"Apa kegiatanmu saat sedang libur?"
"Kemarin aku mendengar siaranmu di radio, lho."
"Hari ini mau minum teh bersamaku, tidak?"
Aku memperhatikan Kurobane yang sedang dikerumuni teman-teman sekelas dengan wajah datar, lalu beralih ke arah Takajo. Dan bisa ditebak seperti apa ekspresi menjijikkannya.
"Itu imut sekali."
"Kau juga harus ikut, Yusarin!"
Kurobane dengan senyum polosnya menjawab, "Boleh."
Aku yang kembali memperhatikan kerumunan itu merespon, "Mau sampai kapan mereka ribut-ribut seperti itu?" tanyaku malas.
Takajo memeras susu kotak yang sedang ia minum. "Itu karena Yusarin idola pop saat ini! Kalau sebatas ini masih bisa dimaklumi!"
Suasana kelas sedikit berubah ketika segerombolan siswi kelas lain memasuki ruang kelas tanpa ada salam satu kata pun. Mereka menghampiri Tomori yang sedang membetulkan handycam-nya.
"Mereka ada perlu apa?" tanyaku.
Takajo ikut memperhatikan apa yang sedang kuperhatikan. "Aku bisa menebak kalo mereka ada perlu dengannya, tapi lebih baik kau tidak perlu tahu." balasnya.
Belum sempat aku membalikkan pandanganku, aku mendengar suara tarikan kursi yang keras. Refleks, kepalaku berputar ke arah sumber suara. Mataku melebar ketika melihat Tomori yang sedang ditarik ke luar kelas. Aku pun berdiri lantas memandang handycam miliknya.
-
-Kedua kakiku otomatis berhenti berlari saat mendapati kerumunan gadis itu tengah membawa Tomori ke belakang gedung sekolah. Aku mengintip kegiatan apa yang sedang mereka lakukan. Tomori terlihat acuh tak acuh terhadap kerumunan yang ada di depannya.
"Yang pertama untuk Rika!" Gadis dengan rambut gelap berombak menampar Tomori dengan kasar. "Selanjutnya untuk Yuriko!" Ia melayangkan tendangan ke perut Tomori. Tomori terjatuh, namun tidak merespon apapun. Sesaat setelah Tomori terjatuh, rambut peraknya ditarik oleh gadis tersebut. Ia mencoba bangkit kembali. Dan gadis itu kembali menamparnya dengan keras.
Aku yang melihat pemandangan mengerikan tersebut hanya bisa memandang dari kejauhan. Kejam sekali....
Pikiranku menerawang menembus sesuatu bernama ingatan. Ingatan dimana aku dihajar habis-habisan oleh Tomori saat Takajo usai menangkapku di tepi sungai. Wajar saja ia sampai bisa melakukan hal semacam itu tanpa ragu.
Aku menghampiri Tomori ketika kerumunan itu sudah pergi. Tomori terlihat biasa saja dengan luka yang cukup parah. Dan ia hanya menggumamkan kata sakit. Tomori kembali memasang kedua ujung earphone-nya ke telinganya.
"Hmm apa kau baik-baik saja?" tanyaku tanpa menatap sosok yang sedang kutanyai.
Tomori dengan wajah datarnya membalas, "Mau protes sesuatu? Padahal dari tadi kau hanya melihat." Ia melangkahkan kakinya menjauhiku. Baru saja ia berjalan, notifikasi ponselnya berbunyi. Ia segera mengecek ponselnya. "Oh, kelihatannya rekan kita akan datang."
-
-Tomori membuka pintu ruang OSIS. Seperti yang diduga, Takajo dan Kurobane sudah menunggu kami disana. Pandangan kedua insan tersebut menuju pada kami, Kurobane terkejut melihat adanya bekas luka di pipi Tomori. Ia langsung menghampiri Tomori. "Kenapa bisa lecet seperti itu?"
"Habis dikeroyok." jawabnya datar sembari berjalan melewati Kurobane.
Kurobane mengekori Tomori. "Uwaahhh! Memangnya tidak perlu diperiksa ke rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Charlotte
FantasyOtosaka Yuu, siswa SMA yang memiliki kekuatan mengambil alih tubuh orang lain selama lima detik. Sayangnya ia menggunakan kekuatan tersebut untuk berbuat curang. Suatu hari, identitasnya terbongkar oleh seorang gadis yang mengaku sebagai Ketua OSIS...