"Darimana aja kamu?" Tanya seorang pria paruh baya kepada anak perempuannya yang baru saja membuka pintu rumah.
"Les, ayah. Yuna habis pulang les." Kata Yuna pelan sambil berjalan mendahului ayahnya yang sedari tadi menunggui dia di dalam rumah.
"Sampai pukul 8? Les macam apa itu? Ayah gak pernah biayain les yang ngebuat kamu pulang sampe jam 8."
"Atau sebenarnya kamu sudah bermain jalang di luar sana sama seperti ibu sialan kamu itu?" Lanjut ayahnya dengan sinis.
Yuna yang mendengar pertanyaan ayahnya hanya menghela nafas lelah, "Ayah, Yuna memang benar habis mengikuti les Bahasa Jerman. Kenapa setiap hal yang Yuna lakuin selalu disangkut-pautkan kepada Bunda? Apa salah Bunda?"
Padahal menurut Yuna, kata-kata yang Yuna berikan tidak ada unsur mengejek atau menyudutkan ayahnya. Meskipun hati dia sakit karena ayahnya memaki mendiang ibunya, tapi dia mencoba untuk tetap menjunjung tinggi kesopanan kepada sang ayah.
Namun di ujung ruangan, dia melihat ada sosok wanita iblis yang melihatnya dengan tatapan sinis seolah mendapat mangsa baru.
"Sayang, kamu liat sendiri kan anakmu? Dia merasa kalau dia sudah bisa meraih dunia ini dengan genggaman sok kuatnya itu. Dia udah berani ngelawan ucapan kamu." Kata wanita iblis itu sambil berjalan menghampiri ayahnya yang menatapnya dengan tatapan murka.
"Kenapa, Yah? Yuna salah bicara?" Kata Yuna dengan raut tenangnya.
PLAK!
"Jaga bicaramu nona. Lihat siapa yang kamu ajak bicara." Kata ayahnya selesai menampar pipi Yuna dengan cukup keras.
Yuna yang memang pada dasarnya sudah terbiasa di berikan kekerasan fisik oleh ayahnya, hanya limbung sebentar. Menurutnya, tamparan saat ini masih terbilang sakit level bawah.
Sambil merapihkan helaian rambut yang sedikit berantakan, Yuna menatap ayahnya yang saat ini masih menatap dengan tatapan murkanya.
"Tak taukah Ayah? Setiap perlakuan yang Ayah kasih ke Yuna sekarang akan berdampak kedepannya. Gak sekarang, Yah. Nanti."
"Dan untuk anda." Kata Yuna sambil menunjuk sosok wanita iblis yang masih setia memberikan tatapan sinisnya.
"Anda berfikir kalau anda adalah tuan puteri di rumah ini. Meskipun anda memang merasa seperti itu, anda tidak lebih seperti puteri cacat."
"Jangan berlagak sempurna kalau hamil saja tidak bisa." Decih Yuna sinis dan mendapat keterkejutan dari kedua sosok yang lebih tua dari dirinya.
"YUNA. KURANG AJAR KAMU! SINI ANAK SIALAN!" Teriak ayahnya sambil memeluk istrinya yang saat ini menangis sesenggukan di pelukannya.
"Kenapa kamu tega berkata seperti itu kepadaku? Aku sedang berusaha memberikan kamu adik manis." Lirih wanita iblis itu yang masih berada di dalam pelukan ayahnya.
Melihat drama di depannya, Yuna kembali berdecih pelan, "wanita gila. Bagus sekali dramanya."
Tidak tahan dengan kejadian yang benar-benar memuakkan di depan matanya, dia pun memutuskan untuk keluar dari rumah.
"Mau kemana kamu?" Kata Ayah mengintimidasi ketika melihat anak perempuannya sudah kembali ingin membuka gagang pintu utama.
"Sejak kepergian Bunda, seharusnya Yuna tau. Yuna sudah tidak punya siapa-siapa." Kata Yuna sebelum dia menutup pintu dan keluar dari rumah yang penuh dengan kenangan itu.
---
Saat Yuna berjalan untuk keluar dari halaman rumah, dia masih mendengar teriakan dan sumpah serapah yang dilayangkan ayahnya kepada dirinya dari dalam rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/268796736-288-k225374.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Benjamin. [Yuna Itzy x Jisung NCT]
FanficItzy x NCT series "Itu siapa ya? Anak baru?" "Baru kepala lo botak. Itu anak kelas sebelah. Emang dia anaknya pendiem banget. Dan setau gue sih, dia juga 'indigo' makanya sendiri mulu." "Terus apa titik masalahnya? Lo takut?" "Bukan gitu, Na. Hidup...