5. Baikan

478 84 8
                                    



Mulai sekarang, masing-masing babnya aku bikin pendek aja ya. Daripada bertele-tele, kan cerita ini buat hiburan aja.

Untuk bab 5 versi kemarin, harap dilupakan saja. Karena diganti sama bab ini, yang isinya jauh berbeda.
Save-savean di hp sama laptop beda, di hp masih bentuk draft. Draft bab 5 ada 2, yg beda isi, eh aku salaah hapus 😑 jadi bab 5 yg kemarin benar-benar ilang dan gabisa kembali.

Nikmati versi ini aja yaa. Yang penting masih bisa tetap update aja dah. Daripada harus ngetik ulang dengan versi yang sama, aku bahkan lupa bab 5 yg kmren isinya apaan 😂



***



Mendengar Jeka yang mengumbar aibnya pada si kampret Mingyu, tentu tidak akan Mawar biarkan begitu saja. Dia adalah wanita kompetitif, anti mengalah dan diam seperti orang lemah. Maka dia memiliki cara lain untuk membuat Jeka kapok, tanpa harus membuatnya menyandang gelar istri durhaka.

Hanya dengan mengirim satu pucuk pesan whatsapp pada umi yang berisikan.

'Mi, Meesa izin mau pulang ke rumah ayah ya.'

Umi langsung menghubungi Mawar dua menit kemudian. Tentu saja Mawar harus berbangga diri karena memiliki backing-an yang berada di tahta tertinggi dalam keluarga Jeka, yaitu umi.

Berakhirlah dia curhat, jika ada kesalahpahaman antara dia dan Jeka. Namun Jeka malah menyikapi permasalahan mereka dengan mendiami Mawar dan membuka aibnya di depan pria lain.

Memang agak kekanakan untuk ukuran Mawar yang sudah dewasa dan memiliki keluarga kecil. Tapi dia hanya ingin mengikuti cara main Jeka yang kekanakan. Jika Jeka ingin bermain-main, maka Mawar akan menunjukkan cara bermain yang sebenarnya.

Setelah melakukan sahur seperti di kutub utara akibat perang dingin, pagi harinya Mawar kembali melakukan akting kecil ketika menyambut kedatangan umi yang terlihat heboh.

Kehadiran umi disertai dengan beberapa kantung belanjaan, yang sudah bisa dipastikan jika isinya adalah oleh-oleh untuk Barra. Padahal bulan lalu umi sudah banyak membelanjakan keperluan sandang dan bermain Barra, lengkap. Rasanya masa kecil Barra tidak akan pernah kekurangan.

Setiap kali Mawar melarang, umi selalu saja memiliki jawaban beragam dan membuat Mawar tak tahu harus menjawab apa. Contohnya bulan lalu, saat Mawar berkata jika membelanjakan pakaian mewah untuk bayi, sedikit mubadzir. Pertumbuhan bayi sangat cepat, rasanya baju mewah yang umi belikan, hanya akan kuat dipakai beberapa kali saja oleh Barra.

Jawaban umi kala itu, "nggak papa, nggak mubadzir. Kan nanti bisa disumbangkan." Begitu katanya, sambil memberikan bingkisan lain berupa pakaian mewah.

Bagaimana bisa umi seroyal itu dan hidup serba mewah, sementara Jeka selalu hidup sederhana. Sarung saja ganti yang baru setahun sekali, sendal kalau tidak hilang ya tidak akan ganti. Mungkin sifat sederhana dan irit Jeka menurun dari abah.

"Masya Allah, umi bawa apa lagi ini?" Mawar jelas terkejut saat umi menyodorkan paper bag padanya, serta beberapa lagi yang kini dibawa oleh sopir yang mengantar.

"Pakaian untuk cucu tersayang umi. Belajar dari ucapan kamu, kali ini umi beliin baju untuk Barra dengan banyak ukuran. Dari 8 bulan sampai 2 tahun."

Mawar melotot, sepertinya penolakannya minggu lalu malah diputar balikkan menjadi alasan untuk umi kembali memanjakan Barra.

"Mana cucu gemoy umi? Aduh, kangen banget." Gemas umi seraya berjalan cepat menuju kamar.

Sementara Mawar mempersilakan sopir untuk masuk. Saat pria itu hendak keluar, dia brhenti di ambang pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young Parents(Special Ramadhan : Jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang