Prologue

2K 107 3
                                    


"Tunggu, Haibara!" Shinichi menggenggam tangannya mencegahnya pergi.

Mereka berdua sudah kembali ke tubuh normal setelah Haibara berhasil membuat antidote APTX 4869. Saat ini mereka sedang berada di rumah Profesor Agasa.

"Jangan halangi aku!" Haibara berkata seraya menarik tangannya dari Shinichi.

"Kau bisa terbunuh,"

"Aku tidak peduli, lagipula memang sudah seharusnya aku mati sejak dulu. Jadi, jangan hentikan aku," Haibara berbalik ingin meraih pintu.

"Jangan paksa aku untuk melakukannya. Berhenti disana Haibara!"

Haibara menoleh dan menemukan Shinichi sedang mengancamnya dengan arloji biusnya.

"Kudou-Kun!" Haibara tertegun.

"Maaf Haibara," jari Shinichi bergerak untuk menekan tombol di arlojinya.

"Tidakkah kau mengerti?" gumam Haibara sedih dengan kepala tertunduk.

Shinichi terdiam.

"Aku yang memulai semua ini, maka satu-satunya yang harus menghentikannya adalah aku," suara Haibara agak bergetar ketika mengatakannya.

"Ha-Haibara?"

"Dunia ini tidak butuh aku, tapi lebih memerlukanmu, Shinichi Kudou. Jadi, ada atau tidak adanya aku di dunia ini, tidak akan ada yang berbeda,"

"Siapa bilang? Dunia ini juga membutuhkan ilmuwan hebat seperti dirimu!"

"Hingga kini kenapa kau masih belum mengerti juga?" Haibara menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Apa?" Shinichi tidak mengerti dengan maksud Haibara.

Perlahan Haibara melangkah mendekati Shinichi.

Shinichi bingung.

"Apa yang telah kita lalui sampai saat ini..." Haibara terus mendekatinya, "Perasaanku berkembang tanpa aku mampu menghentikannya. Aku tidak keberatan meskipun kau tidak mengerti. Aku tidak keberatan kau mencintai dia... Tapi Kudou-Kun," Sekarang wajah mereka hanya terpaut beberapa sentimeter.

"H-Haibara..." Shinichi terlihat canggung.

Haibara mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh wajah Shinichi.

"Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya. Selama ini kau telah melindungiku, bahkan kau hampir terbunuh karena diriku... Aku tidak bisa melihatmu menderita... Tidak lagi..."

Tidak tahu kenapa, jantung Shinichi berdebar begitu cepat.

"Karena aku mencintaimu, Kudou-Kun," dan Haibara memberanikan dirinya untuk meraih bibir Shinichi dengan bibirnya.

Shinichi membeku, sesaat tidak tahu apa yang harus dilakukan. Haibara mengecupnya semakin dalam dan kini ia membalasnya, menikmati dan meraih pinggang Haibara untuk lebih dekat ke tubuhnya. Haibara melakukan hal yang sama. Ia mengalungkan lengannya ke leher Shinichi untuk membuat kecupan mereka lebih dalam. Shinichi tidak pernah tahu gairah Haibara bisa membuatnya mabuk. Tangan Haibara bergerak ke lengan Shinichi dan dengan cepat ia menjauhkan dirinya dari Shinichi.

"Apa?" Shinichi kaget dengan pergerakannya, tubuhnya agak terhuyung.

Haibara mengangkat arloji Shinichi di tangannya.

Shinichi bergeming, ia tidak pernah menyangka Haibara mampu melakukan trik itu untuk mendapatkan arloji biusnya.

Syut! Haibara menembakknya biusnya ke leher Shinichi.

Shinichi kehilangan kesadarannya dan tubuhnya terjatuh di sofa.

"Maaf Kudou-Kun," bisik Haibara sebelum berlalu pergi.

