Prolog

47 19 17
                                    

- Love is Rose -

***

"Vlora. Papa mau ngomong sebentar, boleh?"

Saat itu usianya baru 10 tahun. Gadis itu berdiri di depan cermin panjang. Menatap pantulan dirinya dari atas kebawah.

Berat badannya naik banyak. Wajahnya kusam. Kacamata bulat bertengger di hidungnya. "Si gendut buruk rupa" begitu mereka menyebutnya.

Ketukan pintu tak lagi terdengar. Untuk hari ini, papanya mungkin sudah menyerah. Tapi, esok, lusa dan entah sampai kapan. Papanya akan kembali. Mengetuk pintu sambil mengucapkan kalimat yang sama.

Dia tidak ingin membenci papanya. Maka satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah menghindar. Mengunci diri di dalam kamar. Dan hanya akan keluar saat pria itu pergi.

Dia bukan Vauna. Nyalinya tidak seberani kakaknya untuk kabur dari rumah.

Gadis itu tersenyum miris meratapi nasib. Satu persatu, orang tersayangnya mulai pergi. Ibunya, kakaknya, sahabatnya. Gadis itu ditingggalkan sendirian dalam kubangan hitam.

Ponselnya menyala. Sebuah pesan masuk dari nomor yang sama. Dia tersenyum. Menatap silau cahaya pada layar persegi panjang dalam kegelapan.

Tidak. Dia tidak sepenuhnya sendiri. Vlora masih punya sosok itu. Sosok yang selalu ada saat pekatnya langit malam terasa mencekam.

"Hei. Do you miss me?"

Sosok itu adalah mimpi indah yang dia punya saat dunianya tak lagi secerah dulu. Sosok yang menjadi tujuannya untuk tetap bertahan hingga sejauh ini.

Pada sosok itu, dia rela menyimpan banyak rasa dan harapan tinggi. Semua impiannya dikunci rapat dalam ikatan janji.

Namun, "Love is rose" benar adanya.

Impiannya hilang, membawa serta rasa dan harapannya.

Sekarang, semua kemanisan itu terasa pahit dilidah. Tidak ada lagi Vlora si buruk rupa. Sosoknya telah menghilang ditelan luka.

Untuk pertama kalinya. Gadis lemah itu berani menunjukan jiwa lain dalam raganya.

"Vlora" Papanya tersenyum. Menghampiri dirinya yang masih terdiam di tengah ruangan. "Ini calon mami kamu"

Sesungguhnya gadis itu sama sekali tidak keberatan dengan pernikahan kedua papanya. Tapi,

"Oh" Papanya berbalik. Merangkul bahu laki-laki disampingnya. "Ayo kenalan. Dia Neofito, calon kakak kamu"

Kenapa harus sosok itu?

Neo. Mimpi indahnya yang telah lama pergi. Namun kembali padanya, dalam ikatan berbeda.

He broke my heart. 4 tahun. Bukan waktu yang sedikit. Maka akan dia tunjukan. Siapa dirinya yang sekarang.

"Hai" Vlora mendekat. Lengannya mengalung pada leher Neo. Bibir merahnya berbisik "Do you miss me?". Vlora tersenyum miring. Namun, hal yang terjadi berikutnya diluar perkiraan.

"Ya" Laki-laki itu menunduk, membalas pelukannya. Tangan kananya bergerak pelan kebawah. Meremas pinggulnya seduktif. Bibir itu menempel dengan telinganya. Dia berbisik.

"I can't wait to see you again" Neofito menyeringai. "As my roommate"

Tubuh Vlora menengang. Detak jantungnya bertalu kencang. Gadis itu tak sadar kalau hidupnya sedang dikendalikan oleh kakak tirinya.

Hanya tinggal menghitung waktu. Tepat saat usianya menginjak 17 tahun. Sesuatu akan terjadi. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh ada di antara mereka.

The beauty and the beast. Sisi lain dari keduanya akan terungkap disini.

***

Love Is RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang