"Ter ... Winter ..." Bisik Yuna kepada Winter yang saat ini sedang asyik mengerjakan tugas di sebelahnya.
"Winter lo jangan cosplay budek ya." Bisik Yuna lagi. Tapi kali ini tangannya juga ikut bergerak. Dicubit lengan sahabatnya itu, dan menimbulkan ringisan dari pemilik lengan.
"Apaansih, Yun. Bentaran dulu napa. Habis ini pelajaran Bu Jessica. Males gue kena semprot kalo tugas Inggris belum kelar." Protes Winter dengan nada berbisik yang mendapat putaran mata malas dari Yuna.
Saat ini mereka sedang berada di pojok perpustakaan. Satu jam lagi pergantian pelajaran, dan Winter belum selesai mengerjakan tugas dari Bu Jessica. Beda dengan Yuna, gadis itu sudah menyelesaikan tugas ketika dia menginap di rumah Winter.
Sambil menunggu Winter yang asyik bercengkrama dengan kamus tebal, Yuna kembali melihat sekeliling perpustakaan. Hingga dia menangkap sosok yang tidak asing di hadapannya.
"Kalo gak salahkan tu orang yang kemarin gue temuin di halte?" Kata Yuna dalam hati. Dan ketika melihat ada hoodie hijau terang yang tersampir di samping kursi tersebut, membuat Yuna heboh sendiri.
"Winter gue gamau tau itu kamus tutup bentaran. 3 menit gak nyampe." Kata Yuna gemas dan akhirnya dibalas hembusan kesal dari Winter.
"Apa? Sekarang 20 detik berharga buat gue." Kata Winter gak kalah gemasnya. Dan dengan cepat Yuna mengarahkan pandangan Winter menuju objek yang sedari tadi di tangkap Yuna.
"Sekarang lo jujur sama gue? Dia anak baru?"
"Baru kepala lo botak. Dia anak kelas sebelah, tapi yang gue bilang kemaren. Dia tuh kayak aneh terus pendiem gitu."
"Aneh gimana?"
"Katanya sih ya, dia itu indigo. Makanya jarang yang mau ngobrol sama dia kalo enggak penting banget."
"Terus kenapa? Lo takut?"
"Bukan masalah takutnya sih Yun. Kayak, ngapain gitu? Idup gue udah ruwet. Males gue kalo nambah beban masalah idup."
"Tapi, menarik."
"Yuna, cukup kemarin lo gila karena mau deket sama gengnya Jeno. kali ini jangan mulai lagi." Pinta Winter.
Yuna yang mendengar rengekan Winter disebelahnya hanya tersenyum misterius.
"Kali ini gue gak akan macem-macem. Cuma mau cari temen baru aja. Udah lo sekarang kerjain lagi tuh tugas. Gue nyamperin bocah itu dulu."
"Eh, Yuna! blangsak disini aja apa su-"
Belum sempat Winter menyelesaikan umpatannya, dia melihat Yuna sudah berjalan meninggalkan kursi.
Melihat tindakan yang selalu tidak pernah di prediksi dari sahabatnya itu, Winter lagi-lagi hanya menghela nafas lelah.
"Tau dah tu bocah mau ngapain. Awas aja kalo kena masalah. Gue tendang kakinya sampe kram." Gumam Winter dan kembali berkutat dengan buku dan kertas.
--------
"Hai!" Sapa Yuna riang kepada sosok siswa pria yang saat ini sedang berkutat dengan buku.
Pria yang disapa Yuna barusan pun kaget dalam diamnya dan mencoba untuk pergi dari hadapan Yuna.
Belum sempat pria itu pergi, Yuna sudah menahan lengan pria tersebut. "Kok pergi sih? Gue belum kenalan loh." Kata Yuna kesal dan dibalas tatapan menunduk dari pria itu.
"Sini duduk. Gue gak ngapa-ngapain kok. Serius amat." Lanjut Yuna yang mencoba mencairkan suasana.
"Lo yang kemarin di halte itu kan ya?" Tanya Yuna yang hanya dibalas anggukan pelan dari lawan bicaranya. Dan, oh! Jangan lupakan kepala yang sedari tadi menunduk dalam.
Melihat reaksi pria dihadapannya, lagi-lagi Yuna mendecak pelan. Dengan lembut, dia mencoba membawa dagu pria tersebut untuk bertatapan dengan matanya.
"Jangan nunduk kalau diajak ngomong orang lain ya? Hehehe." Kekeh Yuna ketika mata mereka saling beradu tatap.
Yuna mungkin merasa jarak mereka tidak seintim dan terkesan biasa saja. Tapi beda dengan pria tersebut. Dia merasa kalau dagu yang dia pegang menjadi lebih kaku dan tegang.
"Lo siapa namanya? Gue Yuna." Kata Yuna dan melepas tangan di dagu pria itu dengan mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
Awalnya dia merasa pria itu ragu untuk berjabat tangan. Namun beberapa saat kemudian dia merasa ada tangan yang lebih besar dan hangat membalas uluran tangannya.
"Jisung. Lo bisa panggil gue Jisung." Cicit pria itu yang mendapat pekikan gemas tertahan dari Yuna.
Jangan lupakan kalau Yuna sungguh lemah dengan suatu hal yang menggemaskan.
"Owalah, salam kenal ya Jisung. Kayak nya kita seangkatan deh? Tapi gue jarang banget liat lo. Saking jarangnya gue fikir lo anak baru." Tawa Yuna yang di tatap dalam oleh pria di hadapannya.
Dia tidak menyadari kalau tawanya akan menjadi suatu hal yang harus dilihat pria itu dikemudian hari.
"Iya, kayaknya kita seangkatan. Soalnya emang gue di kelas terus." Bales pria itu yang diangguki pelan oleh Yuna.
Belum sempat Yuna berbicara lebih, di pintu perpustakaan dia melihat Winter yang sudah melambaikan tangan untuk mengajaknya kembali ke kelas.
Dan sinyal dari Winter tersebut ditangkap dengan 'oke' dari Yuna.
"Jisung, gue balik ke kelas dulu ya? Sahabat gue udah nungguin." Pamit Yuna yang dibalas anggukan dari pria tersebut.
"Iya gapapa. Hati-hati ya. Salam kenal."
Mendapat balasan dari sosok bernama Jisung itu, Yuna pun tersenyum manis ke arahnya.
"See you Jisung!" Kata Yuna yang dibalas anggukan pelan dari Jisung.
Lalu dia bangkit dan pergi menuju pintu utama perpustakaan.
Dan Yuna tidak tau, kalau perkenalan itu menjadi awal cerita untuk kedepannya.
-------
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Benjamin. [Yuna Itzy x Jisung NCT]
FanfictionItzy x NCT series "Itu siapa ya? Anak baru?" "Baru kepala lo botak. Itu anak kelas sebelah. Emang dia anaknya pendiem banget. Dan setau gue sih, dia juga 'indigo' makanya sendiri mulu." "Terus apa titik masalahnya? Lo takut?" "Bukan gitu, Na. Hidup...