BRAK
BUGH
BUGH
"BANGSAT LO!"
"MATI LO ANJ*NG!"
Saat ini geng the black tengah melawan musuh bebuyutannya yaitu geng the Lion, musuh abadi the black yang mana dulunya mereka adalah sahabat sejati, namun karena kesalahpahaman masa lalu membuat kedua belah pihak saling salah menyalahkan dan membuat mereka memiliki dendam yang ingin di balaskan.
"Gue udah bilang sama lo ALEXANDER,BUKAN GUE YANG BUNUH KARIN, TAPI LO TETEP NGAAK PERCAYA BANGSAT!"
Alaska meneriaki Alex yang menjadi sasaran empuknya saat ini, Alex adalah leader the Lion yang memiliki dendam kepada sahabat lama, ralat mantan sahabatnya yaitu Alaska.
"Cih, lo pikir gue percaya HAH, GUE SAMA SEKALI NGAAK PERCAYA!" Alex berteriak dengan lantang.
Alaska menarik kerah baju Alex dan memukul wajah Alex dengan membabi buta.
"Lo pembunuh Aska!" Alex kembali menyuarakan dendamnya dengan suara tertahan, karna sudut bibir nya telah robek.
Mendengar kata itu membuat Alaska tambah marah dan hampir membunuh Alex jika saja Alan tidak mencegahnya.
"Aska, jangan gegabah dia cuma salah paham, jangan sampai masalah ini bikin lo kacau."
Suara dingin itu membuat Alaska yang sering disapa Aska itu menatap sahabatnya, lama.
"Lo ngaak tau apa-apa Alan."
Alaska masih saja menahan kerah baju Alex, meski tubuh Alex sudah tak berdaya lagi.
Alan maju dan memukul wajah Alaska, Membuat Alaska menjauh dari Alex yang telah ambruk ke aspal.
"MAKSUD LO APA HAH!!" Alaska menaikkan nada bicaranya ketika Alan malah memukul wajahnya.
Alaska hendak membalas perbuatan Alan, namun urung karena sahabatnya itu telah menyuntikkan obat penenang padanya hingga Alaska langsung ambruk tak sadarkan diri.
Alan beralih memandang Alex dengan wajah datar, namun tersirat akan makna lain.
"Lo nggak tau yang sebenarnya terjadi Lex, lo cuma bisa bikin kesimpulan dengan apa yang lo liat."
Mendengar suara rendah nan datar milik Alan itu pikiran Alex berkecamuk, namun egonya tetap ia pertahankan.
"Lo berdua munafik."
Alex berusaha untuk bangkit, namun tidak bisa.
Alan memandang teman-teman alex yang sudah tergeletak diaspal dengan tatapan datar, semuanya terjadi akibat pertempuran kedua geng mereka.
"Gue, cuma berharap suatu saat nanti, kita bisa kembali menjadi sahabat."
Alan mengatakan itu dengan memejamkan matanya, mengingat kenangan indah mereka yang telah berlalu, menjadi sebuah pertentangan karena sebuah kesalahpahaman dimasa lalu.
"Jangan mimpi!"
"Gue ngaak mau sahabatan sama lo berdua, bahkan gue nyesel pernah ketemu sama kalian!"
Alan memandang sahabat lamanya itu, tersirat diwajah Alan rasa sendu melihat Alex tampak begitu membenci dirinya dan Alaska, meski kini mereka telah menjadi musuh tapi tak membuat pandangan Alan berubah.
Alex tetap lah Alex yang berbuat sesukanya, namun Alex akan tetap jadi sahabatnya.
Dengan berat hati Alan berbalik dan meninggalkan Alex yang terkapar di aspal menuju ke arah teman-temannya yang sudah berniat pergi karena mereka telah memenangkan pertempuran.
"Cabut."
"Kita ke markas."
Suara Alan mengintruksi seluruh anggota geng the black untuk kembali ke markas, membopong tubuh Alaska yang sudah pingsan, akibat efek obat penenang yang disuntikkan tadi.
Alex menatap kumpulan orang-orang yang pergi itu dengan amarah yang tak bisa ia salurkan.
"Gue benci sama mereka!"
"Gue bakal balas dendam Karin sama lo Alaska!" gumam Alex memandang kepergian the black hingga matanya mulai terpejam dan tak sadarkan diri.
_____________
Alaska membuka matanya perlahan ketika merasakan aroma minyak kayu, ia mengedipkan matanya perlahan hingga bisa menyesuaikan cahaya yang ada dengan Indra penglihatan miliknya.
Mendudukkan dirinya, ia memandang empat orang yang ada di depannya dengan tatapan datar.
Lalu, matanya bertubrukan dengan Alan, kemudian menarik kerah baju pemuda itu.
"Kenapa lo nahan gue tadi!?"
Alaska tampaknya masih belum bisa mengontrol emosinya, tampak ketiga orang yang ada di depannya ikut kaget melihat tingkah Alaska.
"Dia sahabat lo."
"Cih, sahabat? Kalo dia sahabat gue, dia ga bakal percaya gitu aja sama apa yang dia orang liat dari sudut pandang lain."
Tak lama setelah itu, Alaska tertawa, ia bahkan tidak peduli lagi dengan anggota lain yang tengah menatapnya.
Alaska meredakan tawanya, lalu memandang Alan.
"Gue pembunuh ya?"
Alan menggeleng, ia menepuk bahu Alaska pelan, seakan menguatkan jawabnya.
Alaska berdecih, ia menepis tangan Alan yang ada di bahunya, lalu beranjak dari sofa.
"Lo mau kemana?"
Alaska diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari Lio, salah satu anggota inti dari geng mereka.
Pemuda itu mengambil jaket kebanggaan the black serta kunci motornya.
Ia melangkahkan kakinya menuju keluar markas, dan tak lama kemudian suara mesin dari motor Alaska terdengar.
Sahabatnya yang melihat itu hanya bisa berdo'a agar sang ketua tidak akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan nyawanya sendiri.
"Gue bingung."
Alan menoleh ke arah Ilham, pemuda yang baru saja bersuara itu.
"Kenapa Alex bisa yakin Alaska yang bunuh Karin, padahal dia tau Alaska udah terobsesi sama Karin, dan ga mungkin juga Alaska nekat bunuh dia kan."
Ilham menyuarakan pendapatnya, meski saat kejadian terjadi ia tidak ada di tempat, namun hal ini tampak ada yang mengganjal.
"Penghianat."
Ilham menatap pemuda yang ada di sampingnya.
"Maksud lo, ada penghianat di geng kita?"
Pemuda itu mengangguk, ia mendekati meja catur, lalu mengambil alih salah satu bidak catur.
"Semuanya bisa terjadi, kalau ada penghianat."
Tak
Raja yang ada di bidak catur langsung di geser oleh bidak catur yang di pegang oleh pemuda itu.
"Dan penghianat, bisa berada di sekitar kita."
Alan terdiam mendengarkan ungkapan Titan, pemuda yang memiliki raut tanpa beban itu memang selalu bisa menyuarakan pendapatnya yang terkadang bisa di jadikan tolak ukur.
"Gue takut."
"Kalau suatu saat nanti, masalah ini bikin geng kita bubar."
Lio menepuk bahu Alan, kemudian memberikan senyuman.
"Percaya sama Alaska, dia ga bakal biarin hal itu terjadi."
______________
NB : Revisi berjalan dengan up ulang.