"Hai bi" sapa gadis cantik saat menuruni tangga besar yang ada didalam rumahnya. "Eh neng udah siap aja belum jam enam" jawab wanita paruh baya yang diyakini adalah pembantu dirumah Disya. "Iya dong bi hihi,aku mau sarapan soalnya kemarin aku ga sarapan" ucap Disya seraya menarik kursi untuk ia duduki. "Oh iya neng itu udah siap sarapan nya" balas bi Iis dan langsung menyuguhkan sarapan untuk gadis yang tengah duduk di meja makan yang besar bak anak kecil yang sedang menunggu hidangan dari seorang ibu. "Bi, mama sama papa udah berangkat ya?" Tanya Disya pada bi Iis sebab dari kemarin ia tidak melihat kedua orang tuanya itu. "Semalem nyonya ngga pulang neng" jawab bi Iis yang ikut duduk di sebelah Gadis berseragam Abu putih ini. "Ohh kemana bi?" Tanya Disya penasaran. "Kurang tau deh neng" jawab wanita paruh baya itu sambil menatap gadis cantik yang ada di sampingnya. "Hmmm oke dehh aku mau makan aja,ngapain aku peduliin mereka toh mereka juga ga pernah peduli sama aku" ucap nya kemudian memakan lahap sarapannya itu.
Ladisya Ryder R atau biasa di panggil Disya. Ia adalah gadis aktif sangat aktif dan tidak hanya itu Disya juga termasuk anak yang paling pintar menempati urutan kedua di sekolah setelah satu teman lelaki nya. Disya juga memiliki banyak bakat seperti bermain alat musik,bernyanyi,main basket,berpuisi dan, berdebat. Sebenarnya masih banyak bakat yang ia miliki. Disya memang anak yang aktif namun ia memiliki sifat dingin seperti es jika bersama orang lain, hanya pada ketiga sahabatnya dan satu lelaki yang ia sukai lah ia tidak bersifat dingin.
Namun siapa sangka gadis seperti dia punya masalah dalam keluarganya. Pasalnya ia sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya bahkan untuk saling berbicara saja tak pernah. Yang ada di pikiran kedua orang tuanya hanya ada materi dan duniawi tidak ada Disya tidak ada Vino. Vino adalah adik bungsu Disya. Namun Disya sudah terbiasa bahkan karna Disya sudah sangat terbiasa sampai sampai ia lupa jika ia adalah anak dari Marry dan David. Ia malah menganggap jika bi Iis dan pak Darno lah orang tua nya karna hanya mereka berdua yang selalu memberinya kasih sayang dan perhatian.
Disya memang tak pernah menampakkan kesedihannya. Ia bahkan tidak pernah menangis sedikitpun jika di hadapan banyak orang. Namun ia selalu menangis jika berada dikamarnya sendiri. Benar benar wanita yang tangguh.
SMAN KHATULISTIWA sekolah yang menjadi incaran banyak orang. Pasalnya sekolah ini selalu menghasilkan anak anak yang pintar dan berbakat bahkan tak sedikit dari mereka yang sudah lulus dari sekolah ini bisa masuk perguruan perguruan dalam negeri maupun luar negeri. Hanya saja sekolah ini tidak menghasilkan bad boy ataupun bad girl. Disya menduduki sekolah ini sejak ia berumur 15 tahun dan ia termasuk siswi yang paling muda diantara angkatan nya.
"Mantap cuma gue yang baru dateng,gue mau jailin Liam ah" ucap Disya saat memasuki kawasan sekolah yang sangat besar namun sepi. Memang,memang datang Disya terlalu cepat. Baru memasuki pukul 05.54 ia sudah sampai disekolahannya itu.
"Liam tau ga apa yang lebih manis dari madu?
Gatau ya?
Jawabannya senyuman Liam yang tulus untuk Lala"
"Tapi Liam tau ga apa yang lebih pedes dari cabai naga viper? Gatau ya?
Kata kata Liam untuk Lala"
"Satu lagi ya. Liam tau ga apa yang lebih pahit dari pare? Gatau ya?
Ekspresi yang selalu Liam kasih untuk Lala"
Beberapa tulisan yang ia tulis pada sticky notes berbentuk hati. Ia menempelkan beberapa sticky notes itu di atas meja Dean sang penarik hatinya."Hihi semoga dibaca ya sama Liam" ucap nya saat keluar dari kelas bertulisan XII Kimia.
"Eh Disya" sapa seorang wanita yang berpapasan dengannya saat di ambang pintu.
"Eh iya, jagain ya sticky note gue,jangan ada yang copot sebelum Liam baca" balasnya dengan perintah diakhir perkataannya.
