# Prolog

30 8 8
                                    

"Asalkan kau bahagia ..."

***

"Ayo, anak-anak. Bu guru mau kalian sebutin cita-cita kalian. Kalian mau jadi apa, nih?" tanya bu guru sambil memandang anak didiknya. "Ale, cita-cita kamu apa, Nak?"

Ale tersenyum sejenak sembari membayangkan cita-citanya. "Ale mau jadi orang yang baik, Bu Guru."

Seisi kelas terdiam.

"Ale, itu bukan cita-cita namanya. Cita-cita tuh kayak guru, dokter, polisi, dan masih banyak lagi."

"Tapi kata Bunda, Ale harus jadi orang baik, Bu guru. Tak peduli setinggi apa profesi kita, kalau kita nggak baik ke sesama, ya, percuma." Ale menjawabnya dengan penuh keyakinan.

Ada semburat tipis yang menghiasi bibir bu guru, tanda ia takjub dengan jawaban anak didiknya. "Bagus, Ale. Ibu salut sama kamu."

"Kalau kamu, El? Cita-cita kamu apa?"

Anak yang bernama El tampak berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala. "El nggak tahu, Bu guru."

"Kamu nggak punya cita-cita, El? Contoh Ale, dong. Dia punya sikap yang mulia. Nanti sampai rumah kamu tanya Mamamu, barangkali Mama menasihati tentang cita-citamu."

"Baik, Bu guru," jawab El lesu. Semua orang sepertinya tak sadar jika ada sesuatu yang mengepal di bawah meja. El benci dibanding-bandingkan, apalagi dia adalah Ale-sepupunya sendiri.

***

Sepulang sekolah, Ale mengunjungi kediaman El untuk mengajaknya bermain. Ia hendak mengetuk pintu, tetapi tiba-tiba urung ketika dia mendengar seseuatu dari dalam rumah.

"Ma, sebenernya cita-cita El itu apa, sih? Tadi bu guru tanya, El bilang nggak tau, eh, malah dibandingin sama Ale," gerutunya. "El capek dibandingin sama Ale terus, Ma. El mau lebih unggul dari Ale."

"Pinter banget anak Mama-"

"El emang pinter, Ma. Tapi kalau dibandingkan dengan Ale, El nggak ada apa-apanya ..."

"Tadi El tanya apa cita-cita El, 'kan? Sekarang Mama tau cita-cita El itu apa."

Ada binar di netra El. Ia menyunggingkan senyumnya tipis, tak sabar dengan jawaban sang Mama. "Apa, Ma?"

"Lebih segalanya dari Ale," ujar Mamanya singkat namun penuh akan makna. Mama El melengkungkan bibirnya, tanda puas dan bangga dengan jawabannya sendiri.

"Kamu harus buktikan ke Mama kalau kamu mampu, El."

"Pasti, Ma. El akan buktikan ke Mama kalau El bisa lebih dari Ale. El akan melakukan apapun untuk menyingkirkan Ale. Apapun itu, Ma," ujarnya menggebu.

***

Sejak saat itu, Ale tau jika sepupu dan tantenya begitu ingin menyingkirkannya. Ale bisa merasakan kebencian yang ada di diri El. Ada sesuatu di dalam diri El yang merasa geram ketika semua orang memuji Ale. El ingin lebih unggul dan lebih segalanya dari Ale, dan Ale tau, jika El akan melakukan apapun agar bisa mendapatkan semuanya. Ingat, semuanya.

Lakukan apapun yang kamu mau, El. Asalkan kau bahagia, batinnya.

***
Heyyo, gaiseu!
Hope you enjoy it!

Dapat salam dari aku,
Hooman terkalem sejagat raya😊

Pulau kapuk, 1 Mei 2021

Cheese FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang