Hari Rabu di minggu kedua Juni, Intak tandai sebagai salah satu hari tersial. Gimana enggak, hari ini dia mimpi buruk dan gara-gara mimpi buruk itu dia terlambat bangun dan di hukum memungut sampah selama seminggu di sekolah.
Intak enggak mengikuti pelajaran pertama karena harus memungut sampah di lapangan outdoor, untunglah dia nggak sendirian karena ada beberapa junior dan senior nya yang juga terlambat. Ngomong-ngomong, Intak ada di tingkat kedua Sekolah Menengah Atas, sedangkan kakak nya—Kang Chanhee—ada di kelas akhir.
Braak!
Intak meletakan keranjang dan penjepit sampah ke tanah dengan kasar. Mendengus sebal, dia mendudukan diri di pinggir lapangan karena merasa usaha nya mengumpulkan sampah sudah cukup.
"Hwang Pansa!"
Merasa diri nya di panggil, Intak menoleh dan mendapati laki-laki berambut agak merah muda menghampiri nya. Di tangan laki-laki itu juga terdapat keranjang dan penjepit sampah, dia di hukum bersama Intak tadi.
"Nama gua Intak, Senior." balas Intak sinis
"Idih pake senior segala, biasa nya juga nyebut nama gua kayak nggak ada beban." balas si Senior—Choi Theo.
"Oke, Theo." final Intak
"Malah beneran di sebut."
"Terus mau lo apa sih, kesel banget mau nampar!" Intak merengek, membuat Theo memberikan ekspresi jengah.
Ya gimana, kalau yang merengek begitu bayi atau anak kecil sih pasti gemas. Lah kalau Intak, ini malah Theo yang jadi nya ingin tampar pipi Intak. Theo mendudukan diri di samping Intak, mengulurkan sekaleng soda dingin kepada si adik kelas agar berhenti mengoceh tentang hal-hal enggak penting. Intak tuh talkactive banget, Theo pusing.
"Kok bisa telat?" tanya Theo setelah Intak diam.
"Kesiangan, gua tuh mimpi aneh banget sampe bangun telat." jawab Intak
"Mimpi apa?" Theo bertanya lagi
"Pokok nya aneh banget, gua tuh kayak di bawa ke dunia lain." Intak membenarkan posisi duduk nya, terlihat bersemangat untuk membagikan cerita mimpi nya kepada Theo.
Intak belum cerita nya kalau dia juga dekat dengan beberapa senior di sekolah nya, salah satu nya Theo yang merupakan teman satu kelas Chanhee. Selain Theo, Intak juga dekat dengan beberapa senior lain, apalagi teman nya Chanhee hampir semua Intak kenal.
"Ke akhirat atau alam ghaib?" Theo bertanya sembari mengerutkan keningnya.
"Nggak gitu!"
"Katanya dunia lain?"
"Ya tapi bukan dunia lain yang itu!"
Theo menghela nafas, susah bicara sama Intak. "Terus dunia lain apa?"
Pandangan Intak menerawang, menatap langit biru musim panas yang cerah di hiasi awan berbagai bentuk. Kepala nya mengingat-ingat detail dari tempat yang sudah tiga kali dia kunjungi di dalam mimpi nya.
"Gua nggak tau itu dunia lain macam apa, tapi rasa nya asing banget. Di ruangan putih itu ada jendela tinggi yang di pasang teralis besi. Di luar ruangan putih itu cuma keliatan langit, biru bersih." jelas Intak
"Bukan nya setiap orang pernah mimpi kayak gitu juga? Maksud gua, mimpi ada di ruangan tertentu?"
"Iya, tapi ini rasanya asing banget. Aura ruangan itu beda, udara sama suasana di luar ruangan itu juga beda kalo di rasain dari angin nya."
"Serius banget kayak lo yang beneran dateng kesana."
"Kan emang dateng ... di mimpi sih."
"Yeu!" Theo memukul kepala Intak dengan kaleng soda pelan. "Lagian nggak biasa nya lo serius banget nanggepin mimpi."
"Yang ini tuh kayak ngikutin gua, masa dalam seminggu ini gua tiga kali di mimpiin gitu?"
"Lo mikirin itu mulu kali makanya kebawa mimpi terus."
"Tapi bang—"
Theo terhenyak, menoleh ke arah Intak yang baru saja memanggil nya dengan honorifik. Karena Intak hanya memanggil nya begitu kalau dirinya sedang serius atau merasa dalam masalah. Tapi bukan nya aneh kalau orang seperti Intak mempermasalahkan sebuah mimpi?
Intak membalas tatapan Theo, membasahi bibir nya sebelum mengatakan apa yang akan dia sampaikan.
"Perempuan di mimpi itu annoying banget, gua nggak tau dia kenapa tapi rasa nya dia butuh bantuan." kata Intak
"Perempuan?" beo Theo
"Iya, gua nggak tau gimana wajah nya karena setiap kali gua liat selalu buram. Yang gua inget cuma Diadem nya, karena itu bagian paling mencolok di ruangan putih itu." jelas Intak
"Diadem?"
Intak mengangguk dan meminum soda nya, "Angsa sama apa ya, gua nggak terlalu tau itu apaan tapi kayak nya gua pernah liat di buku sejarah. Daun dafnah."
Melihat reaksi Theo yang meringis, Intak mengerutkan kening. Padahal tadi senior nya itu kelihatan nggak perduli, kenapa sekarang malah dia kelihatan lebih serius daripada Intak sendiri?
"Kenapa bang?" tanya Intak
"Kok serem si!?" pekik Theo, dia mengusap kedua lengan nya karena merinding.
"Kan! Gua juga ngerasa ini serem!" balas Intak
INCEPTION - HWANG INTAK
BAB 2 : THE GIRL WITH DIADEM
for your information :
- Diadem/crown/coronal
YOU ARE READING
INCEPTION - HWANG INTAK
FantasyIntak terbangun dua kali dari mimpi nya, mimpi yang membawa Intak pada petualangan yang sama sekali enggak pernah Intak pikirkan. Mimpi yang membawa nya pada daratan fantasi berjuluk Fairyland. - Fantasy Fiction ft Hwang Intak - Featuring 00-04 id...