Gurun Berdarah

8 2 0
                                    

Gurun Shandrok; daerah gersang di suatu daratan yang juga menjadi lokasi berdirinya kota dimana Samael bernaung. Memang, di luar kawasan kota tersebut sangat tandus dan gersang, tidak ada tumbuhan maupun hewan yang mampu bertahan hidup--menyisakan tanaman-tanaman xerofit yang telah beradaptasi secara ekstrim agar dapat hidup di lingkungan yang kering dan tandus. Ada juga yang mengatakan bahwa tanaman-tanaman xerofit itu adalah tanaman magis yang diciptakan berbarengan dengan penciptaan Hutan Druid ribuan tahun lalu. Tak heran jika tanaman-tanaman itu dapat tetap hidup di Gurun Shandrok.

Di Gurun Shandrok, Samael berada dalam perjalanan menuju kota, beberapa meter dari gerbang kota--terdapat dua menara pengawas yang kebetulan kosong tanpa penjagaa.

Samael di kejutkan oleh cahaya terang yang berasal dari dalam hutan tepat dimana ia berlatih tadi.  "Wah, cahaya itu. Seram juga Paman kalau sedang serius." Ucap samael di dalam batinnya, "Aku harus bisa kuat seperti dia ... Tidak!
Aku harus melampauinya!"

Tenggelam dalam angan-angan, Samael teralihkan konsentrasinya yang membuat ia tidak peka dengan keadaan sekitar.

Dari dasar padang pasir, monster tikus muncul ke kepermukaan. Mahluk itu mengendap-endap menuju Samael, menyiapkan cakar tajamnya untuk menyerang Samael.

"Awas!"

Samael tersentak dengan teriakan aneh yang ia dengar--menjatuhkan kantung yang dari tadi ia pegang dan sekarang kesadarannya telah kembali.

Dia berbalik dan melihat sosok tikus yang tingginya tiga kali lipat dari dirinya, tanpa bola mata maupum kelopak mata dan hidung berbentuk bintang, berdiri tepat di hadapannya dengan posisi siap untuk mencengkram.

"Gunakan itu, yang ada di punggung mu. Pedang itu!"

Samael merespon terikan aneh itu, secara implusif tubuh Samael bersiap dan menghunuskan pedangnya. Samael menangkis cakar panjang monster itu, menghindar ke belakang tubuh monster seraya menebas kaki tikus raksasa.

Monster itu terjatuh kehilangan keseimbangan dan merangsak masuk kedalam pasir.

Merasa lega, Samael memasukkan pedangnya kembali. Dia merasa berterimakasih dengan teriakan misterius yang sudah menyadarkan dirinya, Samael celingak-celinguk mencari asal suara tadi namun dia tidak menemukan siapa-siapa.

Tanpa Samael sadari monster yang ia lawan tadi masih ada di sana, berdiam diri di bawah lapisan pasir menunggu mangsanya lengah. Monster itu sekarang lebih berhati-hati dan lebih senyap dalam mendekati Samael.

Semakin dekat dengan Samael, monster itu mengeluarkan satu cakar besarnya dari pasir...

Jleb!

Terdengar suara misterius, "Jangan lengah, bodoh."

Samael berbalik dan melihat permukaan pasir sudah lembab dengan warna merah, di situ dia juga melihat seorang anak laki-laki berambut pirang yang terlihat sepantaran dengan Samael menancapkan pedang ke pasir dengan kedua tangannya.

Samael sedikit tercengan dengan kehadiran anak itu yang entah dari mana tiba-tiba muncul. "K-kamu siapa?," tanya Samael. Samael berjalan mendekati anak itu. "Kamu yang teriak tadi kan?" Samael mengulurkan tangannya. "Terimakasih sudah menyelamatkan nyawaku."

Crat! Darah bersimbur kemana-mana, anak berambut pirang itu mencabut pedangnya yang masih berlumuran dengan darah monster, dia berbalik mengacungkan pedangnya ke arah padang pasir yang tandus.

"Kenapa? Rumah mu disana? Baiklah, karena kamu sudah menyelamatkan ku, aku akan mengatar mu," ujar Samael.

Anak itu menepok jidat. "Bodoh. Perhatikan baik-baik," sahut anak berambut pirang.

Samael's BloodlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang