two; crazy

73 13 2
                                    


Suasana pagi ini begitu sepi dan muram.  Angin diam, seperti tertahan oleh  suatu duka yang mendalam. Dibalut kabut dan awan kelabu yang berarak pelan. Bulir-bulir embun yang jatuh dari langit pun beku di atas daun-daun kemarau yang menguning kering. Begitu sunyi.

Langit biru dengan gumpalan awan kini perlahan berganti dengan awan hitam yang perlahan meratakan seluruh muka bumi. San, masih mengenakan baju tidurnya, berdiri didepan jendela dengan mata yang perlahan terpejam.

Ia tersenyum pahit, berharap angin segar menyapu wajahnya. Namun lagi-lagi yang san dapat hanya sepotong pagi yang sunyi, dengan langit kelabu, aroma tanah kering, dan debu-debu kemarau yang hinggap di jendela.

Sama-samar, detik berdetak dari dalam jantungnya. Hingga bisa ia dengar lirih suara jiwanya sendiri. Entah bagaimana bisa begitu, san sendiri tidak tahu. Yang jelas tiba-tiba ia merasakan sebuah kesedihan. Seperti terlempar dalam pusaran nestapa. Air matanya meleleh pelan layaknya sungai di awal musim hujan. Dan makhluk bernama kenangan pun datang. Dengan dera dan luka di tangannya, ia paksa san untuk kembali menengok tahun-tahun silam yang tolol itu. Tanpa toleransi.

Kalian tau apa yang dilakukannya dipukul enam pagi? Ya, menunggu mingi dengan sapaan pesan hangatnya. San sesekali melirik benda pipih yang berada diatas kasurnya dengan mata yang masih berkaca kaca. Mingi sibuk lagi, begitu Pikirnya.

Jarum jam wekernya menunjukan pukul delapan lewat sepuluh, anehnya sejak tadi matanya tak juga mau terpejam lagi.  Padahal san termasuk golongan lelaki yang enggan berjumpa dengan pagi. Jujur, ia selalu melewati pagi dengan tidur lelap. Hampir tak ada aktifitas yang lain. Namun, bayangan masa lalu dan luka yang menyertainya memang selalu sukses menggiring san menuju keadaan hidup dan mati. Seperti kali ini.

Tok! Tok!

"San, mandi. Terus bantu mama bikin roti buat papa sama temennya" wanita paruh baya itu membuat gostur dengan jari telunjuk yang mengarah pada handuk dan kamar mandi secara bergantian.

"Iya mah" balasnya singkat.

Saat kakinya hendak memasuki kamar mandi, telinga tajamnya mendengar satu notifikasi pesan yang masuk, ia lantas berlari menuju kasur dan membuka pesan itu. Ah  benar, ternyata mingi yang mengucapkan selamat pagi untuknya.

Mingi
Selamat pagi tuan muda.

San sedikit terkekeh membaca pesan sederhana itu, ia duduk dipinggiran kasur dengan jari-jemari nya yang gemulai membalas pesan mingi dengan sudut bibir yang terangkat, manis.

Mingi
San, aku tidak bisa pulang lusa nanti.
Banyak tugas yang harus aku revisi beberapa kali.

Mingi
Jangan lupakan sarapanmu tuan muda. Mingi benci jika san-nya sakit. Mengerti? Aku harus pergi. Pacarku datang hehe.

San melunturkan senyumnya saat membaca pesan terakhir mingi, ia dengan sekuat tenaga membalas pesan mingi dengan senyum yang kembali dipaksakan

Hm, jaga dia.
Sampai jumpa.

San melemparkan asal smartphonenya diatas kasur. Mengucek matanya yang lagi-lagi basah karena air mata, sesak lagi. San belum terbiasa dengan kosekuensi jatuh cinta dengan mingi, akan sesakit ini.

"Pikiran untuk bersamamu besok memberiku kekuatan untuk melanjutkan hari ini." san tersenyum paksa disela isakannya. Tersenyum getir akan takdir yang diberikan sang pencipta kepadanya.

Malam itu rasanya benar. Dia adalah sosok yang membuat san insomnia sampai ia lupa cara mencumbu mimpi dengan mesra. Sejak saat itu mingi membuat san menjadi hampa dan hanya dirinyalah satu-satunya nada. Ia membuat san kekurangan udara hingga rasanya sesakkan dada. 

Apakah yang kau alami sama?

Apakah jantungmu pun berdegup kencang?

Apakah aku bisa menjadi penenang?

San bahkan tak bisa mengeliminasi setiap tanya yang ada. Mingi adalah satu-satunya jawaban dari setiap pertanyaan yang ada dalam pikiran. Pada masanya segala sesuatu akan hilang. Yang tersisa hanyalah sebuah ingatan dari sebuah perjalanan. Entah simbol, gambar, pesan, atau bangunan. Semua akan menjadi bahan untuk kita menganyam sebuah kenangan. Termasuk kita yang sedang berbagi perasaan.

"Apa aku boleh tetap menunggumu?"

"Biarlah tetap menjadi rahasia, tentang rasa dan tentang cintaku."

Oke, bye! Semoga masih baik-baik aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke, bye!
Semoga masih baik-baik aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twilight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang