3.

13 4 1
                                    

"Dasar anak tuli, mengapa kau telat pulang hah! Lihat, kau belum menyelesaikan cucian mu. Kurang hajar" Linda menyeret Anna ke dalam kamar almarhum sang suami, disana Anna disiksa habis habisan oleh Linda jika ia sedang marah kepada gadis itu apalagi melakukan kesalahan.

Linda mengambil ikat pinggang yang tergantung dibalik pintu, Anna sangat ketakutan saat ini. Ia menggigit kukunya merasa tertekan dan takut, peluh mulai membanjiri tubuhnya. Anna menekuk kedua kakinya sembari memeluk tubuhnya yang bergetar. Membayangkan benda pipih yang tebal itu menyentuh kulitnya membuat nya memohon ampun kepada Linda, ia tak akan mengulangi nya lagi. Tapi apa daya hati Linda seolah mengeras dan memukul Anna dengan brutal

Anna memekik kesakitan, tubuhnya perih bahkan wajahnya kena hantaman ikat pinggang itu. Rasanya benar benar tidak bisa dijelaskan lagi. Akibat pukulan brutal itu membuat Anna kehilangan tenaga dan tersungkur lemas setelah Linda menghentikan aksinya, tubuhnya benar benar memar sampai tak terlihat mana yang kulit aslinya. Wajah Anna menempel di lantai yang dingin melihat langkah kaki Linda sudah menjauh menuju keluar kamar.

"Jadi anak tak tahu diri, udah cacat merepotkan pula"

Anna dapat mendengar kata kata kasar yang keluar dari mulut Linda, kamar almarhum ayahnya memiliki ruang yang kedap suara. Ya meski Anna sering mendapatkan perkataan serta hardikan Linda yang menyakiti hatinya, ia tetap sabar dan yakin suatu saat tuhan menjanjikan kebahagiaan yang sesungguhnya untuk nya. Entah ia dapat merasakannya di dunia ataupun merasakan di alam lain bersama sang ayah. Anna masih sempat menciptakan senyum di bibirnya yang tampak robek, ia bisa melihat ayahnya yang membalas senyumnya. Mata Anna berbinar melihat ayahnya yang mulai mendekat dan mengelus kepalanya penuh kasih, meski hanya dalam bayangan Anna namun sensasi nya begitu nyata.

Setelah memberi Anna pelajaran, kini hatinya makin panas dan kesal mengingat teriakan putrinya. Semenjak suaminya meninggal Linda menjadi pribadi yang pemarah, menganggap Anna adalah dalang dari semuanya. "Sialan, mengapa anak itu lahir jika hanya membuat Bram harus pergi meninggalkan ku" Linda mengambil sebuah koper di atas lemari nya membukanya penuh perasaan. Ia mengambil bingkai foto dirinya dan Bram menikah, hari yang penuh keistimewaan saat itu. Linda tersenyum perih menatap Bram dengan wajah tegasnya dan kesan wibawa yang melekat sejak bujang dahulu.

"Aku mencintai mu Bram, sampai kapan pun hatiku hanya milik mu" Linda terisak memeluk bingkai foto itu erat. Ia merebahkan tubuhnya perlahan menatap langit langit rumah bernostalgia dengan kisah cinta yang terjalin dengan Bram kekasih sejatinya.
Tanpa di pungkiri bayangan Anna yang tergelak bahagia di taman bersama dirinya dan Bram melintas begitu saja, Linda mengumpat

"Cih berdebah itu lagi" tersirat di wajahnya, Linda memiliki dendam yang besar untuk Anna putrinya.

"Ayah.. Anna rindu" Ucap Anna lirih, ia masih belum beranjak dari tempat karena tenaganya yang terkuras habis selesai berteriak kesakitan. Pandangan nya kosong bahkan air liur Anna keluar begitu saja membanjir lantai, nafasnya terengah rengah. Ia tidak peduli itu jorok atau tidak yang jelas dirinya tersakiti, raga nya mulai hampa harapan yang pernah ia ciptakan pupus setelah benteng pertahanan nya hancur. Ia sudah muak menerima penyiksaan ini, menerima penghinaan dan ejekan orang lain, tidak satupun seseorang yang singgah dalam hidupnya hanya untuk menjadi temannya tidak ada! Membuat Anna putus asa dalam hidupnya yang entah kapan bisa menempuh hari kebahagiaan.

perlahan pandangan Anna memburam, bayangan ayahnya terlihat menatap iba namun tak bertahan lama kegelapan menyelimuti nya.

Byurr..

Anna perlahan membuka matanya, merasakan air dingin menyentuh tubuhnya. Ia tidak langsung kaget bahkan kesadarannya belum benar benar pulih. Anna menatap Linda sayu, beginikah seorang ibu membangunkan anaknya yang pingsan?

Landaan AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang