Have a nice day and happy reading!
.
.
.
.
Ting tong
Seorang pemuda berwajah manis tengah berdiri di depan pintu rumah bokuto. Tangannya memegang seplastik box berisi kue buatannya sendiri. Niatnya ingin memberikan makanan manis tersebut ke teman burung hantunya itu.
Tangannya kembali memencet bel saat merasa tidak mendapat sahutan.
'Apakah mereka sedang tidak dirumah?' tepat saat ia berpikir begitu, pintu dihadapannya terbuka.
Seorang gadis bersurai (h/c) membukakan pintu. Wajahnya terlihat pucat dan lesu. Bibir pinknya pun berwarna sama seperti kulit. Sebelah tangannya memeluk perut dengan lemas.
"Ah..akaashi-san, masuklah" ujar (name) lirih.
"Apa kau baik baik saja, (name)-san?" tanya akaashi khawatir
"Ya.. Hanya sedikit masuk angin...hmp" tiba tiba (name) berlari masuk ke kamar mandi. Sayup sayup terdengar suara seseorang tengah memuntahkan isi perutnya.
Akaashi memutuskan untuk memasuki rumah itu dan menutup pintu nya.
Rumah yang biasanya ramai, saat itu sangat sepi. Akaashi dapat menyimpulkan bahwa bokuto sedang tidak dirumah.
Saat akaashi hendak meletakan kue ke meja di depannya, (name) keluar dari kamar mandi dekat situ.
"Apakah kau baik baik saja? Apa kau butuh kutelfonkan bokuto-san? " tanya akaashi
"Tidak perlu, aku baik baik saja"
"Tapi wajahmu benar benar pucat"
"Tidak apa. Ada apa kau kemari, akaashi-san?" (name) mengalihkan pembicaraan.
"Tadi aku membuat kue dan ingin memberimu dan bokuto-san. Barangkali ia sedang dalam emo modenya. Tapi sepertinya ia tidak dirumah" akaashi menyodorkan kuenya ke arah (name) yang baru duduk di ruang tamu
"Koutarou sedang ada latiha- hmpp"
Lagi lagi (name) berlari ke kamar mandi tepat setelah kue dari akaashi berada di tangannya.Melihat kondisi (name) yang memprihatinkan, akaashi memutuskan untuk menelfon bokuto.
"Moshi moshi, bokuto-san"
"Agaaasheee!"
"Apakah kau bisa pulang sekarang? (Name) sedang-"
"ADA APA DENGAN (NAME) KU?!"
"tenanglah dulu, bokuto-san. (Name) sedang tidak enak badan. Sebaiknya kau antar ia ke rumah sakit"
"Tapi aku sedang ada latihan dengan tim nasional" suara bokuto terdengar lesu
"Tak bisakah kau ijin pada iwaizumi-san demi istrimu?"
"Biar kucob-" belum sempat bokuto menyelesaikan kalimatnya, terdengar teriakan menggelegar.
'BOKUTO! KITA SEDANG LATIHAN JANGAN TELFONAN DULU!'
Tut..tutt..
Sambungan pun terputus.
"Sudah kubilang tidak perlu menelfon Koutaro, akaashi-san. Aku baik-hmp" baru saja (name) keluar ke ambang pintu kamar mandi, ia kembali berlari masuk dan memuntahkan isi perutnya.
(Name) terlihat lemas. Karna itulah Akaashi membantu (name) berjalan ke kamarnya di lantai 2.
"Akaashi-san, bisakah kau membantuku?" tanya (name) dengan lirih setelah gadis itu terbaring di kasurnya.
"Tentu, kau butuh apa?"
"......" dengan sangat lirih (name) berucap. Akaashi yang memiliki pendengaran yang tajam pun langsung mengerti dan segera pergi.
Butuh sekitar sepuluh menit hingga barang yang diminta tiba di tangan (name) dan bisa digunakan.
Kruyukk..
"Biar kubuatkan bubur" ujar akaashi penuh pengertian
(Name) yang merasa tidak enak pun segera mencegah. Namun tenaga nya benar benar sudah terkuras, jadi ia hanya bisa membiarkan akaashi pergi ke dapur.
'Akaashi-san bahkan lebih perhatian daripada suamiku. Apakah Koutarou membenciku hingga lebih mementingkan latihannya ya?' batin (name)
Pikirannya mulai memikirkan berbagai skenario buruk tentang bokuto. Hingga ketakutan akan diceraikan oleh bokuto muncul dalam hatinya, dan membuat air mata turun dari manik indahnya. Awalnya hanya setetes, namun kian lama ketakutan itu semakin besar dan membuat air mata yang turun semakin deras.
Suara sesenggukan terdengar jelas di kamar itu. Hingga suara pintu terbuka beserta suara langkah kaki terdengar.
"(Name)? Eh? Apakah ada yang sakit?" akaashi segera meletakan semangkuk bubur yang ia bawa di nakas, dan mendekati (name).
Tangan akaashi membalikan tubuh (name) yang tidur membelakanginya. Wajah gadis itu sudah merah dan penuh air mata.
"A-akaashi-san...hiks.." (name) yang sedang emosional itupun langsung bangkit dan memeluk akaashi. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang pemuda.
"Tidak apa apa. Tenanglah" akaashi mengusap pelan punggung (name).
Cukup lama (name) menangis di pelukan Akaashi. Entah darimana stok air mata (name) hingga ia bisa mengangis selama hampir sejam tanpa henti.
Sayup sayup dapat terdengar suara gaduh dari lantai satu, tempat pintu masuk berada. Kegaduhan itu bergerak ke lantai atas hingga kamar dimana kedua manusia ini berada.
BRAKK
"(Name)!" dengan terengah engah bokuto menghampiri (name).
"(Name)...?"
.
.
.
.
Tbc.
Hayo oleng~ ( ͡° ͜ ʖ ͡° )
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSHINE PROJECT • Bokuto Kotarou✔
FanfictionYou make me happy when skies are grey Tanpa matahari, hidup mu akan selalu kosong. Karna itulah aku selalu membutuhkannya, my sunshine -(name) Apa yang kalian harapkan dari kehidupan pernikahan Bokuto Koutaro si tukang emo? Ia akan menjadi lebih dew...