Geya

552 68 12
                                    

Dejun menyilangkan tangannya di depan dada menunggu Hendery keluar dari rumahnya. "Cepeeet."

"Aduh! Iya sabar." Hendery berjalan terburu kearah Dejun dengan motornya.

"Kemaren lo sama Geya?"

Hendery tersentak kecil, "Iya."

"Diomelin ga sama bapak lo karena balik malem? Mana hp mati lagi."

Hendery terkekeh, "Engga kok. Gue belum lewat jam malem, jadi ga diomelin. Kenapa? Lo khawatir?"

Dejun memutar bolamatanya malas, "Tai."

"Mau pendewasaan diri kali." Jeno menyahut asal. Kini mereka sedang membicarakan teman sekelasnya yang terkena rumor berbuat mesum kepada siswi.

Renjun mendengus, "Pendewasaan diri bukan semata-mata buat ngwe sana sini― emang dasarnya aja dia bajingan."

Hendery menatap Renjun, "Frontal banget bangsat gue lagi makan juga."

Renjun menatap Hendery tajam, "Biar lo ga ikut-ikutan!"

"Sorry nih. Gini-gini gue mau gituan kalo udah nikah."

Jaemin memutar bolamatanya malas, "Mana tahan. Liat manga cewe dada kebuka dikit aja ange."

"Eh maap gue lebih suka yang imut-imut." Hendery membela diri.

"Lo nyimpennya yang homo sih ya―"

Hendery membekap Yangyang begitu melihat penjaga kantin menatap kearah mereka, "Bacot lu ya!"

Yangyang melepaskan bekapannya,  "Ngaku aja udah! Sok polos amat lu."

"Yeh! Gue 'kan takut ketauan sama khalayak umum."

"Uncle Ten aja mesum―"

"Anjing juga mulut lu." Hendery menatap Jeno tajam. "Eh gue mah jujur. Orang uncle Johnny sendiri yang ceritain."

"Kok gue ga diceritain?!" ucap Hendery tak terima.

Mina menatap mereka bergantian, "Dari sini bisa kita liat siapa yang anak kandung."

"Oalah jancok."

"Hari ini mau ngumpul?" tanya Jeno sembari bersandar di kursi. Hendery menatapnya, "Gatau. Lu ada mau kemana emang?"

"Engga sih. Emang pada mau ngafe?"

Hendery masih dengan santai menyeruput kuah mienya. "Yaelah, akhir bulan nih! Harus hemat-hemat."

Dejun mendengus, "Pada mau ngerjain tugas bareng emang?"

Mereka hanya menggelengkan kepalanya, "Mau makan ga?" Hendery menyodorkan mienya.

"Mie pak slamet?" Hendery mengangguk, "Mau lah!" Hendery mencibir dan menoyor kepala Dejun.

"Ini siomaynya." Jeno mengambil pesanannya, "Makasih pak."

"Dih tadi gue ga dipesenin." protes Yangyang. "Pesen nih pesen. Nanti Jere yang bayarin." kata Hendery.

Jaemin mendengus dan menggelengkan kepalanya, "Gue terus."

Jeno, Jaemin dan Renjun kini sedang kelas bahasa. "Gue di tawarin jadi kapten basket karena kak Jaya nyalonin jadi Osis―"

ᴬⁿᵃᵏ ᴾᵃʳᵃ ᴮᵃᵖᵃᵏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang