(Hongki PoV)
Pagi adalah saat dimana aku sudah diteror oleh ketukan pintu dan teriakan bar-bar seorang Song Seunghyun. Minta makan. Dan aku akan mengabulkannya. Membawa bahan makanan menyeberangi lorong, atau bahkan menyuruh dua pemuda itu untuk belanja.
Tapi tidak dengan pagi ini.
Sarapan di apartemen Jonghun sepertinya akan terasa sangat janggal setelah perbincangan kami malam itu.
Aku bisa melihat secara nyata pendar sakit hati yang memancar dari matanya, bahkan gestur tubuhnya. Kekecewaan itu begitu membuatnya jatuh, dan akulah penyebabnya.
Sewajarnya, aku meminta maaf. Seharusnya, aku kembali menyapanya seperti biasa, seperti seorang teman pada umumnya. Tapi-- ah... Entahlah... Aku bahkan tak berani melihat wajahnya. Mau tak mau aku akui, aku bisa merasakan pandanganku yang berbeda saat menatapnya. Dan aku tak ingin kian menyakitinya karena itu.
Dan disinilah aku sekarang. Berkutat dengan perlengkapan dapur, memasak untuk sendiri. Memakannya untuk sendiri, dan tanpa sadar, porsi berlebih itu mengingatkanku pada Jonghun.
Jonghun...
Marahkah kau padaku?
***
Jam berangkat kerja dan aku pun segera bersiap. Memakai jaketku lalu berlalu menuju pintu.
Dalam hati aku berpikir, jangan-jangan nanti aku bertemu Jonghun.
Benar saja! Begitu aku langsung keluar, aku bertemu dengannya secara instan. Jonghun telah berada disana.
Tapi siapa yang bersamanya? Sepagi ini menerima tamu?
Sepasang orang tua. Pria tinggi tegap yang tampak sudah berumur. Juga wanita anggun dengan jaket peach indahnya. Sepertinya mereka orang tua Jonghun yang datang berkunjung. Tapi--
Plakk!
Aku mematung di muka pintu. Tak tahu harus berbuat apa saat tamparan itu mendarat di pipi Jonghun.
"A-Appa..."
Pria yang Jonghun panggil Appa segera berlalu dengan wajah keruh. Wanita cantik yang bersamanya menutup mulutnya, menahan tangisnya, lalu terpaksa ikut pergi saat pria itu memanggilnya tak sabar.
"Eomma!"
"Jonghun..." Jonghun yang merangsek memeluk wanita itu terdengar mulai terisak. Tapi sang ibu segera melepaskan diri. Menangis tertahan lalu pergi. Membiarkan Jonghun memanggil-manggil namanya pilu.
Ya Tuhan...
Kenapa kau menempatkan aku disini saat ini?
Ini seperti bangku terdepan dalam drama privasi keluarga yang tak sepatutnya aku melihat.
Dan aku pun hanya terdiam bodoh di tempatku. Kulihat Jonghun menunduk. Menyeka air matanya dan--
Ia menatapku.
Tatapan yang--
Oh, tidak. Rasanya hatiku turut remuk melihatnya. Bola mata yang sama seperti malam itu. Terluka, kecewa, terhina...
"Jonghun-ah..."
"Se-Selamat pagi... Hongki-ya..." ia membungkuk sopan, lalu melangkah cepat menuju pintu apartemennya.
***
Pikiranku kemana-mana hari itu. Sungguh! Rasa bersalahku memuncak, kian tinggi dan aku kini membulatkan tekad untuk sedikit bisa menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A GUY NEXT DOOR
FanfictionApa itu cinta? Apa itu cinta sejati? Aku dulu berpikir bahwa suatu saat nanti, entah kapan dan dimana, saat aku bertemu dengan cinta sejatiku, aku akan merasakannya secara nyata. Ingin tetap disampingnya, ingin tetap memilikinya, ingin berada di hat...