Suara kikikan tawa membawa rasa penasaran Jeka yang baru saja menyelesaikan shalat zuhurnya. Dengan saring yang masih melilit pinggangnya, Jeka berjalan keluar menuju pekarangan rumah yang sudah laksana kebun sayuran, karena Jeka banyak menanam tumbuhan hijau di depan rumah. Tujuannya hanya satu, jika kalau waktu sahur tidak memiliki bahan makanan, maka dia bisa berlari ke pekarangan rumah, dan dapat memanen beberapa tumbuhan yang dia tanam sendiri.
Belajar dari pengalaman masa lalu, yang sering tidak sahur karena kesiangan atau lupa membeli bahan makanan, Jeka lebih siaga untuk menyambut Ramadhan tahun ini.
Mata Jeka memicing begitu sampai di pekarangan rumah. Mawar duduk di kursi dengan Bara digendongannya. Putranya sedang dalam mode rewel karena demam sedari semalam, Bara mulai bisa merangkak walau masih terus roboh, namun karena bakat barunya yang aktif itu, dia mendapat demam ringan yang sedikit mengusik kenyamanan Bara.
Lalu Jeka menatap kehadiran orang lain di area pekarangan rumahnya. Sosok Vian, berdiri di dekat pilar, dengan terus tertawa dan mengajak Bara berguaru. Bagian menyebalkannya, Bara mulai ikut tertawa pada lelucon aneh yang Vian lakukan.
"Ada apa kamu kemari?" Tegur Jeka dengan nada agak tidak sopan.
Jujur saja, sedari awal Jeka merasa kurang nyaman dengan Vian yang terlampau ramah. Baginya, sesuatu yang berlebihan pasti memiliki kekurangan yang coba ditutupi, begitupun yang dia curigai pada Vian.
Semalam, setelah selesai shalat tarawih, Vian masih juga setia menunggu mereka di depan masjid, bahkan sempat mendapat teguran dari imam masjid yang mengira jika Vian memiliki kepentingan dengan jamaah. Nyatanya, Vian memang sedang menunggu Jeka dan Mingyu, dengan alasan tidak berani pulang karena takut pada nenek bermukena putih. Akhirnya, imam masjid sedikit berceramah tentang keistimewaan bulan suci Ramadhan, yang membuat Vian tidak lagi ketakutan dan pulang dengan terus tertawa geli pada kekonyolan dirinya sendiri.
Maka, gagal sudah niat menakut-nakuti Vian, rencana awal mereka bisa dihalau dengan mudah oleh Vian.
"Oh mas Jeka, ini mau nyapa Meesa sama Bara."
Jeka memicing awas, pada Vian yang memanggil Mawar dengan santai, seolah sudah menjalin keakraban sebelumnya. Saat menoleh pada Mawar, sang istri segera membuang pandangan, seolah menghindarinya. Melihat itu, Jeka semakin curiga pada situasi aneh yang sedang terjadi, dia menatap Vian dengan tejam.
"Kamu sudah kenal sama istriku?"
Vian segera mengangguk, dengan senyuman ramah andalannya. "Kami dulu teman sekolah pas zaman SMA mas. Dan Meesa adalah mantan pancarku dulu mas."
Mata Jeka terbelalak, mulutnya mengangga dengan syok, dia segera menatap Mawar untuk meminta penjelasan, dan sang istri malah melotot kearah Vian. Begitu pandangan keduanya bertemu, suara rengeken Bara seperti membantunya. Entah Bara memang merengek, atau karena dicubit agar bisa membantu Mawar kabur. Mawar segera bangkit, lalu pamit masuk mendahului, menyisakan Jeka dan Vian yang tersenyum tolol.
Tampangnya saja boleh keren dan tampan, tapi pada dasarnya Vian adalah lelaki yang lambat menyadari keadaan dan selalu ditutupi dengan seyuman menyebalkan.
Ini adalah bulan ramadhan, tapi Jeka terus-terusan dibuat menjadi sosok jahat yang memiliki hati yang kotor. Bahkan kekesalannya pada Vian semakin bertambah, setelah bermula dari persaingan es buah, kini Jeka dibuat semakin kesal karena nyatanya Vian adalah mantan kekasih Mawar.
"Nanti malam rondanya bagian kita mas, jam 12 saya tunggu di depan rumah ya?"
Jeka menatap Vian dengan sinis, pantas saja radar pengingat di kepalanya sudah terus berbunyi sejak awal kedatangan Vian, dan membuat Jeka terus-terusan awas dan tidak bisa ramah pada lelaki itu. Nyatanya, memang ada alasan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents(Special Ramadhan : Jilid 2)
HumorBagaimana kehidupan Mawar dan Jeka setelah memiliki bayi di antara mereka? Serta kehadiran tetangga menyebalkan yang terus saja mengusik kedamaian rumah tangga keduanya? Ramadhan kali ini, cobaan yang dihadapi keduanya lebih berat. Selain menguji ke...