senyumannya manis, ya?

61 15 18
                                    


"Yun, kali ini gue mohon gausah ngelakuin hal gila dan gak masuk akal." Pinta Winter sambil beriringan dengan sosok yang dia ajak bicara dari tadi.

"Ih, emangnya kenapa sih? Lagian masa muda cuma sekali. Gapapa kali, gak bakal bikin kiamat juga." Kata lawan bicaranya dengan kesal. Pasalnya, Winter bukan hanya merengek tapi udah menahan lengannya dengan gemas.

"Tapi dengan gabung sama gengnya Jeno? Kepala lo belum pernah jatoh di aspal ya?" Kata Winter yang sudah terpancing emosi.

Bagaimana tidak emosi? Sahabatnya, Yuna memutuskan untuk berurusan atau lebih tepatnya ingin bergabung dengan geng Jeno yang saat ini sedang asyik berkumpul di salah satu warung dekat sekolah.

Kalau gengnya merupakan geng pada umumnya, Winter sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Toh, dia dan Yuna bukanlah sahabat yang bagaikan kembar siam. Mereka memiliki dunianya masing-masing, namun tetap kembali berpulang untuk saling berbagi cerita dan saran.

Hanya saja, geng Jeno ini tidak main-main. Perangai SMAnya membuat kesan tengil mereka menguar lebih tinggi. Bukan hanya itu saja, mereka merupakan segala hal-hal buruk anak SMA yang sering kalian bayangkan.

Rokok? Yes.

Tawuran? Apalagi.

Free sex? Gatau deh berapa wanita yang mereka pakai.

Dan banyak hal buruk lainnya.

Jadi bukan salah Winter dong untuk khawatir berlebihan dengan sahabat gilanya ini?

"Ayolah Winter, gue udah mikirin hal ini mateng-mateng." Kata Yuna meyakinkan sambil melepas tangan Winter dari lengannya.

"Lo tau kan, gue gak bakal ngerecokin semisal lo join sama geng manapun. Tapi geng Jeno? Apa alasan kuat yang bisa bikin gue yakin kalo lo udah mikir mateng-mateng?"

Yuna terdiam sebentar mendapat pertanyaan dari Winter.

"Apa? Ga ada kan? Gue tau lo suka sesuatu yang menantang, tapi bagaimanapun lo cewek, Yun. Lo gak bi-"

"Gue butuh sosok yang bisa ngelindungin gue dari ayah." Potong Yuna yang membuat Winter terkesiap.

Yuna yang melihat reaksi Winter barusan hanya menghela nafas lelah sambil membawa sahabat cerewetnya ke salah satu kursi dekat taman sekolah.

"Oke, gue jujur sama lo. Bohong kalau gue mencoba baik-baik aja padahal hati engga. Gue capek berdiri sendiri, Win. Gue butuh sosok yang bisa gue andelin ketika gue ada di titik terendah." Kata Yuna saat mereka sudah duduk di salah satu kursi taman.

"Terus lo anggep gue apa selama ini? Bahkan pertumbuhan payudara lo aja gue tau. Lo anggep gue apa?" Kata Winter tidak terima dengan air mata yang sudah mengumpul dan menunggu keluar.

Ini yang di benci Yuna. Dia benci membuat sahabatnya yang selalu memikirkan keadaannya terlalu dalam. Dia hanya tidak mau merepotkan sahabat baiknya ini.

"Tapi apa lo bisa ngelawan ayah gue ketika gue sendiri ada disana dengan tubuh memar?" Tanya balik Yuna yang dibalas diamnya Winter.

Yuna yang melihat reaksi Winter barusan hanya tersenyum dan langsung memeluk sahabat kecilnya itu.

"Gue selalu nganggep lo sahabat gue, kakak perempuan gue, musuh gue, pokoknya apapun itu. Tapi, gue bener butuh sandaran. Minimal sandaran ketika gue di aniaya ayah gue sendiri."

"Lo bisa minta tolong Bang Jaehyun. Gue yakin dia juga sama sekali gak keberatan dan gue lebih ikhlas ngeliat lo. Karena gue tau lo bakal tetep jadi Yuna tanpa harus ada sesuatu yang ilang dari diri lo." Kata Winter meyakinkan Yuna bahwa abangnya, Jaehyun bakal bisa jadi pawang kuat untuk Yuna.

His Name, Benjamin. [Yuna Itzy x Jisung NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang