BAB 2

44 7 10
                                    

Kosong ....

Satu kata yang dapat menggambarkan ruangan di mana ku berada sekarang. Benar-benar kosong, sejauh mata ku memandang yang dapat kulihat hanyalah kekosongan, tidak ada barang, makluk hidup atau bahkan cahaya benar-benar kosong!

Ku teruskan langkah kaki ku, mencoba menjelajahi ruangan ini barang kali ada sesuatu yang akan kutemukan, namun hasilnya nihil. ruangan itu terasa luas sekali, seperti tidak berujung.

25 menit aku berjalan tanpa tujuan yang pasti, tapi aku blom menemukan apapun.

Hingga tiba-tiba aku mendengar suara, awalnya suara itu terdengar samar, bahkan nyaris tak terdengar tapi lama-lama suara itu makin keras, suara itu terdengar seperti rintihan kesakitan yang pasrah meminta pertolongan.

2 menit kemudian aku mulai mendengar suara lain. Sepertinya suara benda yang di seret, ya pasti benda tersebut sangat berat hingga menimbulkan suara seretan yang lantang.

Ku arahkan mataku ke arah sumber suara tersebut yang berada di belakang ku, tapi tetap saja aku tak dapat melihat apa pun. Hanya kegelapan yang ada si sana.

Lalu aku tersadar akan suatu hal, suara kesakitan? Suara seretan? Apa kira-kira rupa sumber suara itu?!

"SIAL" batin ku
Bayangan ku terpaku pada suster ngesot yang ingin menerkam, kalo bukan suster ngesot, makluk apa lagi yang menghasilkan suara seperti itu??

Jantung ku mulai berdebar hebat, perasaan ku tercampur aduk, rasa takut, penasaran, sesak, panik bercampur jadi satu.

Aku coba gerakkan kaki ku, mencoba menjauh dari sumber suara tersebut. Namun entah mengapa kaki ku mulai terasa berat, membuat tubuh ku susah gerak. Ku kerahkan seluruh tenaga ku, mencoba sebisa mungkin menghindar dari suara itu.

Namun saat aku sudah berlari lumayan jauh, aku melihat sesuatu. Cahaya! Ya ada cahaya di ujung ruangan ini. Cahaya itu sangat terang hingga berhasil menerangkan sebagian bagian dari ruangan ini. Tanpa pikir panjang aku langsung berusaha berlari lebih cepat, mencoba mendekati cahaya tersebut dan masuk kedalamnya. Namun langkah ku terhenti ketika aku mendengar suara lain.

"TOLONG, JANGAN PERGI!! AKU MOHON, TOLONG BANTU ANAKKU DULU, AKU MOHON KAU SATU-SATUNYA HARAPAN KAMI!!"

Seketika jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesat, tubuhku terasa seperti tidak bisa di gerakkan.

"AKU MOHON TUAN MATTEO!!"

suara itu terdengar seperti suara seorang wanita, suaranya agak serak, dan seperti nya dia bersusah payah mengumpulkan nafas untuk bicara.
Lama-lama aku mulai dapat mendengar nafasnya, seperti orang yang terengah-engah. Aku juga dapat mendengar suara seretan itu lebih jelas lagi.

Jika saja aku bisa pingsan kapan pun yang aku mau mungkin aku akan melakukan nya sekarang juga, namun sialnya aku tidak bisa. Tubuh ku masih terpaku tak bisa di gerakkan, pikiran ku masih mengarah kebayangan suster ngesot.

"Mati lah aku" batin ku

Kupejamkan mata ku, agar rasa takutku berkurang.

"Ya tuhan tolong aku"

Ku ucapkan doa itu terus menerus sambil menutup mata ku hingga tiba² kurasakan sebuah tangan menggengam kaki ku

𝐌𝐚𝐭𝐭𝐞𝐨 𝐏𝐫𝐨𝐦𝐞𝐭𝐡𝐞𝐮𝐬 & 𝐓𝐡𝐞 𝟑 𝐊𝐢𝐧𝐠𝐝𝐨𝐦𝐬 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang