# Li : Kehilangan

17 4 2
                                    

" ..., meninggal pukul 18.05 WIB," sambung dokter itu.

🧀🧀🧀

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang spesial.

Hanya saja, yang membedakan adalah kemungkinan Cheesa bertemu Rey semakin sering. Ya, bagaimana tidak sering. Sekarang Omanya saja seakan menjadikan Rey sebagai sopir pribadinya. Ke manapun Cheesa pergi, Rey akan selalu menjadi buntutnya.

Omanya benar-benar meresahkan. Apa-apa Rey, apa-apa Rey.

Cheesa heran. Kenapa Oma bisa sepercaya itu dengan Rey? Padahal, kan, mereka baru saja kenal.

Gimana kalau Rey punya maksud buruk ke Cheesa?

Gimana kalau Rey ingin menculiknya?

Gimana kalau ... ?

Ah, sepertinya Cheesa harus membuang jauh-jauh pikiran konyol itu. Siapa juga yang mau menculik gadis seperti Cheesa? Memang, apa untungnya? Memang ada yang mau menculik gadis yang selalu menjadi beban dan tidak pernah berguna untuk orang di sekitarnya?

Lagi-lagi, overthinking itu datang

Tanpa diminta.

Tanpa permisi.

Memang, ya, overthinking itu seperti jailangkung.
Datang tak dijemput, pulang tak diantar.

Sebenarnya, Cheesa lelah setiap dihadapkan oleh rasa ini. Chesa ingin mencoba untuk mencintai dirinya sendiri. Namun, ....

Hasilnya nihil.

Cheesa tidak mampu.

Seperti hari-hari biasanya, Oma akan memanggil Rey dan mengundangnya untuk sarapan bersama. Sebenarnya, Cheesa sedikit malu dengan sikap sok kenal Omanya.

Di tengah acara sarapan, Cheesa berbisik. "Oma. Kenapa ajak Rey lagi, sih?"

"Ya, emangnya kenapa kalau Oma ajak Rey? Terserah Oma, dong! Kan Rey tamunya Oma. Bukan kamu," ucap Omanya yang tidak bisa dibilang kalem.

Sudahlah, Sa. Tenggelamkan saja dirimu. Niat hati berbisik biar nggak didenger sama orangnya, eh, malah Oma dengan santainya menjawab dengan ngegas!

"Tapi, kan, Ale nggak kenal sama dia, Oma," rengeknya pelan. Meskipun sudah ketahuan jika sedang membicarakan Rey, Cheesa tetap berbisik.

"Ya, makanya Oma ajak Rey di sini tuh biar kalian saling kenal. Katanya, tak kenal maka tak sayang. Ya, kan, Rey?" tanya Oma diikuti kedipan mata yang sontak mendapat cubitan oleh cucunya-Cheesa.

Dosa apa kamu punya Oma kayak gini, Le, batinnya.

Sedangkan Rey yang sedang menjadi bahan pembicaraan hanya mampu tersenyum simpul.

"Nah, tuh, lihat! Rey aja senyum-senyum. Tandanya dia nggak keberatan," ujar Oma menyimpulkan.

"Ih, apaan, sih, Oma!" ujar Cheesa kesal. "Dia sebenernya, tuh, keberatan. Cuma nggak enak aja sama Oma."

Cheesa sangat kesal dengan Rey. Pasalnya, ia tak mau berterus terang dengan Omanya. Kalau begini, kan, Cheesa juga yang tertekan.

"Rey. Bener yang dibilang Cheesa?" tanya Oma memastikan.

"Eh- enggak, kok, Oma."

"Ah, udahlah! Cheesa sebel sama Oma! Dibilang dia tuh nggak enak sama Oma, eh, malah ditanyai. Ya, jelas nggak mau jujur, lah," sungut Cheesa kesal.

Cheese FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang