Yang mau beli ebook Who Made Me a Villain komen yak!
***
"Kalau begitu, apakah kedua belah pihak keluarga setuju untuk mengakhiri pertunangan ini?"
Ariel memejamkan mata. Bohong jika dirinya mengatakan mudah mengakhiri hubungan yang diembannya selama ini seperti kewajiban.
Pemuda berpakaian bangsawan yang duduk dihadapannya itu sama sekali tidak berpaling padanya sejak gadis itu masuk ke dalam ruangan. Ariel setengah mati menghindari kontak mata diantara mereka. Semua akan kacau jika satu detik saja pandangan mereka bertemu. Karena jauh di dalam lubuk hatinya, Ariel merasakan sakit yang sama seperti yang Alardo rasakan saat ini.
Sejak kedatangannya, Alardo sama sekali belum mengucapkan sepatah katapun. Tapi Ariel tau, tatapan matanya mengatakan banyak hal. Sesuatu yang tidak bisa dikatakannya lewat lisan. Setelah kepulangan mereka dari Akademi Ophelia, Raja Louis melakukan pertemuan untuk mereka. Hanya ada kedua belah pihak keluarga yang duduk mengelilingi meja panjang di ruangan istana, yang menjadi saksi bisu berakhirnya ikatan mereka.
"Ya, Yang Mulia. Kami setuju."
Duke Marshwan. Ayah Ariel berkata tanpa ragu, tau apa yang sudah terjadi pada putrinya. Ariel meremas lututnya yang dibalut gaun putih polos semata kaki. Merasakan tangannya digenggam lembut oleh sang Ibu.
"Bagaimana denganmu, Nona Marshwan?" Ariel berkedut. Dirinya tau tidak mudah membuat sang raja setuju dengan keputusannya. Pria itu menatap kedua matanya. "Apa kau setuju ingin mengakhiri pertunangan dengan anakku, Alardo?"
Ariel bungkam. Irisnya bergulir. Untuk pertama kalinya memandang dua manik pemuda itu setelah sekian lama. Sorot matanya terluka. Dalam diamnya, Alardo tau, satu-satunya kesempatan untuk membuat Ariel berada disisinya telah berakhir.
Mereka bukan lagi 'mereka'. Ikatan itu sudah terputus sejak Alardo sendiri yang memutuskannya. Sekalipun ini semua bukan keinginannya, kesalahannya tidak akan bisa diperbaiki.
"Saya setuju."
Kehampaan merongga di dada Alardo. Pria itu menyorot kosong. Ariel memalingkan wajah merasa nanar. Gadis itu mencoba untuk tidak terluka kembali, dan Alardo menyesal untuk sesuatu yang tidak akan bisa diulanginya.
"Saya setuju untuk memutuskan pertunangan dengan Pangeran Alardo."
ʕ•ﻌ•ʔ
Suara langkah kakinya berderap. Lorong itu sunyi. Hanya ada sinar jingga di kala hari menuju senja. Ariel melangkah menuju kamarnya. Tidak peduli meski gaun yang dia pakai terseret-seret. Hari ini, dan detik ini juga, Ariel bukan lagi tunganan Pangeran Alardo. Pertunangan mereka sudah resmi dibatalkan. Mereka sepenuhnya sudah tak memiliki hubungan apapun.
Ariel berhenti melangkah di depan pintu. Gadis itu meraba pintu kamarnya. Sesuatu dalam dirinya terasa kosong. Rasanya ada yang hilang. Ariel menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
Pelan, Ariel mendorong pintu kamarnya. Baru saja kakinya melangkah masuk, Ariel dikejutkan oleh suara serta kehadiran teman-temannya.
"Kejutan!" Natasha merentangkan kedua tangannya ke udara menyambutnya. Kenneth, Nathael, Xhavier dan Evelyn yang juga berada di kamarnya hanya menggelengkan kepala merasa maklum pada kebiasaan gadis itu.
"Selamat datang kembali, Ariel." Natasha menghampiri nya dengan senyum lembut. Tanpa sadar, sudut bibir Ariel berkedut. Dia tidak bisa tersenyum. Ariel mengepalkan tangannya erat-erat sehingga teman-temannya menyadari apa yang sudah terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain 2
Fantasy[PART DI PRIVAT, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Book#2 Who Made Me a Villain. [Harap baca WMMAV 1 sebelum baca ini] LINK PEMBELIAN WMMAV 1 ADA DI BIO . Setelah terbangun sebagai Ariel Marshwan, Ariel mulai menyusun rencana untuk bertahan hidup. Tap...