"Siap" ucap wanita sebayanya itu.XII Biologi
"Buset Disya lo abis dari mane? Pagi pagi udah keluyuran" ucap Lena yang sudah duduk di depan bangku Disya. "Kepo lo jamet" balas Disya yang langsung menuju ke tempat duduknya dan mendudukinya. "Eh malem jadi kan?" Tanya Lena sambil mengeluarkan permen karet yang ada di sakunya. "Jadi lah kalo ampe gajadi gua gaplokin satu satu" jawab Disya sambil memilin surai cokelat pekatnya. "Anjir" umpat Lena saat mendapati ada yang menepuk punggung nya dengan kencang dan membuat permen karet yang sudah di dalam mulut terpental ke sembarang arah. "Anak setan" ucap Disya pada gadis yang menepuk punggung Lena. "Haha sorry na gue gatau kalo lo lagi ngunyah permen karet" ucap Zica pada Lena sambil mengelus elus punggung yang tadi ia pukul. "Sialan lo, permen karet gua mental kemana lagi" omel Lena pada Zica yang masih mengelus elus punggungnya. "Lah mana gua tau" balas Zica tanpa rasa bersalah. "Keluar aja yu na,pusing gua ama temen lu" ucap Disya dengan wajah yang menjulidi Zica. "Ihh jangan dong" pinta Zica yang tak mau di tinggal sendirian."Hai gais sorry gue telat banget" ucap Velta yang berlari lari kecil ke arah tiga wanita yang sedang bergurau. "Udah ga heran lo telat Vel" balas Disya sambil memutar maniknya malas. "Hehe" balas Velta dengan menunjukkan deretan gigi rapih nya. "Gausah nyengir lo. Kek kuda" cibir Lena pada Velta yang terlihat so imut baginya. "Anjir masa kek kuda" ucap Zica yang tertawa kencang. "Diem lo jik" omel Velta seraya menjitak jidat gadis Kalimantan ini. "Teruslah bertengkar wahai anak monyet" ucap Disya dengan dramatis. "Sialan cantik gini dibilang monyet" ucap Zica tak terima. "Lu ngerasa jik?" Tanya Lena yang sedang menatapi para sahabatnya itu. "Ehe iya" ucap Zica sambil cengengesan. "Malem jadi kan?" Tanya Lena pada Velta yang baru datang. "Jadi lah masa engga" jawab Velta dengan nada nyolot. "Biasa weh atuh" ucap Zica dengan bahasa Sunda yang entah dari mana ia bisa bahasa itu padahal kedua orang tuanya sama sekali bukan orang Sunda. "Sok Sunda najis" cibir Disya dengan wajah andalan ketika sedang meledek. "Lah lu sering ngomong Sunda Dis jadi gue keikut elu" balas Zica dengan wajah yang mencoba untuk menjulid namun tidak bisa.
Taman Safari Indonesia
Tempat yang mereka kunjungi saat ini. Keadaan yang bising dan ramai orang berlalu lalang. Hembusan angin malam yang sangat sejuk. Empat gadis dengan ciri khas nya masing masing pun menjadi sorotan. Pasalnya pakaian yang mereka kenakan sangat aneh bagi orang orang yang melihatnya. Memakai celana pendek yang mungkin tidak sampai menutupi lutut mulusnya itu, ditambah dengan kaos crop namun berlengan panjang. Ya mereka memakai pakaian yang sama. Pakaian yang mereka beli ketika mereka baru menduduki bangku sekolah menengah atas itu dan sekarang mereka sudah mau lulus."Apansi lo pada ngeliatin gitu? Kita cantik banget ya?" Cibir Velta dengan nada yang sangat amat julid dan langsung membuat orang orang berkedip dan berhenti menatapinya. "Mampus" ucap Lena yang melihat orang orang gelagapan saat mendapati sindiran saat sedang memperhatikan temannya.
"Lagian ribet amat lo jadi orang cuma pake kek gini Aja diliatin" ucap Disya malas kemudian pergi jalan dan melajukan kendaraannya. "Lagian dongo udah di dalem mobil masih aja di kepoin anjir" ucap Zica tak mau kalah julid dengan ketiga teman nya. "Udah lah gas aja dis males banget gue ngeliat orang orang mukanya pada kek orang tolol" ucap Velta dan langsung menaikkan volume di dalam mobil itu."Eh gila gila liat ni macan mirip banget sama lo dis serem" ucap Zica seraya mencolek ketiak Disya tanda menggoda. "Bacot jamet" balas Disya dengan nada sedikit kaget.
"Eh sorry sorry gue ga sengaja" ucap lelaki yang tak sengaja menabrak wanita bersurai cokelat pekat itu. "Ya" balas wanita itu dengan singkat kemudian melanjutkan jalannya. "Ehh asli gue minta maaf banget gue ga sengaja" ucap lelaki itu karna merasa bahwa wanita yang ia tabrak itu tidak memaafkannya. "Ck,iya elah cuma gitu doang gue juga ga bakal marah kali" ucap Disya wanita yang sedari tadi mengacuhkan lawan bicaranya itu.
"Eh eh Dis lo tau ga si cowok yang nabrak lo tadi?" Tanya Velta dengan antusiasnya. "Gak" jawab Disya singkat sangat singkat. "Itu si Algi masa lo gatau sih, ketos sekolah kita ih" jawabnya semakin antusias. "Ya gue gatau gila. Gue aja jaran ikut partisipasi dalam kegiatan osis" balas Disya,ya memang walaupun Disya murid yang sangat rajin dan pintar ia sama sekali tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan osis kecuali jika ia memang benar benar dibutuhkan. "Iyalah lo mah cuma tau nya Dean doang" ejek Lena sambil menyenggol sikut Disya.
"Kok bisa kita ketemu dia disini ya?" Tanya Velta yang sedari tadi antusias bisa bertemu dengan Algi sang ketua osis. "Gatau" jawab teman temannya serentak. "Sial" umpat Velta kesal.
Waktu terus berjalan. Keempat wanita ini sudah puas menikmati perjalanan nya itu dan mereka pun pulang ke rumah mereka masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladisya
Teen FictionUdah deh gausah sok dingin kaya gitu. Lala tau kok Kalau Liam tuh masih butuh perhatian Lala kan? -Ladisya Ryder