3. Mulai berubah.

26 4 0
                                    

Langit mendung saat ini.
Tapi kicau burung dan Kokok ayam masih saling bersahutan.

Angin sepoi yang biasanya ku tunggu saat ini nggak datang. Nggak menyapa untuk menerbangkan rambutku, atau mengeringkan baju-baju di jemuranku.

Pun matahari. Bersembunyi di balik awan hitam.

Sinar mentari yang setiap pagi ku cari ikut lenyap bersama gumulan awan yang saling berarak menghitam.

Assalamualaikum. Selamat menjalani hari.

               ---------------------------------

Salam untuk kamu yang namanya pernah singgah di kertas ujianku.

Salam untuk kamu yang pernah tiap pagi mengirimiku pesan-pesan untuk menyambut hari.

Salam semua.
Semoga sehat selalu.

Satu hari. Dua hari. Seminggu. Sebulan. Tiap pagi. Tiap malam.

Ada yang sedang kamu tunggu.

Ada yang bisa membuatmu menunda mencuci baju.

Ada yang bisa membuatmu nggak mengalihkan pandangan dari layar hp.

Ada yang bisa membuatmu senyum-senyum sendiri sampai dikatai orang gila.

Ada yang mulai berubah.

Rutinitas harian mu mulai sedikit bergoyang.

Tiap pagi di awali dengan senyum saat membaca pesan singkat darinya.

Sarapan jadi kurang fokus karena tangan nggak mau lepas dari hp.

Beres-beres rumah jadi harus kena omel emak.

Dan saat sholat tiba, kamu jadi sedikit menundanya.

Kamu...mulai berubah.

Iya kan??

Ngaku aja deh.

Rasanya pasti senang saat dia membalas pesanmu.

Dan begitu balasan darinya sampai. Kamu langsung membalasnya, dengan senyum.
Sampai kamu lupa jika tadi kamu sedang berjalan untuk mengambil wudhu. Dan berakhir kena omel emak lagi.

Malam minggu.

Kamu sedang menunggunya menghampirimu. Karena tadi dia janji akan mengajakmu keluar. Jalan-jalan, makan malam, atau hanya nongkrong bersama teman-temannya.

Atau kamu yang sedang duduk, rebahan di kamar. Teleponan atau bahkan Video call. Atau hanya berbalas chat seperti biasa.

Cekikikan karena gombalan recehnya. Bersemu karena kata-kata manisnya.

Padahal sebelum mengenalnya.

Sebelum kamu membalas pesannya yang pertama.

Sebelum kamu mulai tersenyum dengan sapaanya.

Sebelum kamu mulai menunggu-nunggu pesan yang dikirimkannya.

Sebelum kamu mulai merasa bahwa kamu "Suka dia"

Pokoknya sebelum semua itu datang, dan mengambil bagian dari hidupmu.

Malam Minggumu masih seperti biasanya, berulang-ulang seperti itu.

Bertekur tenang membaca buku.

Fokus mengerjakan tugas sekolah.

Fokus menonton resep-resep masakan di laman YouTube.

Mendengarkan ceramah ustadz di live instagramnya.

Memasak mie instan kuah dengan telor ceplok dan cabai rawit, lalu memakannya bersama keluarga di teras rumah.

Menghabiskan satu kotak martabak jumbo di depan tv.

Mengajak orang rumah keluar, makan bakso dan mie ayam di pengkolan.

Semua itu sudah tidak ada lagi.

Semua itu sudah menjadi "Pernah",
dan bukan "Biasanya".

Dan menjelang tidur, dia masih menelponmu.

Lampu rumah sudah dimatikan.

Jalanan sudah sepi.

Nyamuk mulai datang beriringan.

Dan kamu masih tersenyum malu-malu mendengar setiap lontaran kata-katanya.

"Udah malam, tidur yuk. Jangan lupa baca do'a ya. Mimpiin aku. Good night."

Kamu hanya membalas "iya, good night juga".

Klasik.

Gombalan-gombalan receh darinya saja sudah membuatmu girang.

Sampai kamu akhirnya menutup tubuh dengan selimut dan merapal do'a begitu mendengar lolongan anjing Malam. Ada setan.

Dan besok kamu bangun pagi dengan senyum secerah mentari. Sampai emak bingung. Ada apa dengan anak ini?.

Hah...

Kita mulai berubah.

Dan...

Kata orang :
"Jatuh cinta memang indah".

??
   ----------------------------------

Aku masih akan mengatakan.

"Jika suka, tolong tekan bintang, dan tulis sesuatu di kolom komentar".

Terimakasih.

Salam
D'Afifah.

Kita Manusia; RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang