Aku telah berpakaian, dress coklat selututku dan topi rajut sewarna telah bertengger ditubuhku, aku hari ini akan ikut ayah pergi ke lahan proyek rel kereta, ibu pun ikut dengan kami, aku dan ibu merencanakan untuk menemui arya, sementara ibu menemani ayah sejenak agar ayah melupakan keberadaan ku.
Mobil ford hitam ayah memasuki kawasan proyek, aku turun dari mobil dan berjalan terbiasa, bersikap normal, padahal hatiku sudah hancur tak karuan.
Setelah berbincang dengan pejabat yang lain, aku meminta izin untuk berjalan mengitari kawasan, dan untungnya ayah tak memperdulikan itu dan aku pun secepat mungkin mencari arya, pemuda dimana tempat hatiku berlabuh.
Disana dia tengah bekerja setekun mungkin, air wajahnya sangat berwibawa walaupun hanya sebagai pekerja rodi, dan wajah tampan nya berlumuran keringat menandakan keperkasaannya dia dan keseriusan nya dalam bekerja. Aku gugup hatiku berdetak cepat, namun aku takut, aku memanggilnya, memegang pundaknya, kemudian wajahnya berbalik menatapku, matanya menusuk mataku, namun dia mungkin telah menangkap kegelisahan yang aku pancarkan, kemudian kami agak berjalan ke belakang.
“Marylin ada apa? Aku merasakan kegelisahan mu, ada apa?” Arya menatapku intens, memancarkan kekhawatiran berlebih
“Ayahku, aku rasa dia tak akan uhm.. dia tak akan merestui kita, aku tak yakin, dia akan memanggangku hidup-hidup jika mengetahui ini semua.” Aku menatap matanya dalam aku mulai meneteskan air mata, dia terlihat kaget, dan hancur.
“Marylin aku sangat serius padamu, sekarang juga pun aku sanggup melamarmu pada ayahmu, Marylin aku berjanji akan melakukan apapun untukmu, hidup dan matiku marilyn aku bersumpah, sekarang mari ke ayahmu, aku akan melamarmu sekarang juga.” Arya memancarkan tatapan putus asanya, namun dia membawaku ke arah ayahku, aku gelisah aku takut ini nampaknya akan sangat membahayakan bagiku dan dirinya.
“Arya aku tahu itu, namun aku berfirasat buruk.” Aku ketakutan, aku merasakan seperti ada dari diriku yang mengatakan akan ada sesuatu yang amat berbahaya.
“Marylin percaya padaku, aku yakin setelah ini kita tak akan terpisahkan kembali, aku lebih baik mati daripada harus seperti ini.”
Kami telah di depan ayahku, ayahku menatap kaget padaku, ayah heran dan bingung mengapa aku membawa pekerja rodi ini ke hadapannya.
“Marylin apa apaan? Apa maksudmu membawa pekerja rodi ini.” Ayah mulai terpancing emosi matanya terbakar saat melihat tanganku yang mengait erat pada jari jari Arya.
“Jendral Christofer yang terhormat, sudikah kau merestui hubungan kami? Sudikah kau memberikan anakmu Marylin Hosk sebagai pendampingku?” Arya terlihat mantap dan menatap ayahku yang sudah tak lagi dapat tergambarkan kemarahan nya dalam pandanganku, ini berbahaya oh tidak, ibu sudah memegangi ayah, ayah telah memegang senapan nya, astaga ini bahaya, ayah sudah kalut, aku sudah mengira akan seperti ini, semua pekerja rodi melihat semua yang terjadi sedari tadi seperti pertontonan gratis, mereka menatap arya jijik dan marah sambil berbisik kata ‘pengkhianat’ ayah berteriak kencang, aku mundur aku menarik arya dan mulai berlari
“AKAN KUBUNUH KALIAN BERANI MENUNJUKAN PENGKHIANATAN KALIAN TERHADAPKU, TAK AKAN SEGAN-SEGAN AKU MEMBAKAR KALIAN HIDUP-HIDUP!!!” “HEY KEJAR MEREKA ENYAHKAN MEREKA DARI PANDANGANKU BUNUH PENGKHIANAT ITU!” ayah memerintahkan para tentara belanda untuk mengejarku , aku dan arya berlari kencang dan aku masih bisa mendengar ayah berteriak pada ibu yang meneriaki ku “lari marylin!!!!!”
“BERANI NYA KAU!!!!!! PENGKHIANAT! KAU TAK PERNAH BECUS MENDIDIK ANAK! ENYAHLAH KAU JUGA DARI PANDANGANKU.KALIAN HANYA MEMBUATKU MALU.” DORRRR!!!!!! Terekam jelas dimataku, ayah menembak ibu mati, terngiang nyaring suara peluru memekakkan telingaku, terekam jelas darah ibu mengucur, aku berteriak lututku terasa lepas, semuanya runtuh, wanita terpenting dalam hidupku. Gugur. Aku berteriak lagi-lagi, aku menangis sejadi-jadinya, arya memelukku, kejadian itu tak hilang dari kepalaku, aku histeris, ayahku membunuh ibuku tepat di depan mata ku.
Suara memekakkan telingaku akan benda itu terdengar lagi, aku merasa darah mengucur deras dari dadaku, pandanganku kabur, yang kulihat di depanku darah mengalir deras di dada arya, begitu pula di dadaku, disaat itu aku sadar di sisa penghabisan nafasku, aku dan arya tertembak oleh anak buah ayah tepat di dada kami, “ik hou van jou, marylin.” disisa nafas penghabisan kami arya menggenggam tanganku erat, “kita akan bertemu di hidup lain.” Kemudian gelap menguasaiku, dunia ku runtuh, aku tak dapat lagi merasakan apapun. semua gelap dan disaat itu aku sadar, aku tak lagi disini.
aku melayang jauh, gelap semua gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marylin
Short StoryAku Marylin, Marilyn Hosk. Aku adalah putri seorang jendral berkebangsaan belanda bernama Christofer Van Hosk, Ibuku Anastasia Hosk, kami mendiami kota Batavia sejak aku berumur 4 tahun, karena Ayah yang di tugaskan oleh Ratu Wilhelmina untuk bekerj...