-sahabat

23 8 2
                                    

"Hahah, sahabat katamu? Kau fikir aku tidak tau bagaimana perasaan kamu sama dia"

"Kau salah jika memang kau berfikir aku menyukainya! "

"Kau bodoh kenzie, kau kira aku tidak memperhatikan mu sejak pertama kali sahabatmu itu masuk sebagai siswa baru di sekolah kita? " Aku sudah muak dengan yang kenzie katakan.

Memang dia mengaku kalau Nara itu sahabat nya dari kecil. Tapi melihat dia memperlakukan dan memperhatikan nara itu membuat ku curiga. Bagaimana mana tidak, dia selalu saja mengabaikan ku di saat dia sudah bersama nara.

"Airin, dengerin aku dulu. Kan aku pernah bilang sama kamu, kalau aku sama Nara itu sahabat dari kecil, dan kami berpisah saat kami sama² memasuki bangku SD, " Ku perhatikan kenzie yang berkali-kali menarik nafas panjang.

Mungkin dia juga lelah menjelaskan masalah itu kepadaku. Tapi masalahnya, aku belum bisa percaya kalau dia tidak menaruh perasaan kepada Nara.

"Yasudah, aku minta maaf, sudah membuat mu kesal. Aku tidak ada maksud untuk melarang mu dekat dengan Nara, tapi tolong hargai perasaan ku yang saat ini masih memiliki status sebagai pacarmu. "

Karna kelamaan menunggu respon dari kenzie, aku memilih untuk meninggalkannya, biarkan dia berfikir dangan apa yang tadi ku katakan. Jujur ini bukan pertama kalinya aku mengalah, dan bukan pertama kalinya aku memaafkan kenzie.

Hampir di setiap pertengkaran kami, di akhiri dengan aku yang meminta maaf, walau sebenarnya itu bukan kesalahanku.

Sekarang aku sedang berjalan ke kelas XII MIPA 2, itu adalah kelas sahabatku. Kalian tau, rasanya aku tak pantas di sebut sahabat oleh gibran, di karenakan, aku mulai menjauh dari dia semenjak aku berpacaran dengan kenzie.

Aku munafik bukan? Aku datang saat aku membutuhkan bantuan gibran. Dan bodohnya lelaki itu, dia tetap saja ingin membantuku. Padahal aku sudah bilang sama dia kalau dia tidak perlu lagi memganggap ku sahabat.

Tapi dia tetep saja menyebutku sebagai sabahabatnya.
Kalian mau tau apa yang bikin aku begitu tersentuh dengan gibran?. Yah waktu aku memintanya untuk tidak menjadi sahabatku.

"Dengan siapa pun kau sekarang, sekeras apa pun kau menjauhi ku, aku yakin kau akan tetap kambali pada ku. Aku tau bagaimana sifat Dan kebiasaanmu, kau fikir waktu yang kita lewati itu sangat singkat,? Hahaha tidak. Bahkan dari dalam kandungan pun ibu kita tidak pernah lelah untuk mempertemukan kita di setiap harinya. Maka dari itu aku lebih memilih tetap disini. Jika kau ingin menjauh itu terserah kamu, tapi kalau kau ingin kembali, aku tetap stay disini, dan tampa perubahan sama sekali."

Jujur perkataannya itu hampir saja bikin aku menangis. Tapi karna memang gibran orangnya ngeselin, ngk ada satu waktu pun dia tidak mengajakku adu bacot, dan akhirnya pembicaraan kami berakhir setelah adu bacot yang tak berguna itu selesai.

Tidak sampai beberapa menit, kini aku sudah berada di depan kelas gibran. Setelah dia keluar, aku menarik tangannya sambil barlari menuju taman belakang sekolah.

Di bawah pohon besar yang rindang, aku dan gibran duduk di Sana, setelah menceritakan keluh kesahku tentang kenzie, akhirnya kami berdua memilih untuk makan makanan bawaan kami. Cape juga ya menangisi orang yang sama hampir tiap hari.

Di sela-sela makan ku, aku memperhatikan cewek yang sedang duduk di bangku taman, dengan seorang lelaki yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu.

Sepertinya aku tidak asing dengan belakang lelaki itu, dan makin tidak asing lagi ketika aku melihat sweater yang di pakai lelaki itu.
Tampa fikir panjang, Aku menghampiri kedua orang itu. Dan memakinya, tapi memaki dalam hati ya guys.

Dan ku lihat gibran yang sedari tadi memanggilku, tapi tidak ku ladeni, sekarang sedang berjalan mendekatiku.

"Heheh, romantis ya kalian berdua. Apa kalian ngak tau kalau ini masih di kawasan sekolah"

Seketika itu juga dua sejoli itu mengangkat kepala Dan melihat ku.

Ku lihat gerakan kenzie yang sudah salah tingkah. Dan si perempuan yang di dekatnya hanya senyum malu-malu. Ihhh dasar sewek aneh.

"Airin? "

"Hah? Ini yang namanya airin"? Gadis itu bertanya kepada kenzie

"Iya, ini airin, " Wah, ternyata kenzie telah menceritakan tentang ku kepada cewek itu. Aku hampir saja senyum bahagia, karna ku fikir kenzie menceritakan ku sebagai pacarnya. Tapi ternyata

"Airin temannya kenzie ya?, kenalin aku Nara sahabatnya kenzie. " Hah, apa? Teman katanya.

Seketika aku memasang senyum paksaan Dan membalas uluran tangannya.

"Hehe iya temannya kenzie. Hah, sahabat? Wah ku kira kalian sudah pacaran! "

"Ngak ko' kita ngak pacaran, tapi rencananya... "

"Kenalin aku gibran aditya putra. Panggil aja gibran! "

Ucapan Nara tiba-tiba di potong sama gibran kurang ajar ini. Apa dia tidak pernah mengingat ucapan mama karin, yang katanya kalau orang lagi ngomong itu ngak boleh di potong.

Dasar anak bandel, btw mama karin itu mamanya gibran ya, tapi memang dari kecil aku sudah memanggil mama karin dengan sebutan mama. Begitu juga dengan gibran yang memanggil ibuku dengan sebutan ibu.

Sebenarnya aku penasaran dengan kelanjutan pembicaraan Nara tadi. Tapi sayangnya gibran sudah menarikku menjauh dari mereka.

Sekilas aku melihat wajah kenzie, yang tidak terusik sama sekali melihat tanganku di gandeng dengan lelaki lain.

Apakah aku tidak sepenting dulu lagi?








Jangan lupa vote nya guys........😁

MAYBE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang