#3. Percakapan & Kejadian Mistis

505 128 30
                                    

"Juni!" kupanggil dia setelah berjalan menjauh sekitar dua meter dari rumahku.

Dia berbalik.

"Habis ngapain?" tanyaku.

Eh, dia malah enggak jawab. Dia malah berbalik lagi dan melanjutkan jalan. Oh rupanya dia nganterin bolu buatan Mamahnya ke rumahku hari itu. Bolunya enak, bolu ketan hitam. Aku makan 4 *keureut.

*potong

Setelah hari aku nganterin Teh Widi, lusanya kulihat Juni dianterin laki-laki. Malamnya aku samperin ke rumahnya.

"Juni, yang tadi sore siapa?"

"Yang di mana?"

"Yang nganterin kamu."

"Sodara aku."

"Bohong kamu."

"Deden mau saya bohong?" tanyanya balik, lalu dia ketawa.

"Habisnya aku gak percaya." kubilang.

Juni mengangguk, "Itu kebiasaan orang yang suka bohong, gak percayaan sama orang."

Aku kehabisan jawaban, "Eh, bukan gitu..."

"Itu kamu nganterin siapa kemarin-kemarin?"

"Itu kakak kelas aku." jawabku.

"Pernah pacaran tapi?"

Aku menggeleng, "Gak mungkin dia mau pacaran sama aku." aku gak serius bilang soal ini.

Namun diluar dugaan, Juni malah menjawab,

"Mau aku deketin sama Teh Widi?"

Aku bengong dulu sedikit ...

"Itu kamu kenal!"

"Ya terus?"

"Ngapain atuh nanya ke aku siapa dia!"

"Nya baé weh atuh nanya wae meuni ulah!"
Ya biarin aja sih nanya doang gak boleh!

"Lain kitu!"
Bukan begitu!

Lalu hening, aku dan Juni sama-sama diam aja disitu. Aku gak tau mau bicara apa lagi, mungkin Juni juga sama.

"Juni," kupanggil dia.

Juni menoleh.

"Kamu suka ya sama aku?" tanyaku, geer.

"Aisia." jawabnya.

"Ngaku aja kamu."

"Ih, kunaon aisia Deden?"
Dih, kenapa dah lu Deden?

"Jangan suka sama aku, Juni. Biar aku aja yang suka sama kamu." kataku bercanda.

Juni malah ketawa, "Kumaha dinya weh."
Serah lu dah.

Malam itu aku duduk di teras rumahnya Juni, bersama Juni, bersebelahan dengan Juni. Mungkin begini dulu Aril dengan almarhumah Teh Redia.

Tapi gak ada yang spesial, malam itu juga gak kedengaran ada suara pengajian dari arah Masjid seperti biasanya. Gak biasa, malam itu lumayan sepi dari hari-hari biasanya.

"Juni," panggilku.

"Euy." sahutnya, dia memang kayak laki-laki.

"Kamu tau gak di jembatan, waktu aku SD pernah ada yang bunuh diri, *teteh-teteh siah!"
*perawan

"Wah? Kunaon?"
Wah? Kenapa?

"Ditinggal nikah, sebelum itu katanya diporotin sama *popotongan nya, katanya sih."
*mantan pacar

PANASEA 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang