nya?".

"Ya terserah kau saja".

Revan lalu menggandeng tangan Sera, mereka pun meninggalkan halaman dan masuk kedalam villa.








* Gimana gimana? Revan kecil gemes banget kan ㅠㅠ
Kira-kira besar nanti bakal masih gemes atau enggak ya?!

Jangan lupa vote and komen nya ya
😁❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

- A Love : Two World -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang