"Jika kau menjadi pelangi akankah cerita ini dapat ditentukan akhir dari cerita yang melelahkan?" Alea melihat ke ombak pantai.
"Ya, Tentu saja. Aku akan melindungimu dan membuat akhir yang bahagia dari cerita ini." Rendra menarik tangan Alea.
Alea pun berdiri dan menatap Rendra. Ia tersenyum dengan leluasa dan mengalihkan pandangannya ke matahari yang sangat silau.
"Silau banget yah?" Tanya Rendra sambil menutupi Alea dari sinar matahari.
"Makasih." Alea menundukkan pandangannya.
Tiba - tiba saja Rendra menarik tangan Alea dan membawanya ke suatu tempat. Disana terdapat payung dan ada tempat duduk. Mereka duduk di salah satu kursi tersebut.
"Kenapa kamu bawa Aku kesini?" Alea melihat wajah Rendra yang terkena angin pantai.
"Pffttt.. lucu." Kata Alea singkat.
"Kenapa? ketawain aku ya?" Rendra melihat Alea.
"Ng- ngga ko tadi ituu.."
"Itu apanya? iya kan ngetawain aku." Rendra memastikan bahwa Alea menertawakannya.
"Iya, hehe jangan marah yaa." Alea menunduk mengakui kesalahannya.
"Ahaha, kenaa kamu!" Rendra tertawa terbahak - bahak.
Mereka saling bercanda dan iseng. Ragas yang sedang berjalan di tepi pesisir pantai melihat mereka bercanda.
"Andai aja aku ga sakit kanker.. pasti aku yang ada disana."
Ia memegang dada nya sambil mengelus pelan. Air mata terjatuh ke pipinya yang lembut. Ia berjalan pergi dari Rendra dan Alea.
Ragas menghampiri Nayya yang sedang mengobrol dengan temannya. Ia menarik tangan Nayya dan membawanya jauh.
"Nay.. Gue capek seharusnya gue yang ada di sana bareng Alea. Tapi kenapa? Kenapa gue harus sakit kanker!" Ragas memegang kepalanya dan menangis.
"Ragas.. Gue suka sama lo gue tau kita cuma sandiwara. Lo bilang ke Alea kalo lo dulu ngejagain gue sakit padahal lo yang sakit." Nayya menenangkan Ragas dengan mengelus punggungnya.
"Gue gamau dia sedih. Gamau kalo dia denger gue kanker jantung. Dia bakalan sedih, Nay." Ragas menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Mau gimana lagi, Lo cuma bisa lakuin ini ke dia biar dia bisa ngelupain lo." Ucap Nayya pelan sambil menahan air matanya.
"Apa yang gue lakuin ini benar?" Ragas termenung.
"Tuhan! Ambil nyawaku! Kalau emang aku gabisa bersatu sama dia, buat dia bahagia walaupun dengan yang lain!" Ragas teriak sekencang - kencangnya.
"Ragas.. Tenang ragas.."
"Gue gabisa tenang, Nay. Dokter udah bilang kalau sisa hidup gue gak lama lagi." Ragas terus menangis dan memegang dadanya.
Ia terus merasakan sakit dari jantungnya. Hingga kemarin Ia sampai dilarikan ke rumah sakit. Setelah 2 jam Nayya menenangkan Ragas akhirnya ia berhenti menangis.
Ia membaringkan kepala Ragas di kursi dan melihatnya tidur terlelap. Nayya terus menatap Ragas sambil tersenyum.
"Ragas.. Asal lo tau seberapa besar rasa sayang gue ke lo. Tapi gapapa, kalau lo cuma sayang ke Alea." Ucap Nayya didalam hatinya.
Akhirnya air mata yang ia tahan tadi pun terjatuh di pipinya. Ia mengelus rambut Ragas dengan lembut. Sementara, Rendra dan Alea yang daritadi memesan makanan. Sedang makan bersama sambil bersenda gurau.
Rendra melihat rambut Alea yang berantakan. Ia mendekati wajah Alea dan menyelipkan rambutnya ke telinga Alea.
"Cantik." Ucap Rendra pelan.
Lagi lagi Alea tersipu malu karena perkataan Rendra. Pipinya yang tembem merah merona.
"Ayo cepetan makannya bentar lagi tutup nih." Rendra sambil tertawa pelan.
"Ihh belum tau." Alea memonyongkan bibirnya kesal.
"Dih, sini sini ku cubit pipimu itu. Gemes aku ngeliatnya." Rendra memperhatikan Alea yang sedang memonyongkan bibirnya.
"Gamau wle!" Alea menjulurkan lidahnya.
"Ngeselin untung sayang." Rendra mendekati Alea dan mengelus rambutnya.
Alea melihat 2 wanita yang berjalan duduk di sebelah meja mereka. Dia mendengar perkataan wanita tersebut.
"Lo denger ga tadi? Ragas nangis sambil teriak ya. Untung ada Nayya yang nenangin dia."
"Hah.. Ragas nangis? Kenapa ya?" Batin Alea.
- tunggu nyari alur yang bener dulu -
Follow ig @inezsrrixx
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA - #ONGOING
Ficção Adolescente"Maafin lea, Aku nyesel udah dua in kamu.." "Semuanya udah selesai Kak, gaada yang perlu dijelasin lagi." "Aku gak mau pisah dari kamu dek.." "Maaf Kak."