Haibara pergi menuju markas Black Organization (BO) seorang diri. Shinichi tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan kesadarannya dan menyusulnya ke markas BO. Di belakangnya terdapat FBI dan kepolisian Jepang datang untuk mengepung markas BO. Subaru yang sebenarnya adalah Aka Shuichi yang menyamar, bertarung dan adu tembak dengan Gin. Shinichi dan Haibara bermain kucing-kucingan dengan Vodka dan Vermouth.

Setelah semua itu, tahu mereka tidak bisa melarikan diri karena sudah terkepung oleh FBI dan kepolisian Jepang. Gin menekan tombol dari remotenya dan terdapat bom meledak di sekeliling markas agar mereka bisa mati bersama. Vermouth menarik Haibara menuju api untuk mati bersama, namun Shinichi meraih tubuhnya disaat yang tepat sementara Vermouth tenggelam dalam lautan api dengan suara tawa anehnya. Vodka menembaki mereka dan Shinichi mendapatkan luka tembak di bahu kirinya demi melindungi Haibara. Tiba-tiba Akai Shuichi berdiri di hadapan mereka untuk menembak balik Vodka. Mereka bertiga lari dan bersembunyi dibalik tumpukan kardus.

Terdengar suara ledakan lagi dari Gin yang menekan tombol.

"Kalian semua tidak akan bisa kabur. Kita akan mati bersama!" Gin berteriak.

"Pergilah! Aku akan menghentikan mereka," Akai berkata pada Shinichi dan Haibara.

"Tapi bagaimana denganmu?" tanya Shinichi.

Akai hanya nyengir, "Aku telah menunggu lama untuk mati seperti ini. Dalam pertarungan dengan Gin sebelum menyusul Akemi," kemudian ia menggenggam tangan Haibara.

Haibara tertegun.

"Kau harus hidup," Akai menatap tajam padanya.

"Eh?"

"Apapun yang terjadi, kau harus hidup. Itu adalah pesan kakakmu. Karena itulah aku menyamar sebagai Subari Okiya selama ini untuk mewujudkan keinginannya,"

Perlahan Haibara mengangguk, "Aku akan hidup,"

"Kudou-Kun," Akai beralih kembali pada Shinichi.

Shinichi menatapnya.

"Setelah ini, aku mengandalkanmu untuk melindunginya,"

Shinichi mengangguk, "Aku mengerti,"

Akai melepas genggamannya akan Haibara sambil kemudian berteriak, "Pergi sekarang!"

Terdapat ledakan lagi dan Gin menembak mereka. Akai berdiri dan menembaknya dengan senjatanya. Shinichi dan Haibara terpaksa mundur. Atap diatas mereka runtuh dan membuat jarak antara diri mereka dengan Akai.

"Ayo!" Shinchi menggenggam Haibara dan mengajaknya lari sampai ke gerbang. Terdapat ledakan lagi yang membuat tubuh mereka melayang. Shinichi memeluk Haibara ketika menjatuhkan tubuhnya ke tanah untuk melindunginya dari efek ledakan. Anggota FBI mendekati mereka dan menyelamatkan mereka sebelum terdapat ledakan lebih besar lagi. Akai Shuichi, Vermouth, Gin dan Vodka terbakar bersama dalam api.

FBI dan Polisi Jepang mundur sampai ke zona aman sambil menatapi markas yang terbakar hingga menjadi abu.

"Shinichi!" terdengar suara seorang gadis.

Shinichi menoleh, "Ran!"

Ran menghampirinya dan memeluknya erat, "Kau selamat," bisiknya dengan airmata berlinangan.

Shinichi membalas pelukannya sama erat.

Haibara menatap pasangan itu, terjebak antara bahagia dan iri.

Tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan besar dan hangat menyentuh bahunya. Haibara menoleh untuk melihat siapa pemiliknya. Ternyata Profesor Agasa.

"Hakase..." panggil Haibara.

"Sudah berakhir Ai-Kun. Kau tidak perlu khawatir lagi sekarang," Profesor Agasa berkata seraya memberikan senyuman simpatinya.

"Ehm," Haibara mengangguk seraya membalas senyumnya.

Di Sisimu Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang