Di balik air terjun, di dalam sebuah hutan magis: dua orang laki-laki terlihat sedang bertarung di dalam goa.
Seorang pria dewasa melakukan bentrokan jarak dekat dengan lawannya yang masih remaja. Pria itu dengan mudah merobek zirah yang dikenakan si remaja.
"Kau pikir baju zirah bisa melindungimu?" tanya pria itu. Meski terdengar meledek dia tidak berniat untuk membuat si remaja marah. Meski begitu, dia tanpa belas kasih menyudutkan remaja yang jadi lawan ke dinding goa.
Karena si remaja tak ingin berada di bawah tekanan pria itu untuk selamanya, dengan perhitungan yang matang, ia segera menangkis serbuan sabetan dan tusukan si pria menggunakan tamengnya. Setelah lama bertahan akhirnya ia melihat momen yang tepat dan langsung disambar dari bawah.
Di saat itu juga pria yang menjadi lawannya menghilang dari pandangan, menguap seperti deburan kabut yang terbawa angin. Tebasan rendah yang dilancarkan si remaja meleset dari targetnya dan malah mengenai dinding goa.Remaja itu bergumam, "Jangan lagi..." Ia merendahkan tameng dan pedangnya seakan gravitasi berkerja dua kali lipat pada dirinya. "Sial... Padahal aku sangat yakin..." lanjutnya putus-putus.
Pria itu kembali muncul seperti kabut yang memadat di belakang si remaja, untuk mengarahkan padang ke punggung.
Di belakang tubuh si remaja tangguh – di area tubuh si remaja yang terbuka dan tanpa pengawasan.
Dengan gesit remaja tadi memutar pinggulnya lalu berlindung dengan tameng yang dia pegang erat. Namun usahanya sia-sia, pria yang menjadi lawannya terlalu kuat, pedang itu terhunjam menembus tameng dan tersangkut. Menggunakan sisa-sisa tenaganya yang sudah terkuras, remaja itu reflek melepaskan tamengnya dan mengelak. Sebelum pedang yang menancap ke tameng tembus mengenainya."Hampir saja, nyawaku..." Seraknya. Remaja itu mengusap rambutnya yang penuh kotor dan pasir.
Pria itu mendekati tameng kayu di ujung goa yang sudah berlubang dan reot--tak bisa membendung kekuatan yang dia miliki, untuk mengambil kembali pedang miliknya yang tertancap. Pria itu menyimpan pedangnya dan beristirahat.
"Jangan percayakan punggungmu pada siapapun, Samael. Ingat itu," ujar pria itu.
"Terkhusus pada paman," gerutu si remaja.
Hamparan hijau yang indah menyelipkan kejahatan di dalamnya. Itulah hutan druid yang sering digunakan Samael dan pamannya untuk berlatih. Tempat mistis berkabut misteri dan rumah dari berbagai bermacam mahluk magis. Di pagi hari yang hangat tempat itu menjadi area bermain peri-peri cahaya yang tinggal di atas pepohonan tinggi, mereka memastikan setiap hewan dan tumbuhan dapat merasakan kehangatan cahaya matahari.
Ekosistem aneh yang dimiliki hutan itu mampu menciptakan sistem cuacanya sendiri, di hutan itu juga terdapat air terjun dan sungai. Rusa besar albino menjadikan tempat itu persinggahan untuk melepas dahaga. Hutan druid memberi kehidupan kepada tumbuhan dan hewan unik, semua keindahan dan keburukan ada di sini."Di matamu aku pasti terlihat licik. Tapi, Samael, memang seperti itu adanya.
Dunia ini memang begitu licik.""Andai aku bisa menggunakan sihir..." keluhnya, merasa tak memiliki harapan.
Ras manusia sangat jarang menguasai ilmu sihir, tetapi pemangku spiritual yang kuat kadang-kadang lahir dengan bakat yang luar biasa, tidak jarang ada yang bisa memanipulasi bermacam variasi komponen alam sesuai keinginan mereka.Pria itu sudah tahu bagaimana Samael akan merespon. "Samael... Sini, duduk," lanjut pria itu. Dia merayu Samael.
Dengan hati yang masih dongkol, Samael menyampingkan egonya dan bertujuan untuk duduk--dia tahu betul bagaimana sifat pria dewasa saat sedang serius atau bertingkah, sekarang ia merasakan ada hal penting yang akan keluar dari lisannya
Samael duduk bersimpuh sambil memandangi wajah sang paman dengan penuh perhatian. Sekeras apapun pamannya menutupi, ia masih bisa merasakan sedikit guncangan emosional yang sedang berlangsung dan itu membuat Samael tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samael's Bloodline
FantasySamael, bocah berumur 15 tahun yang tak tahu siapa Ayah maupun Ibunya membuat dirinya dirundung keraguan atas jati dirinya sendiri. Selama hidup dia diasuh oleh seorang Paman, yang bahkan Ia sendiri tak tahu siapa identitas dari pamannya tersebut. S...