01 | Gala - Plester Luka

21 4 0
                                    

"Jingga!"

Itu Gala, berlari ke arahnya dengan binaran indah dimata. Tidak lupa juga tersenyum manis seperti biasa.

"Paan?"

Nah kalau itu Jingga, yang berusaha bersikap biasa untuk menutupi debaran menggila di dada.

Siyalan makin ganteng aja sih pak ketu.

Anggala Yunanda atau yang lebih akrab dipanggil Gala itu berhenti tepat di hadapan Jingga, membuat cewek itu harus mendongakan kepala guna melihat wajahnya.

Pilihan yang Jingga sesali karena dilihat dari bawah sini kenapa kegantengan Gala makin terlihat tidak manusiawi?

Guna menetralisir debaran jantungnya yang memang tidak memiliki harga diri jika berhadapan dengan kaum good looking Jingga memilih melengos, memusatkan pandangan pada abang-abang penjual olos.

"Apaan sih?"

"Lo lupa ya?"

Mata bulat Jingga beralih lagi pada Gala. Menatap dengan sorot kebingungan yang begitu kentara. Memangnya Jingga melupakan apa?

"Lupa apa?"

Entah perasaan Jingga saja atau memang saat ini Gala sedang menunjukan raut wajah kesal padanya. Senyumnya memudar, tatapannya berubah suram, dan aura ramahnya menghilang.

"Kenapa weh? Gue lupa apa?" tanya Jingga panik.

Demi kerang ajaib! Apa yang Jingga lupa?!

Menghembuskan nafas kasar kemudian sedikit membungkukan badan. Gala berusaha menyejajarkan pandangan. Mengunci iris mata hazell Jingga dengan netra coklat gelap miliknya yang menawan.

Tanpa sadar Jingga menahan nafasnya. Kedua tangan menggenggam erat tali ransel guna menyalurkan rasa gugupnya.

Tangan Gala terangkat menyugar rambut yang munutupi keningnya ke belakang, memperlihatkan sebuah luka melintang di jidat sebalah kanan. Tidak telalu parah memang tapi tetap terasa menyakitkan.

"Lo gak lupa kan sama janji lo yang mau ngerawat jidat gue sampe mulus lagi?"

Jingga meringis pelan. Baru mengingat kalau pagi tadi di uks sekolah dia mengumbar janji pada Gala yang keningnya terluka karena tidak sengaja terkena lemparan penggaris besi miliknya. Dengan pede dia berkoar akan merawat luka itu bahkan sampai bekasnya menghilang.

Padahal Jingga hanya asal bicara untuk meredam rasa bersalahnya, kenapa Gala malah menanggapi dengan serius janji omong kosongnya?










Di salah satu bilik uks nomor tiga. Gala meringis menahan perih karena Jingga yang berusaha mengobati luka gores di keningnya menggunakan kapas, alkohol, juga betadin.

"Haduh, pak ketua maafin gue yaa. Beneran deh itu kecelakaan yang gak disengaja. Gak tau kenapa penggaris kurang ajar itu malah terbang melayang ke arah lo. Gue jadi gak enak nih udah bikin lo luka. Gini deh, gue janji bakal ngerawat luka lo sampe sembuh total, kalo bisa sampe bekasnya juga ilang."

"Gue pegang janji lo ya," gumam Gala pelan. Entah saking pelannya atau memang Jingga yang mengalami kebudegan dini, cewek yang masih sibuk mencari plester luka itu bahkan sampai tidak menyadarinya.

Diam-diam Gala tersenyum begitu mendapati wajah Jingga yang begitu dekat dengannya karena harus menempelkan plester luka di keningnya.

"Nah, selesai."

Dan Gala tidak ingin selesai secepat itu.







Saat ini Gala dan Jingga tengah berada di lapangan basket indoor hanya berdua. Setelah obrolan singkat keduanya di gerbang sekolah tadi, Gala tanpa sungkan langsung menggandeng Jingga dan membawanya ke sini.

"Plester luka yang tadi gue pasang kok udah lo copot sih?" tanya Jingga memecah keheningan ruangan, cewek itu hanya berdiri di samping Gala.

"Sengaja," Gala menjawab dengan fokus yang masih terpaku pada bola basket ditangannya.

"Ih, kok gitu!"

Dan Gala hanya tersenyum. Ada yang tau kenapa Gala seperti itu?

"Luka lo masih kerasa perih gak?"

"Masih."

"Tuh kan lo bandel sih, udah bagus tadi ketutup plaster malah lo lepas. Eh bentar-bentar, kayaknya disaku masih sisa 1 deh."

Gala tersenyum melihat Jingga yang sibuk merogoh kantong jaketnya, begitu mendapati plester luka bergambar wortel cewek itu tanpa sadar langsung mendekat pada Gala. Tangan kecil itu memegang wajahnya, menyibak poninya, kemudian menempelkan plester di sana.

Jingga tidak tau saja kalau perbuatannya itu membuat Gala terdiam, dengan jantung yang kian berdebar.

Gala terpaku, netranya berkedip lucu. Wajah hingga telinganya mendadak berubah merah. Rasanya seperti terkena demam di musim semi yang indah.

"Nah udah. Yok pulang."

Dan hari ini berakhir manis dengan sebuah plester luka bergambar wortel di keningnya.
























Nulis apa ini woey astaga. Cringe parah 😭

Update sesuai mood sama kalo ada ide :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JINGGA (and the eight popular boys)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang