2nd

191 12 0
                                    

Aku tengah duduk di satu bangku dekat para pekerja tersebut, aku kembali memikirkan pemuda itu, sial kemana perginya akal sehat ku? Dia seperti menyihirku lewat mata indahnya, menyita semua fikiranku yang kini hanya tertuju padanya.

Aku memutar-mutar bunga matahari yang ku copot dari satu taman yang aku lewati tadi, bunga ini sangat indah, aku dari dulu sangat amat suka bunga ini, namun aku bingung aku memang menyukai ini tetapi jika aku menyukai bunga ini mengapa aku memetiknya menjauhknnya dari keluarganya dan membuatnya mati? Kadang memang manusia terlalu mementingkan egonya, tak terkecuali aku.

Aku tengah menatap bunga matahari yang kupegang sedari tadi. Ya tuhan aku masih tak dapat menghilangkan fikiran akan terobsesian ku akan tatapan pemuda itu, hey sial aku baru bertemu dengannya tak lebih dari beberap jam lalu, namun dia sudah membuat ku gila seperti ini.

“Kau menyukai bunga matahari ya?” Suara serak basah atau bisa dibilang husky? tak familiar tertangkap telingaku, aku refleks mengalihkan pandangan ke asal suara tersebut.

Disanalah dia, tatapannya, matanya, menusuk bola mataku, pemuda itu, oh tuhan apa yang dia lakukan disini? Darahku berdesir, jantungku berdetak sangat amat cepat, aku hanya tak dapat lagi memberitahukan bagaimana perasaan ku sekarang.

“Sangat.” Aku akhirnya menemukan suaraku yang mendadak hilang karena lidahku yang kelu karna kehadirannya. Mata coklat gelapnya mengunci pandangan ku. Aku gila karena ini semua.

Dia tersenyum tipis, ya tuhan senyumnya.. menyihirku sejenak, pipiku terasa panas, sial pipiku mulai memerah.

“Aku Arya, namamu siapa?” Arya?nama yang indah seperti yang memilikinya

“Namaku Marilyn, apa yang kau lakukan disini?” aku menatapnya heran, tapi aku gugup, mataku memancarkan pengharapan padanya, hey aku baru kali ini merasakan seperti ini, sial aku terlihat buruk di depannya.

“Nama yang sangat indah seperti yang memiliki, Aku hanya menghampiri wanita yang sedari pertama menyita perhatianku dan melumpuhkan pemikiran ku.” Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal, gugup.

Pipiku memanas, perutku tergelitik, darahku berdesir sangat cepat, jantungku ingin loncat.

“a-apa?” yatuhan marilyn, mengapa aku begitu gugup, aku sangat amat gugup dibuat olehnya, tatapan nya sangat menuntut sesuatu padaku, aku tercandu akan tatapannya, tatapan mata elangnya.

 Dia menyunggingkan senyum nya yang sangat amat manis menatap dalam mataku, sepertinya dia tahu bahwa aku –uhm ada rasa padanya?- tak taulah aku tak ada ide untuk itu.

“Maaf aku harus kembali bekerja atau aku bisa uhm disiksa oleh mereka, semoga harimu menyenangkan, dan omong-omong bunga itu sangat cantik seperti dirimu.” Dia bertutur lembut dan tersenyum manis-agak misterius. Setelah itu dia berjalan menjauhi ku ke arah pekerjaannya.

Astaga. Ya tuhan. Apa kah ini bukan mimpi? Aku menepuk pipiku dan –sakit astaga ini nyata, aku rasa aku sebentar lagi terbang menembus awan ke langit ketujuh bermandikan pelangi. Yatuhan ini sangat cepat terjadi aku tak dapat berhenti menyunggingkan senyumku seperti orang dungu, aku tak peduli aku telah gila dibuat nya.

------------------------------------------------------------

MarylinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang