Jauh sebelum dunia berapi layak kiamat yang telah tiba dari seorang anak kecil, kini Harrison yang masih menyelidiki si buang kerok dibalik adanya pengubahan nama Tembok Galilei yang menjadi bahasa Italia, walau memiliki alur pemikiran yang berbeda dengan seniornya si Falcon yang masih di asingkan jauh kedalam hutan malapetaka.
Malam masih sama dinginnya, walau jauh ke timur tengah terjadi sebuah penyerangan yang bersama dengan matahari kecil, pria paru baya yang semenjak tadi melihat keluar jendela kereta kudanya, hanya menyaksikan sebuah pemandangan perkotaan yang mewah dengan ribuan orang yang entah dari mana datangnya.
"Komandan, apakah Galilei akan menjadi negeri internasional?" tanya Koro yang masih mempersiapkan pena di atas lembaran kertas yang nampak usang dengan ukiran tinta hitam tua.
"Kita tak ada pilihan selain tetap seolah tak ada apa-apa dan mengikuti alur besar ini," muka serius masih terus terpancar, walau rasa bingung dan firasat yang tak enak masih memenuhi separuh benaknya.
Acara sambutan yang diikuti oleh banyak orang itu, kini mulai nampak ramai didepan gedung yang sebentar lagi akan dibuka dan gedung itu adalah gedung lama pengadilan tinggi Santrano.
"Jenderal, kita sampai, " bisik Alex yang masih menunggangi kereta kuda sembari mengantri menurunkan para tamu undangan yang dihormati.
"Siapa saja yang datang?" tanya pria yang mulai memikirkan apa sikap yang akan ia tunjukkan nantinya, "Menurut pemandangan sekitar, terdapat perwakilan kerajaan Timur, Barat dan Tenggara serta Selatan dan sisanya hanya kerajaan kecil ras manusia."
Laporan singkat itu membuat Harrison mulai berpikir mengubah sikapnya terhadap puluhan perwakilan kerajaan lainnya, dengan memprioritaskan informasi dan buang kerok harus segera ditemukan.
"Baiklah kita turun," ajak Jenderal yang langsung keluar sembari sebuah informasi dari penyambut acara, "Perwakilan Pasukan Langit, Jenderal Harrison."
Namun sebuah sambutan itu malah menimbulkan banyak bisikan yang cukup membuat risih orang yang menjadi bahan obrolan yang tak mengenakkan hati.
"Aduh," jatuh pria paru baya yang kini berhasil membuat obrolan itu makin panas, "Hehehe, maafkan saya," senyuman rasa malu itu kian membuat orang-orang mulai tak percaya bahwa jenderal yang disebut dewa pasukan langit adalah penyelamat.
"Apakah Jenderal baik-baik saja?" prihatin Ming yang bingung melihat tingkah Harrison yang seketika layak anak-anak berumur 14 tahun saja.
Namun belum hilang penasaran itu dan ketakutan sempat menyentil, bahwa Jenderal mereka tengah gila itu harus terbantahkan, "Berikan kode pada Alex dan Vino untuk mengintai lebih jauh. "
"Hehehe, gapapa kok aku cuma tergelincir, " lanjut sangat Jenderal nyang tahu tingkahnya sangat mencurigakan, namun dirinya harus bisa menyembunyikan sifat asli dirinya hingga waktu yang tepat melancarkan strategi.
Anggukan pria yang berada didepan kedua pria yang masih harus menaruh kereta kuda mereka itu, kini mulai beranjak dengan wajah yang mengerti segala rencana yang disusun sebelumnya.
"Selamat malam, jenderal," sapa seorang pria yang berasal dari ras Amerika dengan zirah putih dan jubah merahnya mulai memberikan hormat.
"Hehehe, malam juga, " sapa Harrison yang mulai cengegesan, meskipun pria dengan kulit putih didepannya menerima sikap yang ditunjukkan.
"Perkenalkan saya Jenderal Charles dari Kerajaan Barat yang sengaja diutus oleh Kaisar untuk menyambut kabar baik dari tembok Galilei," jelas pria dengan poni rambut berwarna merah yang menggantung.
"Salam kenal, nice to meet you."
"Maaf jenderal, apakah anda bisa memberikan gambaran sedikit waktu memburu Xinom?" tanya pria muda yang masih berjalan dengan pria paru baya yang masih tersenyum layak bukan dirinya yang tegas dan kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAL "W.H.I.T.E L.I.G.H.T" [Complete]
FantasySebuah cerita kelanjutan dari hujan darah dan setiap tangisan sesal yang belum terbayar lunas, kini bukan lagi anak-anak yang bermain hanya sebuah imajinasi yang tergambar.