COWOK MISTERIUS

36 23 74
                                    


"Gue kan udah bilang dari awal gak usah dibawa ke sekolah masih aja ngeyel."

        Brieva mendengus kesal, sudah hampir 8 kali Yuki berceloteh tentang dia yang kekeuh membawa komik yang baru dibelinya kemarin ke sekolah dan akhirnya komik itu rusak karna ulah cowok-cowok usil di kelasnya.

"Lo sendiri kan tau,  cowok-cowok di kelas lo itu sableng semua," Yuki kembali berceloteh. Raina meringis melihatnya, antara kasihan dengan Brieva dan gemas dengan Yuki yang tidak berhenti berkicau sejak tadi.

      Kejadian seperti ini memang tidak hanya terjadi sekali atau dua kali tapi berkali-kali.  Pernah saat itu Bela,  temang sekelas Raina dan Brieva membawa bekal ke sekolah. Belum juga ia makan kotak makanannya sudah hilang.  Saat dicari, kotak makannya ditemukan di samping kandang anjing milik bu Gembul. Parah gak tuh?

Tidak hanya itu saja, bahkan buku tugas Raina dicoret-coret dengan spidol hitam. Padahal tuh buku mau dikumpulin ke guru sebagai tugas mandiri.  Resiko darah tinggi kalo kayak gini caranya..

"Udah-udah mau lo pidato panjang kali lebar kali tinggi sampe gue nikah sama Bian juga tuh buku gak bakalan jadi utuh lagi," ucap Raina menengahi, Yuki mencibir.

"Gue laper, kantin kuy.  Ntar gue beliin lagi, Va" bukan masalah itu, Brieva pun bisa beli lagi. masalahnya adalah stok komik tersebut sudah habis kemarin. komik Brieva merupakan stok terakhir. Brieva membuang nafas pasrah.

"Btw lu ngajak mau nraktir gak nih? " pertanyaan Yuki sontak mendapat hadiah jitakan pelan dijidat Yuki.

"Traktir mulu, bayar sendirilah," Raina melengos pergi diikuti Brieva, meninggalkan Yuki yang masih mengelus jidatnya.  Sedetik kemudian Yuki berlari menyusul kedua sahabatnya itu.

        Yuki Hoshida, cewek blasteran Indo-Jepang.  Memiliki mata sipit, jidat sempit, bibir tipis, bola matanya berwarna hitam pekat mirip sekali dengan sang bunda. 3 tahun lebih berada di Indonesia membuatnya cinta terhadap negara tersebut. Berbeda dengan sang bunda yang sudah menjadi Warga Negara Indonesia sejak menikah dengan papa Yuki,  papa Wiraga.

       Tidak butuh waktu lama untuk ke kantin karna jaraknya yang tidak begitu jauh dengan kelas Raina dan Brieva.  Berbeda dengan kelas Yuki yang harus menuruni tangga terlebih dahulu untuk menuju kantin karena kelas Yuki berada di lantas atas.

"Tumben belum dateng?" gumam Raina sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang.  Ia lalu duduk di tempat yang kosong diikuti Brieva dan Yuki.

"Lo yang pesen Va.  Samain aja semuanya" perintah Yuki seenak jidatnya.  Brieva mengiyakan saja.  Tidak mau bertambah panjang,  Brieva segera beranjak dari tempat ia duduk.

"Tumben pacar lo belom dateng?  Biasanya udah nunggu nyenuk disini," Raina mengedikkan bahunya tanda tidak tahu. Yuki mengangguk-angguk saja melihat jawaban Raina, ia mengeluarkan ponsel hitamnya.  Beberapa detik kemudian...

"MIMPI APA GUE SEMALEM...  MIN HO KE JAKARTA LAGIII!!! " Raina menutup telinganya mendengar teriakan Yuki yang membuat semua orang menatap ke arah mereka berdua.

"Apa si Yuk, tua gitu masih aja lo demen"

"TUA-TUA GITU GANTENGNYA GAK PERNAH MINUS YA ASAL LO TAHU," ada yang setuju?

"GANSS PARAHHHH....  INA MINGGU KE JAKARTA KUYY GUE YANG BAY-"

        Ucapan atau lebih tepatnya tawaran dengan nada tinggi itu terpotong oleh perkataan seseorang dari belakang.

"Gak boleh." Yuki menoleh untuk melihat siapa orang yang memotong ucapannya itu lantas ia mencibir.

"Bian!" sapa Raina senang yang dibalas senyuman tipis dari Bian, cowok dingin yang disegani banyak orang. Banyak orang yang takut untuk bertanya, menyapa, bahkan mendekatinya tidak terkecuali guru-guru di sekolah. Terbukti dengan suasana kantin yang mendadak senyap setelah kedatangan Bian ke sana. Tanpa memedulikan apa yang terjadi Bian duduk disamping kekasihnya.

REBYAN DAN RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang